Chapter 16. Vano with Alena.

7.6K 474 3
                                    

***

Terkadang melihat orang yang kita sayang tersenyum oleh kita cukup membuat kita senang bukan kepalang


***


Setelah kejadian di Taman belakang. Sejak saat itu pula hubungan Alena dan Vano semakin dekat dan erat walaupun hanya sahabat.

Bahkan, tak jarang pula Vano ikut bergabung bersama Alena, Kintan dan Diandra untuk makan siang saat istirahat. Hal itu membuat diandra senang hingga ke langit tujuh.

Sialan itu berlebihan.

Ya bagaimana tidak? Dia bisa melihat pria yang disukai nya setiap hari dengan cara yang mudah.

Vano mulai menunjukan jati dirinya yang seperti di sekolah lalu. Di sekolahnya yang lama, Vano terkenal dengan gelar Trouble makernya, yang sering keluar masuk ruangan Bimbingan Konseling.

Alasan cowok itu pindah sekolah karena pekerjaan papahnya pindah kota, mau tidak mau dia juga harus ikut pindah sekolah. Di sekolah yang baru juga vano telah mendapatkan banyak hukuman, seolah hukuman itu cemilan untuk nya. Seperti telat kesekolah, bolos, memainkan ponsel saat jam pelajaran, menjahili temannya hingga nangis dan lain-lain.

Vano tak peduli dengan statusnya yang masih murid baru. Dan anehnya dengan sikap dan sifat vano seperti itu lah yang membuat para siswi disekolah ini menjadi semakin banyak yang mengidolakannya. Seolah aura vano terpancar ketika dia membuat kesalahan.

Vano terkenal dengan sifatnya yang dingin dan jarang senyum. Vano memiliki kulit yang putih, alis yang tebal, rahang yang tegas serta bibir yang penuh.Totally membuat siswi SMAN Cahya gemilang 69 memekik kegirangan saat Vano berada di dekatnya.

Cowok trouble maker ini sedang menunggu Alena, sewaktu tadi gadis itu meminta bantuannya untuk mengantarkan ke toko buku.
Jika bukan karena permintaan gadis itu, mana mungkin seorang Vano mau ke tempat yang isinya sekumpulan kertas yang berisi tulisan yg Membuatnya pusing. Dia lebih baik berada didalam ruang musik pribadinya daripada di tempat itu.

Kemejanya sudah dikeluarkan, dasinya sudah dia lepas dan jaket bomber abu abu sudah membalut tubuh tegapnya. Vano menghentak hentakan kakinya ke lantai guna sedikit membunuh rasa jenuhnya.

Dia melihat ke arah kelas Alena. Matanya melihat ibu riska sedang membereskan buku bukunya artinya tadi kelas Alena belajar kimia.

Bu riska melangkahkan kakinya keluar kelas dan saat berbelok kekanan, dia melihat vano sedang bersandar di tembok.
"Heh? Kamu ngapain kesini Vano? Bel pulang belum bunyi" Ibu riska bertanya pada Vano yang nampak acuh dengan keadaan sekitarnya.

"Ya nungguin orang lah bu." kata Vano dengan malas. "Ya kali saya kesini nungguin kiamat bu!"

Ibu riska menggelengkan kepala dan meninggalkan Vano. Dia sudah jengah akan sikap siswa yang satu itu. Daripada tensi darah dia naik, lebih baik dia pergi bukan?

***

Alena membereskan buku bukunya dan memasukannya kedalam tas, " Ndra, Gue balik duluan ya. Mau ke toko buku bareng Vano."

Diandra yang sedang memainkan ponselnya langsung menghentikan aktivitas nya, "Serius? Terus kalian naik apa kesana nya?"

"Motor deh keknya, lo tahu sendirikan kalo dia suka pake kendaraan itu?"

Diandra menatap Alena dengan wajah yang berbinar. "Ah anjir! kalo gitu lo beruntung banget len!!!" gadis itu mengguncang bahu teman satu mejanya.

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang