Chapter 77. Hug Me Hugie (THE END)

9.3K 413 134
                                    

Hai.

Jangan lupa ya, baca cerita Dave. Sudah kupublish ceritanya di work. Masukin aja di library/reading list kalian. Karena bakal update setiap hari!

Huh, ini adalah endingnya. Semoga kalian suka ya! Eh, sebelumnya jangan pelitlah vote komentar nya.

___________________________


Three years over eleven months later- At Hugie's bedroom.


Sudah terhitung jelas jika tiga tahun lebih beberapa bulan ini, Hugie melakukan hubungan jarak jauh dengan Alena.

Pria itu nampak hidup seperti biasa, selalu bersikap hangat kepada orang lain dan juga giat bekerja. Dia tidak ingin berubah kelam lagi seperti dulu hanya karena kepergian gadisnya untuk mengejar mimpi.

Perubahan fisik pada pria itu nampak begitu jelas, badannya semakin tegap seiring olahraganya semakin giat, bulu-bulu halus yang berada pada rahang Hugie juga semakin melebat, walau tidak begitu banyak.

Hugie selalu mengirimkan pesan kepada Alena. Walau itu sekedar ucapan selamat malam, pagi atau tidak lupa makan. Perbedaan enam jam antara Jakarta dan juga Inggris tidak membuat komunikasi keduanya terputus.

Mereka selalu menyempatkan diri untuk saling berbicara dan melepas rindu melalui panggilan suara ataupun video.

Tidak berbohong jika keduanya saling merindu, saling ingin bertemu dan berbagi cinta yang tidak semu. Namun, mereka sadar jika waktu belum menyuruh mereka untuk bertemu saat ini, mungkin selanjutnya.

Alena selalu menceritakan kegiatannya di kampus kepada Hugie, entah banyak cowok yang menggodanya karena cantik, dosen yang menyebalkan ataupun keluh kesahnya yang tidak bertemu dengan cemilan kesukaannya, yakni keripik pisang keju.

Oh damn, Alena sangat merindukan cemilan itu, pernah saat itu, Hugie berniat ingin mengirimkan Alena cemilan itu, hanya saja Alena menolak karena memang itu berlebihan.

Masalah banyak pria lain yang menggoda Alena di kampus, memang itu benar adanya. Alena sangat-sangat dilirik oleh banyak mata.

Terutama oleh kaum Adam.

Dengan rambut yang sedikit bergelombang, wajah yang cantik, putih mulus, bibir menggoda dan juga badan yang ideal, membuat dia seperti ratu di universitas Cambridge.

Tidak salah mengapa sebagian mahasiswi yang iri kepadanya, entah itu iri pada fisiknya ataupun ilmu yang Alena miliki.

Respon Hugie tidaklah menyenangkan, pria itu hingga nekat ingin pergi ke Inggris dan menetap disana. Hugie melakukan itu hanya untuk memantau Alena agar tidak didekati oleh cowok lain.

Dan ya, Alena jelas menolak itu. Karena memang itu sangatlah berlebihan dan tidak masuk akal. Bagaimana bisa Hugie meninggalkan pekerjaannya yang banyak dan menumpuk itu hanya untuk mengawasinya di negeri orang seperti ini?

Dan kali ini Hugie menatap layar ponselnya frustasi. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam untuk Jakarta, dan di Inggris baru sekitaran pukul dua siang.

Biasanya jam-jam segini adalah jamnya gadis itu istirahat dan mengabarinya. Namun kali ini tidak ada kabar samasekali. Sudah hampir terhitung dengan jelas jika dia sudah melakukan panggilan sebanyak lima belas kali dan juga mengirimkan pesan sebanyak tiga puluh kali.

Nomor Alena tidaklah aktif, yang jelas membuat Hugie melempar ponselnya dengan keras ke kasur dan juga melepaskan kemejanya dengan nafas yang memburu.

Dia baru saja pulang dari kantor, badannya lelah dan juga moodnya tidak dalam keadaan baik. Berharapnya dia bisa mengubah perasaanya yang memburuk akibat pekerjaan dengan mendengar suara Alena, dan nyatanya perasaan itu semakin kalut.

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang