Chapter 26. The Alter ego of Vano

6.1K 386 2
                                    

Berterimakasihlah kepada mereka yang mencela. Karena merekalah kita paham akan artinya hidup tidaklah melulu pada pujian.

"Eh sumpah ya. Mana lagi semalem gue enggak belajar. Pak jono lagi apa apaan pake acara ulangan dadakan gitu. Emangnya dia pikir tahu bulat apa? Najisun da ah."

Diandra memberengut kesal karena pak jono, guru fisika mereka, melakukan ulangan harian dengan dadakan. Sedangkan diandra tidak belajar saat malam harinya.

Bagaimana tidak kesal?

"Namanya juga pak jono ndra. Lo juga harus ngertiin tabiatnya dia ndra." kintan menyahut yang langsung diangguki oleh alena.

Dan memang benarnya pak jono itu selalu melakukan ulangan dengan dadakan. Jadi kita sebagai muridnya harus siap siaga dan musti belajar malam harinya. Karena tidak menuntut kemungkinan beliau melakukan ulangan dadakan.

Alena menopang dagunya dan menatap diandra yang didepannya, "udah kali ndra. Lagian lo juga tadi nyontek di gue juga kan?"

Diandra menyapukan pandangannya dan menggaruk tengkuknya, "iya sih len. Tapi kan--"

"udah. Lo pada mau pesan apa? Keburu kantin penuh" kintan langsung memotong perkataan diandra yang sedari tadi mencemooh seseorang terus menerus.

Apa tidaklah capek?

"Ishh.. Gue mau baso pake mie bihun sama jus jeruk deh," pinta diandra.

Alena mengangguk, "gue sama kayak diandra ya."

kintan bangkit dari duduknya, "oke gue pesanin dulu. Lo pada kalo ngobrol tunggu gue yap"
kintan menatap bergantian kedua sahabatnya, karena kebiasaan diandra dan Alena ketika dia sedang memesan , mereka mengobrol larut. Yang mana membuat kintan sulit untuk ikut tenggelam bersama obrolan mereka.

Diandra dan alena hormat patuh, persis seperti upacara bendera. "Siap bu kintan!1!1" sahut mereka bersamaan.

Kintan terkekeh dan mengacungkan jempolnya, "itu baru anak pintar!"

***

Diandra melahap baso yang berukuran kecil dan menatap kedua sahabatnya bergantian sembari bertopang dagu, "lo denger gak sih. Katanya ibu atika itu lahiran. Anaknya itu kembar tiga."

Alena menyeruput jus jeruknya, kemudian membenahi sedikit rambutnya yang menutupi mata. "Ibu Atika yang guru matematika waktu kita kelas 10?" Alena menaikan alisnya kepada diandra, menanti jawaban.

"Iya len. Guru kita. Guru matematika yang sabar nan cantik rupawan itu." Alena mengangguk setelah mendengar ucapan diandra.

Memang benar, ibu atika itu guru matematika mereka sewaktu kelas 10. Beliau sosok guru yang penyabar. Karena jika ada murid yang kesulitan dalam mencerna materi maupun menyelesaikan soal latihan, beliau akan mengajarkan mereka hingga mengerti. Karena menurut beliau itu adalah kewajiban seorang guru membuat muridnya mengerti dan paham apa yang disampaikan oleh gurunya. Dan juga hak murid itu mendapat pengajaran dari guru hingga mengerti. Dan juga jangan lupakan paras beliau yang cantik. Meskipun usianya sudah menginjak kepala tiga.

"Emang bisa kembar tiga gitu?" tanya Alena. Karena dia bingung, memang bisa kembar tiga? Bukankah hanya dua?

Kintan yang sedang melahap batagirnya menatap alena, "ya bisalah. Bahkan ada yang sampe lima len." sahut kintan yang diangguki oleh diandra, "bener tuh. Gue juga pernah lihat berita di tv ada ibu ibu yang ngelahirin anak kembar sampe tujuh. Gimana coba?" Alena mengangguk dan mencerna ucapan diandra.

"Ya mana gue tahu lah. Gue juga ngeri sih. Ngelahirin anak sampe segitu banyaknya" alena menyetujui ucapan kintan.

Karena memang benar Melahirkan satu anak saja harus berjuang melawan maut. Nah ini apa? Sampe tujuh?

Oh ya tuhan..

"Gue cariin lo di kelas gak ada. Eh ternyata disini lo alena."
Alena mendelik kebelakang, karena namanya dipanggil. Alena sudah pasti tahu jika suara bariton itu berasal dari sahabat lelakinya yang pernah dia tolak, sekaligus penyebab mendapatkan peringatan pertama dari cewek bar bar.

Dan benar saja itu vano. Dia sedang menenggelamkan tangannya kesaku celananya. Sejurusnya dia duduk disamping alena,

"emangnya ada apa lo nyariin gue?" Alena memalingkan wajahnya kesamping menatap vano sembari mulutnya mengunyah baso. Karena ada apa vano mencarinya?

Vano mengambil garpu yang ada di mangkuk alena dan menusuk baso, kemudian dia telan. "Ya pengen nyamperin aja" ucapnya setelah selesai mengunyah.

Alena hanya ber oh ria. Kemudian menatap kedua sahabatnya yang sedang menatapnya, "apa?" tanya Alena.

Diandra dan kintan sontak menggaruk rambutnya karena kepergok menatapi alena, "gu-gue balik duluan ya. Tenang aja gue bayarin" sahut kintan dan melirik kearah diandra "yuk ndra. Katanya lo mau pinjem buku gue" kintan langsung menarik lengan diandra dan tidak membiarkan diandra menyetujuinya atau tidak.

Alena menggelengkan kepalanya. Memalingkan wajahnya kearah vano yang sedang bertopang dagu menatapnya, vano menunjuk mangkuk baso dengan lirikan matanya.

Alena menaikan alisnya, "apa sih van?"

Vano menunjuk baso, kemudian menunjuk mulutnya sendiri. "Suapin gue len" pinta vano dengan manja.

Alena menganga bukan main. Sumpah demi apa vano menjadi semanja ini? Kemana sifat dingin vano yang menyebalkan itu? Tak menutup kemungkinan, perilaku vano barusan mendapat banyak perhatian dari semua pasang mata yang dikantin. Mereka tidak menyangka jika vano yang badboy, dingin, cool, bisa semanja dan secute dihadapan alena.

Alena meraup wajah vano dan sedikit mencodongkan wajahnya. Yang mana mendapat tatapan tanya dari pria beraroma aftershave itu, "lo gak lihat mereka ngeliatin lo aneh gitu?"

Vano menggeleng dengan wajah yang masih digenggaman alena, "gak penting mereka bilang apa tentang gue. Ini hidup gue. Bukan hidup mereka. Gue yang jalanin. Bukan mereka. Lagipula gue hidup bukan buat mereka terkesan"

Alena menjauhkan dirinya kembali dan menghempaskan nafasnya gusar. Melayangkan tangannya kearah mangkuk dan menusuk baso dengan garpu lalu dilayangkan kearah mulut vano yang disambut baik oleh empunya, "nah gitu dong" ujar vano seraya menjawil hidung mabcung alena.

Alena hanya bisa memajukan bibirnya persis seperti kartun donal bebek.

Vano terkekeh dan meraih dagu alena seraya mendekatkan wajahnya. "Bibirnya Gausah di monyong monyongin gitu. Takut entar bibir gue hilaf, terus nerjang bibir lo gimana?"

sontak Alena menepuk dahi Vano kemudian menjauhkan wajah vano dengan telunjuknya. Dan membiarkan vano mengacak rambutnya.

------------
Tbc.
See u on next chaps.
Sorry sekiranya ini gak panjang alias pendek yeps😥
Plss leave ur vote/comment durl.

Sorry jika ada typo yap~

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang