Malu

3K 139 0
                                    

"Apa sebenernya yang lo rencanain buat gue??" Ujarnya tenang. Dan seketika wajah Agam berubah pias.

Mereka masih saling pandang dalam hening dan Agam masih setia bergeming.

"Apa Agam??" Ujar Elmi lagi kini dengan nada menuntut akan jawaban.

"Gak ada. Buatin gue makan malam itu hukuman buat lo!" Ucap Agam dengan nada dingin dan wajah itu sudah berubah menjadi sangat datar.

Yaah!! Agam sekali jika sudah memasang wajah seperti itu. Dan tandanya perintahnya takkan terbantahkan.

Elmi memejamkan mata dan menghembuskan nafas lelah, lalu dengan perasaan dongkol dia beranjak dari sofa menuju dapur.

"Jangan lama-lama gue udah laper bi!" Ucapnya santai dengan nada meledak, Elmi otomatis menghentikan langkahnya yg hampir menuju dapur. Apa katanya?

'Bi'

Bibi maksudnya...

What the hell..

Emang gue pembokatnya! Sialan si Agam. Oh god! Ini baru sehari gue tinggal sama dia tapi sudah di buat pusing dengan perlakuannya dan segala peraturannya.

***

Elmi POV

"AGAM!!!!" Panggil gue mungkin sudah ke berapa kalinya, tapi tetap saja dia tak bangun-bangun. Sudah gue bangunkan dari tempat tidur, eh malah tuh bocah edan pindah tidur di ruang televisi membuat gue geram saja.

Gue gereget!

Bingung? Dengan sikap gue yang sedari tadi ngotot ngebangunin tuh anak. Sebenarnya sih gue males teriak-teriakan manggil tuh anak supaya bangun. Yaa, mengingat ini hari minggu dimana hari ini weekend yang seharusnya di pake buat jalan-jalan malah gue masih ngejogrog di apartemen Agam.

Hmm.. Ini tentang peraturan sialan yang di buat Agam waktu itu, mau nggak mau gue harus beres-beres karena sekarang jadwalnya setelah kemarin kita puas-puas dengan urusan masing-masing. Sebenarnya sih gue masih nggak puas menikmati weekend gue kemaren secara yaa lima hari gue di pusing kan dengan segala mata kuliah, masa iya! Hanya satu hari waktu untuk senang-senang melepas penat. Gila memang pemikiran si Agam! Gue nggak habis pikir apa sebenarnya yang ada di pikirannya.

"Woy Agam!! Bangun!" Teriak gue lagi seraya memakan roti bakar yang gue letakkan di atas meja makan. Tetapi, Agam masih tetap tak bergeming malah ia sengaja menutup kepalanya dengan bantal. Tuh orang lelah banget kali yaa? Ini lelah apa males yaa? Ck, laki-laki memang semuanya pemalas, apa lagi sekarang hari libur yang dimana hari tidur untuk para kaum adam.

Gue berjalan seraya masih mengunyah roti yang tadi gue buat ke arah jendela yang dimana di luar hujan lebat. Hmm.. Begitu moment yang gue sukai, dimana hari minggu yang diguyur air yang turun dari langit.

Hujan bagi gue anugerah dimana titik-titik air itu terjun dengan ikhlasnya membasahi bumi. Karena nya tumbuhan kembali hidup, karenanya tanah bisa menjadikan tumbuhan itu hidup. Dan karenanya juga gue bisa lemah tanpa mereka ketahui. Sebab, gue menangis tapi karena air hujan gue tak terlihat menangis.

Gue menyukainya titik-titik air ajaib ini!

Gue berbalik dan menghela nafas panjang. Mata gue menyusuri tempat yang sudah satu minggu ini gue tempati tanpa ada yang mengetahuinya. Mata gue menangkap seorang pria yang masih berbaring di sofa tempat tidur, eh tunggu bantal yang tadi ia kenakan untuk menutupi wajahnya itu kini sudah terjun bebas ke lantai, tak terasa senyum ini mengembang. Dasar kebo apa dia sudah molor lagi?

Touch Love (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang