Chapter 17. Hugie vs Vano.

7.3K 541 10
                                    

***

Apa ini yang dinamakan cemburu? hati seolah terbakar ribuan api yang menikam saat melihatmu dengannya.

***


Cowok yang bernama Vano, kaliini dia merasakan bahagia. Bahagia karena dia bisa menghabiskan waktu kisaran tiga hingga empat jam bersama Alena. Bersama sahabat kecilnya ini.

Tak apa dia harus mendekam ke ruangan penuh buku itu, yang penting dia bisa melihat gadis itu tersenyum, dia juga bahagia. Senyuman yang gadis itu torehkan seakan memberinya getaran akan adanya kebahagiaan, hatinya menghangat kala di dekat nya. Jantungnya berdegup kencang jika berada dekat dengannya. Perutnya sering kali merasa tergelitik kala gadis itu memberikan sebuah senyuman manisnya.

"Van, kita langsung balik aja ya, gue takut mamah nyariin gue."

Walau dengan hati yang setengah hati memberontak karena dia belum puas menikmati waktu bersama gadis itu, Vano pun menganggukan kepalanya dua kali. Dia menyetujui permintaan gadis itu.

"Ayok len. Naik" perintah Vano seraya menyodorkan helm pada Alena. Dia sendiri sudah memakai helm.

Alena menerimanya dan memakai helm itu dan naik ke motor vano sembari tangan kirinya membawa kantong plastik.

"Pegangan Len. Gue mau ngebut. Lo gak mau kebawa angin juga kan?" kata Vano.

Alena mendengus, namun perlahan dia melingkarkan tangan kanannya yang masih bebas ke pinggang Vano. merasakan kerasnya perut Vano.

Kemudian mereka membelah jalanan di temaramnya malam.

***

Alena membelalakan matanya saat mereka sudah sampai di depan rumah. Dia melihat mobil Hugie sudah terpakir cantik di teras rumah nya.

Astaga untuk apa dia kesini? batin Alena menggerutu. Namun hatinya berloncat kegirangan kala Hugie datang ke rumahnya.

Vano membuka helmnya. Dia menatap Alena setelah cowok itu berhasil turun dari motornya. Dia menatap gadis itu dengan senyuman yang masih mengembang.

Alena turun dari motor vano dan melepaskan helmnya dengan hati-hati agar rambutnya tak berantakan lagi. Dia tidak ingin membuat Vano kembali mengejeknya. Sudah cukup tadi, dia tidak ingin mengulanginya lagi!

"Kayaknya lo bener bener turutin omongan gue deh." Vano bersandar di motornya dan melipat tangan di dada. Dagunya terangkat sedikit, serta mata elangnya menatap tajam kearah gadis itu.

Kerutan didahi Alena menyeruak saat mendengar ucapan Vano, "maksud lo? Ucapan yang mana ya Van? Sumpah gue gak paham."

"Ucapan gue yang nyuruh lo hati hati pas ngelepasin helm."
 
"Oh," kini gadis itu menghela nafasnya dengan lega, dia baru sadar jika yang dimaksud Vano adalah itu. Dia tersenyum. "Ya iyalah, gue gak mau buat lo ejek gue lagi."

"Jangan banyak senyum ke gue. Nanti gue suka sama lo!" Vano melayangkan tangan kirinya yang bebas ke puncak kepala alena dan mengacak pelan rambut gadis itu dengan gemas. "Karena senyum lo itu manis banget!"

"Hih," gadis itu memutar bola matanya. "Kayaknya lo seneng banget ya, acak-acak rambut gue!"

"Lo lucu sih!" Vano maju satu langkah dan mencubit kedua pipi Alena dengan sedikit goyangan. "Pacarnya siapa sih? Oh iya, lo kan jomblo!"

"Ih, rese lo!" gadis itu membalas dengan cubitan di lengan Vano.

"Bodo!" kata Vano, "oh iya, gue boleh masuk dulu gak? Gue mau pamitan sama tante Ratih karna udah bawa anaknya yang lucu ini sampe malem gini."

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang