Chapter 42. The Sigh

6.1K 350 21
                                    

Kalian juga jangan malas untuk memberi vote atau komentar dilapak ini, oke? Karena itu buatku semangat untuk menyelesaikan cerita ini:)

WARNING: chapter ini mungkin agak sensual, gimana ya? Yaudah kalian baca aja sendiri. Cuma aku gak mau tanggung jawab kalo kalian panas dingin oke?😂

Oke, selamat baca:*

***

Bukankah semua orang berhak bermimpi? Jika kamu bertanya apa mimpiku, maka aku jawab, kamu.

Kamu mimpiku saat orang pertama yang aku lihat ketika membuka mata ini.

***

  
Saat Alena sedang menuju rak piring, Rika meminta tolong untuk mengambilkan lengkuas yang ada di dekat wastafle. Tentu saja dia bingung. Mana yang namanya lengkuas? Karena dia melihat ada dua bentuk yang mirip. Dia membuka ponselnya lalu mencari gambar lengkuas di google.

"Sebentar tante." Alena mengambil apa yang diperintahkan Rika. "Ini tante." dia menyerahkannya pada Rika saat berhasil menemukan foto lengkuas.

"Alena, ini namanya jahe, bukan lengkuas." Rika geleng-geleng kepala seraya tertawa kecil saat Alena salah mengambil. "Ini jahe. Dan itu baru yang namanya lengkuas."

***

Tak terasa hari mulai sore, saat itu juga Rika berhasil memasak rendang. Katanya, makanan ini kesukaan Hugie dan juga Setya, papah kekasihnya itu.

Setidaknya, hariini Alena banyak tahu mengenai Hugie. Baik dari makanan kesukaannya ataupun nama panggilan nya. Rika juga banyak menceritakan tentang prianya itu. Seperti contoh mengenai phobia yang dimiliki Hugie. Pria pekerja keras itu ternyata takut dengan yang namanya tikus. Karena sewaktu kecil, Hugie pernah digigit jari kelingkingnya saat dia lupa mencuci tangan usai makan dan tidur di lantai.

Kehadiran Alena disini juga tidak selamanya menganggur. Walau dia tidak membantu dalam hal memasak, setidaknya dia masih bisa menggunakan indera perasa nya untuk menilai sedap tidaknya masakan Rika. Tak bisa dielakkan jika masakan ibu kekasihnya itu sangat lezat.

Alena sudah mengirimkan pesan kepada Dave saat Rika meminta dirinya untuk ikut andil makan malam. Rika yakin jika kehadiran gadis itu bisa membuat putra semata wayangnya itu bahagia. "Biar Alena aja yang bawa buah-buahan nya, tante."

***

Alena dan Rika sudah terduduk di kursi meja makan. Mereka sedang menunggu kehadiran Hugie dan Setya. Di meja makan sudah lengkap sajian makan malam yang siap disantap malam ini, termasuk rendang.

Sepuluh menit selanjutnya pinta terbuka munculah Hugie dan juga Setya yang sama-sama menggunakan jas formalnya. Mereka baru saja pulang dari kantornya.

Jika kalian bertanya apakah Hugie selalu pulang bersama Setya? Maka jawabannya tidak. Ini kebetulan saja. Tadi, Setya menghampiri kantor anaknya untuk membahas suatu pekerjaan. Dan alhasil mereka berdua pulang bersama dengan mobil yang berbeda. Biasanya Setya pulang lebih larut dari Hugie. Karena dia selalu mengerjakan semua pekerjaannya di kantor. Karena dia pikir rumah itu sebagai tempat santainya dan terbebas dari pekerjaan.

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang