Chapter 72. Where are you now, Alena?

4K 276 88
                                    

Hai.

Gimana kabar?

Semoga baik-baik saja ya. Agar masih bisa baca kelanjutan cerita ini hehehe.

Mohon, kerjasamanya untuk memberi vote & komentar di lapak ini ya. Lalu, aku akan melanjutkan cerita ini hingga tamat. Mutualisme, kan? HAHAHA.

___________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

Hari ini hari kamis, matahari sangat mencolok. Walau sudah pukul tiga sore, akan tetapi sinar itu masih saja terasa panas dan juga terik. Mampu membuat badan orang mengeluarkan peluh, dan juga melahirkan dahaga yang menyiksa tenggorokan.

Begitupun dengan Alena, dia sedang ingin berlama-lama didalam kelasnya, karena sudah tahu jika cuaca kali ini lumayan panas. Di kelas tersedia pendingin ruangan. Well... bukankah ini terdengar lebih baik ketimbang berpanas-panasan di luar ruangan?

Sebetulnya, Alena tahu jika Dave sudah pasti menunggunya di depan gerbang. Dia sudah memberi kabar perintah untuk menjemputnya seperti biasa. Dan hal itu mampu membangkitkan diri kejahilannya yang memerintahkan jika badannya tetap disini dan membiarkan Dave berpanas-panasan di luar.

Alena tidak peduli dengan nanti atau tidaknya Dave akan menggerutu dan kesal, karena dia suka sekali melihat wajah memerah Dave menahan marah dan mulut adiknya itu mengeluarkan sumpah serapah.

Kelas yang dia huni sudah lumayan sepi, hanya tersisa dia dan juga ketua kelas yang sibuk mengurus proposal. Adit, yang merupakan ketua kelas dua belas MIPA 3 ini juga menjabat sebagai ketua paskibra, yang sedang sibuk mengurus acara sertijab.

Bulan depan, Alena akan menghadapi ujian nasional. Dia sudah memastikan jika harus giat belajar, dan mendalami materi agar bisa diterima di universitas impiannya.

Seringkali Alena terpikirkan, apakah Hugie akan mengizinkan dirinya untuk pergi keluar negeri demi mengejar pendidikan? Hah... Alena sampai sekarang belum berani memberitahu berita tersebut.

Dia kerap kali dibayangi oleh kenyataan pahit jika dia diterima di universitas itu, akan menjalani hubungan jarak jauh dengan Hugie. Alena tidak ingin jika hubungannya dengan Hugie harus kandas karena masalah ini. Dia ingin tetap menjalani hubungan asmaranya ini, walau berbeda negara.

Alena membangkitkan tubuhnya dan keluar dari kelas. Langkahnya sangat santai bersamaan dengan telinganya yang disumpal oleh headset. Musiknya menghentak di telinga, dan tidak menyadari jika Roni sudah mengikutinya dari belakang.

Cowok itu sudah menenggelamkan tangannya di saku celana. Dirasa Alena tidak menyadari keberadaannya, saat itu juga Roni mempercepat langkahnya dan menepuk pundak Alena dari belakang.

Tidak keras, namun mampu membuat Alena terkejut dan membalikan tubuhnya.

Alena sangat ingin sekali menenggelamkan wajah dengan senyuman dari Roni itu ke danau Toba. Bagaimana bisa cowok itu tengah tersenyum disaat dia sedang mengatur jantungnya yang gila-gilaan karena terkejut?! Shit...

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang