***
Salahkah aku mengatakan jika aku tertarik pada pesonamu dalam waktu yang terkesan sedikit ini?
***
"Tet tet... Pelajaran telah selesai, waktunya untuk pulang. Hati-hati, sampai jumpa esok hari"
Tanda bel pulang telah berbunyi, seluruh siswa telah berhambur keluar kelas untuk berpulang ke rumahnya masing-masing.
Bel pulang sekolah adalah bunyi yang sangat dirindukan dan dinantikan oleh para murid. Karena bunyi itu memutuskan segala waktu yang terasa sangat berat oleh mata pelajaran. Bunyi itu juga yang meloloskan para murid untuk pulang ke rumahnya masing-masing, dimana mereka bisa bebas mengistirahatkan diri di kasur ataupun tempat-tempat lainnya.
Banyak yang menunggu bel pulang sekolah. Katakan siswa itu munafik jika dia tidak menyukai bunyi tersebut. Memangnya dia mau, harus terjebak seharian penuh di sekolah? Jika iya, maka murid tersebut harus dan wajib sekali diberi rekor muri sepanjang abad yang ada! Atau diberi sebuah tropi yang sekiranya segede tugu monas, mungkin?
Karena sepandai-pandainya orang, atau serajin-rajinnya orang, pasti memiliki rasa jenuh di sekolah. Otak juga ada saatnya memerlukan waktu bersantai, sama seperti mesin. Jika terus diporsir tanpa diistirahatkan, mungkin saja otak kita akan meledak?
Kini Alena sedang mencatat goresan spidol berisi materi dari sang pengajar harini. Jika saja dia seperti murid lainnya yang malas, mungkin dirinya sudah pulang ke rumah tanpa harus repot-repot menulis catatan seperti ini.
Namun dia masih punya rasa keharusan mencatat materi ini, karena dia yakin tulisan yang ada di papan tulis putih dihadapannya ini lalu dia salin ke buku catatannya akan berguna untuk berbagai macam ulangan di sekolah.
"Al, mau gue temenin apa enggak?" Diandra, teman Alena bertanya.
Dia sedang duduk disamping Alena yang sedang sibuk mencatat materi barusan, dia adalah teman semeja Alena dan sahabat suka duka sejak sekolah menengah pertama. Sebenarnya ada satu lagi, Kintan namanya. Namun dia sudah pamit pulang duluan katanya ada urusan.
Teman sekelasnya banyak yang mengatakan jika mereka itu seperti trio macan karena kebiasaan kemana-mana selalu bertiga. Dan mereka yang dikatai seperti itu hanya bisa mendengus dengan bola mata yang memutar.
Oh ayolah, mereka masih punya rasa malu untuk memakai celana bermotif totol-totol seperti trio macan di televisi itu. Dan juga ah, mereka tidak suka lagu dengan genre dangdut.
"Boleh deh. Ngerepotin gak tapi?" jawab Alena tanpa menolehkan pandangannya kepada diandra. Tentu saja dia harus mengebut menyalin materi ini, agar dia bisa segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya di kasur.
Diandra mendengus kesal, "Lah terus ngapain gue tawarin kalo gue lagi repot sayang?"
Sebuah kekehan lantas terlontar dari mulut Alena setelah mendengar penuturan sahabatnya barusan.
Dia paham akan sifat Diandra yang sedikit sensitif dan mudah marah itu. Tapi, percayalah, dari semua itu Diandra adalah pelindung bagi mereka. Bagaimana tidak? Diandra itu yang acapkali mencecar berbagai omongan kala kintan atau Alena sedang dalam masalah remaja, seperti pembullyan. Pernah waktu itu kintan dibully oleh kakak kelasnya sewaktu kelas sebelas, dan Diandra yang dengan beraninya mendatangi kelas kakak-kakak songong itu untuk melabrak dan menjelaskan jika bully itu tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Hugie (TERBIT)
RomanceVERSI BARUNYA DITERBITKAN OLEH BIBLIOPUBLISHING. SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS. Alena Nathalia Saudad harus bernasib buruk ketika bertemu dengan om-om sejuta percaya diri. Terlalu narsis dan perayu ulung. Astaga... Bahkan Alena harus geleng...