Chapter 36. Ancaman dan Pizza

6.7K 388 11
                                    

Hai😁
Sebelum baca alangkah baiknya siapin jempol kalian untuk menekan tombol bintang/vote untuk chaps ini yaa. (Biar aku semangat lanjut cerita nya wkwk)

Mau komentar kritikan atau saran atau apapun itulah serah, boleh kok boleh banget. Silahkan saja kawan!😂

Udah deh ya, selamat membaca. Semoga suka (aminnn)

***
Cinta akan lebih bermakna ketika kita selalu jujur dan saling percaya pada pasangan kita.
-Alena.

***

Lima bulan sudah mereka berpacaran. Tak jarang hubungan mereka terguncang oleh selisih paham satu sama lain. Tapi dari semua itu mereka dapat belajar jika suatu hubungan itu saling percaya satu sama lain.

Seperti kata Alena, Cinta akan lebih bermakna ketika kita selalu jujur dan saling percaya pada pasangan kita.

Pria beraroma chocolate dan bersuit hitam itu memasuki rumahnya dengan raut wajah yang lelah. Hari ini dia melakukan banyak rapat penting dengan perusahaan ternama. Hal inilah yang membuat Hugie lelah, bahkan bisa dikatakan sangat lelah.

Belum lagi ketika perjalanan pulang, dia harus dihadapkan kembali dengan cobaan berupa ban mobilnya yang bocor. Alhasil dia harus kembali mengelus dada dan menghadapi semuanya dengan senyuman. Lagipula, Hugie juga tahu jika mengeluh itu tidak baik dan tidak akan menyelesaikan segalanya.

"Hugie kemarilah, papah ingin bicara dengan kamu."

Sebuah nada tegas yang tak terbantahkan merasuki indera pendengaran Hugie. Dia tidak bisa membantahnya, selelah apapun dirinya.

Karena sejak kecil orangtuanya itu selalu mengajarkan padanya jika omongan orang tua itu harus didengarkan dan perintahnya juga harus dilakukan. Dalam artian yang baik.

Baiklah, dia mendekat kearah pria paruh baya yang sudah menginjak umur setengah abad itu dengan baju polo malam ini, disampingnya ada mamahnya yang sedang tersenyum dan mengangguk kearahnya.

"Apa yang ingin papah bicarakan pada Hugie?" serunya ketika dia sudah berhasil menjajakan pantatnya ke sofa berwarna krem itu.

"Mas, biarkan Hugie istirahat atau setidaknya mandi dulu. Dia baru saja pulang kerja lho." Tante Rika alias mamahnya Hugie akhirnya bersuara.

Dia tak kuasa melihat raut wajah lelah putra semata wayangnya itu. Dia mengerti dibalik senyuman yang bertengger di wajah Hugie, ada kelelahan yang membuncah didalamnya.

Setya, papah Hugie mendelik kearah istrinya itu, lalu mengusap bahunya pelan, "tapi ini sebentar Rika. Ada yang ingin aku sampaikan."

Dan Rika serta Hugie pun hanya bisa mengangguk patuh. Membiarkan pria paruh baya itu menyampaikan bicaranya, "katakanlah pah." seru Hugie.

Hug Me Hugie (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang