***
Sungguh indahnya kisah persahabatan. saling melengkapi bukan saling menghianati.
***
"Hiks, Hiks.. Dia kenapa harus meninggal? Padahal mereka serasi, njir! Ah, kasian sama ceweknya. Huhu.."
Alena sedang menangis tersedu-sedu sembari mengelapkan tisu ke air matanya yang terus mengalir. Dia sedang menonton drama Korea di laptop nya. Alena sedang menikmati malamnya yang terbebas dari tuntutan PR dengan menonton drama Korea dan menangis ketika pacar dari cewek pemeran film tersebut meninggal akibat kecelakaan.
Dia membayangkan jika kejadian itu menimpa pada dirinya, dimana dia akan merasakan itu semua. Dan ah, air matanya kembali mengucur. Gadis itu tidak sanggup membayangkan jika semua kejadian itu menimpanya.
Alena memiliki pengharapan mendapatkan cinta yang indah, dimana dia selalu akan merasa bahagia dan senyumnya tak akan pernah memudar. Walau sedetik. Terkesan mustahil memang, karena dalam percintaan pasti ada masalah yang mengikuti. Baik sepele maupun runyam. Dan kita harus siap menghadapi itu semua.
Jam berbentuk seperti jamur di nakas nya kian menunjukan pukul 00:30 WIB.
Namun gadis itu tetap berkutat dengan aktivitas nya, padahal esok hari dia musti sekolah. Karena menurutnya menonton drama korea jika tidak marathon seperti ini tidak mengasikan.
Gadis itu mulai menguap, matanya sudah serasa memberat. Seolah ada gajah yang numpang duduk dimata nya. Rasanya dia ingin cepat-cepat menidurkan diri dan berpetualang ke negeri mimpi. Dimana semuanya akan terasa indah bagai di surga.
Dia mematikan laptopnya dan menaruhnya di nakas. Kemudian berbaring dan memulai tidur. Berharap mimpi indah kembali menghiasi tidurnya.
***
"Alena bangun, nak! Sudah jam 7. Apa kamu mau telat, hah?"
Mamahnya mengguncang tubuh Alena yang masih bertepung selimut dengan mata yang memejam. Rika menoleh ke arah jam di nakas, sudah menunjukan pukul tujuh yang mana sekolah anaknya itu sudah masuk namun Alena masih tetap tidur. Dia menggelengkan kepalanya dengan berkacak pinggang.
"5 menit lagi, mah.." kata gadis itu, dia lebih mengeratkan selimutnya.
Tentu saja Ratih sebal, pasalnya dia sudah membangunkan Alena dari setengah jam yang lalu. Namun tetap saja mengatakan lima menit lagi, entah untuk yang keberapa kali dia tidak ingat.
Bahkan sebelum dia turun tangan seperti ini, Dave lah yang membangunkan Alena. Namun cowok itu melambaikan tangannya dan berpamitan berangkat duluan karena sudah siang. Biasanya Dave berangkat bersama Alena, namun hariini dia lebih baik menggunakan motornya sendiri ketimbang ikut telat bersama kakaknya itu.
Ratih heran, tumben sekali putrinya ini bangun telat seperti ini, biasanya Alena yang membangunkan nya. Tentu saja dia tahu penyebabnya, pasti sulungnya itu menonton film itu di laptopnya. Lagi-lagi gelengan kepala dia lakukan.
"Sekarang jam berapa, mah?" kata Alena saat dia berhasil membuka matanya.
Dia memaksakan bangun walau matanya yang masih memberat. Dia menoleh kearah sang mamah yang raut wajahnya terlihat sebal. Ada apa dengan mamah, pikirnya.
"jam berapa kamu bilang, hah?! Lihat tuh jam yang ada di nakas!" Ratih menunjuk jam yang ada di nakas Alena. "Lain kali kalah mau liat drama itu nyadar hari sayang, ingat sekarang kamu masih sekolah! Kecuali hari libur tuh, kamu boleh begadang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Hugie (TERBIT)
RomansaVERSI BARUNYA DITERBITKAN OLEH BIBLIOPUBLISHING. SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS. Alena Nathalia Saudad harus bernasib buruk ketika bertemu dengan om-om sejuta percaya diri. Terlalu narsis dan perayu ulung. Astaga... Bahkan Alena harus geleng...