VERSI BARUNYA DITERBITKAN OLEH BIBLIOPUBLISHING. SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS.
Alena Nathalia Saudad harus bernasib buruk ketika bertemu dengan om-om sejuta percaya diri. Terlalu narsis dan perayu ulung. Astaga... Bahkan Alena harus geleng...
Jumpa lagi dengan saya. Tenang, chapter ini masih manis-manis kok, belum kasih konflik (lagi) muehehehe.
Hm, minta vote + komentarnya ya buat chapter selanjutnya 🙏
Minta koreksinya jikalau ada typo ya👅
___________________________
"I love you, Alena."
- Hugie Dirgana P.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagaimana jika kita ke pantai?"
Dengan mata yang masih menatap pria itu juga pantatnya yang masih menempel di kursi, Alena merasakan rasa girangnya kembali membuncah. Dia merasakan senangnya bukan main mendengar ajakan dari pria itu.
Tentu saja dia senang bukan main, dia sudah lama tidak bermain-main dengan yang namanya pantai. Dia merindukan masanya kaki jenjang itu terbasahi oleh air laut, bermain pasir pantai juga bermain-main dengan ombak yang mengasikan.
Uh, dia sangat merindukan itu.
"AYO KITA KEPANTAI KAK!" Alena melompat dari kursinya dan lantas memeluk leher pria itu dengan erat. Tak lupa juga goyangan dilakukannya. Membuat Hugie terkekeh serta mengusap rambutnya dari belakang.
"Kamu senang Alena?" Hugie mengatakan itu dengan kepalanya yang sudah menengok kebelakang, saat itu juga dia tertawa disaat gadis itu mengecup pipi kirinya dengan penuh semangat. "YA TENTU AKU SENANG, KAK! KAPAN KITA BERANGKAT?"
Alena sudah melepaskan rangkulannya dari leher Hugie. Dia kembali duduk di kursi sebelumnya. Oh, jangan lupakan senyuman itu masih terulas dibibirnya.
"Secepatnya kita akan kesana, sayang." Hugie membawa piring juga gelasnya di wastafel, lalu membasuhnya perlahan.
Dan Alena juga mengikutinya dari belakang. "Ya secepatnya itu kapan kak?"
"Sehabis saya mandi dan pulang ke rumah, bagaimana?" Hugie mengelap tangannya yang basah lalu mengusap pipi Alena. Namun tidak bisa karena gadis itu sudah menjauh. "Jangan sentuh pipi aku, tangan kakak kotor habis kena sabun cuci gitu!"
"Baiklah, baiklah," pasrah Hugie dengan tangan yang dimasukan ke saku celananya. "Kamu sudah mandi?"
"Kelihatannya bagaimana?"
"Hm, bagaimana ya?" Hugie menarik Alena mendekat dan menghirup aroma gadis itu yang sangat wangi. "Benar kamu sudah mandi, wangi gini."
