Chapter 56. The Golden Crown.

3.3K 235 168
                                    

[ Jangan ngiri ke Alena ya, karena dia dikelilingi cogan😝 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Jangan ngiri ke Alena ya, karena dia dikelilingi cogan😝 ]

Seperti biasanya, seph minta kerjasamanya ya. Kalian beri lapak ini berupa vote dan juga komentar. Dan seph akan lanjutin chapternya. Terimakasih 🙏

Oh iya, seph juga minta koreksinya ya, jika ada typo di chapter ini😂

___________________________

Sesuai dengan apa yang diperintahkan Hugie melalui pesan singkatnya sewaktu siang tadi, Alena pun melangkahkan kakinya keluar kamar. Dirinya sudah siap dengan pakaian yang cukup dirasa untuk berada di tempat itu. Tempat yang sesuai dengan anjuran dari prianya itu.

Alena dapat menyimpulkan jika hari ini, Hugie sedikit mengirimkannya sebuah pesan. Entah itu berupa peringatan untuk tidak telat makan, tidak telat mandi ataupun hanya sekedar ucapan rindu saja. Namun yang Alena dapatkan hari ini berupa dua pesan saja. Satu, sewaktu dia berada di sekolah, juga saat sore tadi. Biasa, hanya sekitar mengingatkannya.

Alena pun cukup memaklumi jika Hugie mungkin saja sedang sibuk. Sedang banyak kerjaan. Mengingat betapa suksesnya pria itu. Alena juga tidak bisa memaksakan kepada Hugie untuk selalu mengirimkannya sebuah pesan. Karena Alena tahu jika cinta jika itu layaknya sebuah genggaman pasir. Semakin erat kita menggenggamnya, maka semakin cepat pula pasir itu hilang dengan perlahan-lahan. Cinta itu tidak memihak, tidak juga memaksakan, namun saling merasakan juga saling percaya satu sama lain.

"Kak, lo mau kemana?" Dave yang bertanya saat bertemu Alena di tangga. Mata biru cowok itu meneliti keseluruhan penampilan kakaknya yang nampak rapih juga cantik malam ini. Sekedar t-shirt juga skinny jeans berwarna merah muda serta rambutnya yang digerai nampak tidak bisa menampik kadar kecantikan kakaknya ini.

Oh, jelas Alena bingung untuk menjawab pertanyaan Dave saat ini. Tidak mungkin sekali jika dia mengatakan dengan jujur jika dia ingin ke... "Gue ada kerja kelompok bareng Kintan dan Diandra. Nanti lo bilangin ke mamah ya kalau dateng."

Alena menurunkan langkahnya ke satu tangga dibawah, lalu kembali menoleh kearah Dave. "Gue berangkat dulu."

Mau tidak mau Dave akhirnya mengangguk. Membiarkan kakaknya pergi. "Oke, hati-hati kak! Jangan kemaleman!"

"Iya," setelahnya Alena kembali melanjutkan langkahnya menuruni satu persatu anak tangga. Tas selempangnya sesekali bergoyang seirama dengan langkahnya. Alena melihat jam di pergelangan tangannya, disaat itu juga jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

Dengan langkahnya yang sedikit cepat, Alena membuka pintu rumah dan terlihat jelas sudah ada taksi online yang sudah dia pesan sewaktu tadi. Gagang pintu mobil bagian belakang taksi pun Alena buka, lalu mendudukkan dirinya. Kemudian berkata, "Golden Crown, pak."

Membuat sopir taksi itu mengangguk yang lantas taksi itu berjalan. Meninggalkan asap knalpot yang sedikit sebagai tanda jika taksi tersebut sudah berjalan meninggalkan rumahnya menuju Golden Crown, tempat yang Hugie minta siang tadi.

***

Jika saja ini bukan permintaan dari Hugie, mungkin Alena akan malas sekali dan tidak ingin menginjakkan kakinya di tempat yang berisik, lampu yang berkedip-kedip, banyak tubuh yang bergoyang juga pasangan yang saling memagut yang dilihatnya selama berjalan.

Alena hanya bisa mendengus jengah dan kembali menempatkan lengannya di meja kaca bartender. Dia baru saja lima belas menit yang lalu menunggu kehadiran Hugie. Dia belum bisa mengabari pria itu jika dia sudah sampai, dikarenakan ponselnya yang tertinggal di rumah. Oh hell, bagaimana dia bisa sepelupa itu?

Alena hanya bisa duduk dan mengarahkan matanya keseluruh penjuru ruangan ini. Matanya dapat menyimpulkan jika tempat ini adalah kelab yang sangat diminati banyak orang. Kendati matanya banyak melihat banyak orang. Entah itu para remaja, ataupun sudah dewasa.

Alena juga dapat melihat pria yang dia taksir pekerjaannya sama dengan Hugie. Terbukti dari jas juga kemeja yang membalutnya. Namun, itu hanya membuatnya menggelengkan kepala. Karena mereka tidak hanya berdiam dan duduk di sofa, melainkan saling berciuman panas dengan wanita di pangkuan mereka.

Oh God! Alena pikir mereka sedang mabuk atau bagaimana? Bagaimana jika pria itu sudah memiliki kekasih? Atau tunangan? Atau bahkan sudah berkeluarga? Shit, memikirkan itu semua hanya membuatnya pusing.

Alena melirik jam tangannya, "kak Hugie kenapa enggak datang-datang?"

Dia menggerakan sedikit kakinya yang dilipat, guna membunuh rasa jenuhnya. Walau ruangan ini ber-AC namun karena banyak orang yang menempati, tetap saja teras panas bukan?

"Hei," Alena merasakan sentuhan yang ada di bahunya. Saat itu juga dia menoleh dengan cepat dan menatap tajam. "Si--siapa, lo?" Katanya tajam. Alena sangat tidak menyukai orang yang tidak kenal lantas menyentuhnya dengan sembarang. Dapat dipastikan sifat juteknya kembali bangkit dari dirinya.

"Hei santailah," cowok berkaos putih polos juga rambutnya yang acak-acakan namun muscle itu menempatkan diri dan duduk disamping Alena. "Lo sendirian?"

Alena rasa tidak ada salahnya menempatkan diri untuk mengobrol dengan cowok disampingnya ini. Lagipula sekedar berbincang demi membunuh bosannya apa salah? "Gue rasa lo pasti tahu." Alena menarik nafas, "sebenarnya gue lagi nunggu seseorang."

Oh, cowok itu pun menganggukan kepalanya. "Menunggu itu tidak enak, boleh gue temanin? Gue kira lo butuh teman ngobrol." Katanya, lalu kembali berkata. "Gue Vero. Dan nama lo?"

"Alena, ya, gue kira gue butuh teman ngobrol."

"Lo baru pertama kali ya, masuk ke tempat beginian?" Kata Vero. Dia melihat jelas keresahan dari Alena. Dapat dipastikan jika perempuan itu sangat tidak nyaman dengan tempat ini.

"Ya, gue baru pertamakalinya ke tempat ini. Mungkin kalau ini bukan kemauan dari pacar gue, gue juga malas."

Disertai hembusan nafas jengah saat Alena mengatakan itu. Dia kira sekarang berada di kamar yang menenangkan juga membaca novel disertai cemilan adalah tindakan yang menggiurkan. Namun, jika dia pulang sekarang, dia takut Hugie akan datang dan malah membuat pria itu menunggunya yang jelas saja sudah pulang.

"Hah, sayangnya lo udah punya pacar," perkataan itu sontak membuat Alena mengernyitkan dahi. Lalu Vero kembali melanjutkan, "jelas deh perempuan secantik lo mana mungkin jomblo."

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Diupdate besok lagi ya.

FOLLOW IG : itssephf [ Kalau ingin follback, kalian bisa komen di salah satu fotoku ya😶 ]

- SEPH.

( yang ngetik chapter ini sembari kerjain tugas ekonomi mengenai perdagangan internasional 😌 )

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang