Chapter 47. Pertarungan mereka.

5.3K 297 39
                                    

Sorry, baru bisa update sekarang.

Cukup kalian kasih bintang (vote) sebelum baca, lalu komentar setelahnya. Agar aku semangat nulis cerita lanjutannya.

H A P P Y
R  E  A  D  I  N  G

***

Pernah merasakan manis, berarti harus siap merasakan pahit. Hidup ini adil.

***

Masih dengan satu ruang dengan Hugie, Alena menatap pria itu dengan senyuman manis yang bertengger di bibir merah mudanya. Alena tersenyum jauh dari dalam lubuk hatinya.

Mengapa? Karena dia sepenuhnya yakin jika pria yang menjadi kekasihnya ini mampu menjaga dirinya dari segala makhluk-makhluk pengganggu mulusnya hubungan mereka.

Ditatapnya pria itu dengan rasa cintanya, sama halnya Hugie yang menatap Alena dengan rasa yang sama. Mereka berpandang-pandangan cukup lama. Dengan tangan yang masih bertautan dan juga senyum yang saling berbalasan.

Rasanya sangat menyenangkan, bagai dunia milik berdua. Dimana hanya ada kupu-kupu yang saling berterbangan, mengepakkan sayap indahnya diatas langit yang penuh bunga-bunga.

Sadar akan dirinya terlalu lama memandang, Alena memutuskan kontak mata mereka dengan cepat. "Kakak mau pulang?"

Mau tidak mau Hugie juga perlu mengerjapkan matanya beberapa kali, "kamu menginginkan saya pulang, Alena?"

Hah? Tentu tidak! Alena tidak menginginkan itu. Dia hanya bertanya saja. Mana mungkin dia menginginkan Hugie pulang. Dimana dia membiarkan rasa rindu itu kembali mendatanginya saat tidak bertatapan dengan Hugie.

Alena ingat kata Dilan nya Pidi Baiq, kalau rindu itu berat. Hah, baginya itu benar sekali. Alena merasa jika dirinya sedang merindukan Hugie itu seolah pikirannya terganjal batu besar yang sangat menyiksa. Dimana segalanya menjadi tidak fokus ketika melakukan sesuatu. Yang ada di dalam pikirannya hanya Hugie. Ya begitulah ketika dia sedang dilanda rindu.

"Kakak bercanda? Ya enggaklah, mana mungkin aku ngusir kakak." kata Alena seraya menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Kepala pria itu manggut-manggut seraya tersenyum, lalu dia menopangkan dagunya. "Lalu, apa yang membuat saya harus berdiam disini, Alena?"

"Apa ya?" sejenak perempuan itu mengetukkan telunjuknya ke dagu. Dia mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan kamarnya. Aha! Sebuah ide terlintas di otak cerdasnya.

Dia mengambil ponselnya yang ada di samping tubuhnya. "Bagaimana kalau game?"

Dengan mata Alena yang menatapnya, Hugie menganggukan kepalanya. "Baiklah, apa yang kita akan mainkan?"

"Kakak bisa bermain ludo king?"

"Ludo?" kata pria itu, "sepertinya saya cukup familiar dengan permainan itu."

"Great!" seru Alena semangat. "Oke, kita akan bermain itu. Tapi, sebelumnya masing-masing harus menulis sebuah hukuman di sebuah kertas tapi gak boleh dikasih tahu sama yang lain. Nah, hukuman itu nantinya buat diantara kita yang nantinya kalah. Saat sudah selesai permainan, hukuman itu harus dilakukan. Gimana?"

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang