Chapter 30. I'll be yours.

6.4K 434 17
                                    

Oh hai. Selamat membaca part ini yapp! Semoga kalian suka dan bisa meninggalkan jejak vote/komentar di chapter ini:))

***

Aku Hanya sebatas kekosongan, kehampaan, tanpa warna yang membutuhkan dia yang penuh warna.

***

Cewek dengan kaos putih oblong polos dan training hitam serta rambutnya yang dikuncir ini  sedang tersenyum kearah cermin. Sungguh dia tidak sabar untuk berjogging dengan seorang pria yang super sibuk itu. Pria yang mampu meluluhlantahkan hatinya. Pria yang selalu mengingatkannya agar tidak telat makan.

Alena berani bersumpah, jika senyum dapat menghasilkan uang seratus ribu untuk satu kali senyum, maka dia sudah memperoleh uang sekitar empat ratus, oh tidak-- Bahkan lima ratus ribu dalam pagi ini.

Alena duduk ditepian ranjanf dan memakai sepatu joggingnya. Ponsel Alena yang di charger pun berbunyi, tanda jika ada pesan masuk. Alena bangkit tanpa memerdulikan sepatunya yang belum diikat. Mengambil ponselnya dan melihat pesannya. Dan bahkan untuk yang keenam kalinya Alena kembali tersenyum, saat melihat pengirim pesan itu adalah Hugie.

From : Kak Hugie
Hai selamat pagi. Apa kamu sudah siap untuk lari pagi bersama saya?

Siap? Bahkan Alena sudah sangat sangat siap untuk jogging bersama pria itu.

To : kak Hugie
Siap dong kak😆

Bahkan Alena harus kembali senyam senyum tidak jelas saat membalas dan membaca pesan dari Hugie.

From : Kak Hugie
Ok. Saya akan kerumahmu sekarang.

Alena mengikat tali sepatunya dan melangkahkan kakinya untuk keluar kamar. Saat Alena melewati kamar Dave, sempat terbesit dipikiran Alena untuk membuka pintu kamar adiknya itu. Hanya untuk mengecek keadaan Dave saja.

Alena meraih kenop pintu yang kebetulan tidak terkunci dan membukanya. Bahkan Alena berani bersumpah, jika kapal pecah lebih baik dari keadaan kamar adiknya yang sudah tidak layak untuk dikatakan kamar lagi. Kendati keadaan yang sudah berantakan ini.

Terbukti dari berbagai pensil warna, spidol, dan crayon yang berserak serakan dan memisahkan diri dari tempatnya. Tas yang biasa Dave gunakan untuk sekolahpun sudah teronggok tragis dibawah meja belajarnya. Alena yakin jika Dave telah melakukan menggambar, kendati terlihat sebuah gambar dikertas yang ada dibawah kaki Alena.

Dan pelaku dari keterhancuran kamar inipun masih tetap terlelap dan berkelung dalam selimut dengan bertelanjang dada. Salah satu kebiasaan dave ketika tidur adalah melepas kausnya. Alasannya karena katanya gerah. Padahal AC dikamar sudah menyala. Alena sempat berfikir jika kulit Dave itu seperti kulit beruang, yang tebal dan tahan terhadap dingin.

Alena menyeringai menatap wajah polos adiknya yang masih terpejam itu. Alena berjongkok dan memungut spidol berwarna merah lalu menorehkan dengan hati hati kepipi Dave. Membuat sebuah kumis layaknya kucing dipipi dave. Alena bahkan harus mengigigit bibir bawahnya sendiri, demi menjaga tawanya yang hampir membludak melihat wajah dave yang sudah ada kumis berwarna merah hasil karyanya.

Alena menaruh kembali spidolnya dan keluar dari kamar dave dengan terburu buru saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Alena yakin, jika itu Hugie.

***

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang