Memutuskan untuk berumah tangga mandiri, Agam memilih untuk hidup berdua saja dengan Elmi. Setelah pagi tadi, Agam langsung berpamitan kepada para orangtua bahwa ia akan kembali ke apartemen dan langsung menjalankan aktivitas seperti biasanya.
Sudah satu bulan mereka hidup bersama, tapi belum ada perubahan yang menonjol dari pernikahan dua anak muda itu, masih sama saja dan Agam mungkin masih belum menyadari adanya cinta.
Agam masih belum bisa berubah, ia bersikap masih sama seperti sebelum menikah. Sering meninggalkan Elmi sendiri hanya untuk bermain volly. Ia tak memanfaatkan waktu senggang setelah kuliah untuk cepat pulang, ia malah memilih untuk nongkrong lalu memuaskan hobby nya. Ia tak pernah sadar bahwa Elmi sering menunggunya dan mungkin kesepian di masa kehamilannya."Si Agam sering ninggalin lo gini, El?" Berkacak pinggang di depan sang ibu hamil, Riva kesal melihat Elmi yang santai saja dengan sikap Agam yang seenaknya.
"Enak Riv! Makasih yaa aunty," Ucap Elmi senang seraya masih lahap memakan manisan yang tadi di belikan Riva.
"El!" Menggeram jengkel Riva menatap tajam Elmi yang malah nyengir disana.
"Dia kan kuliah Riv, masa iya gue harus minta dia bolos demi nemenin gue doang,"
Berdecak kesal sambil memutar bola mata jengah, Riva memilih duduk di samping sang sahabat, "Harusnya lo protes dengan sikap Agam yang gak berubah gini, padahal kan sebentar lagi dia bakal jadi ayah!"
Mengelus perutnya lembut, Elmi kemudian beranjak setelah tadi menaruh manisan buah di pangkuan sang sahabat karib, ia harus mengalihkan pembicaraan Riva untuk saat ini, "Mau minum apa?"
Menyipitkan mata seolah tau bahwa Elmi mengalihkan pembicaraan, Riva menarik pelan tangan Elmi agar kembali duduk bersamanya, "Gue bisa ambil sendiri," Katanya dengan sedikit garam, "Lo udah minum susu belum, katanya lo sering lemes kalo gak minum susu hamil,"
Deg.
"Eum--," Menyelipkan anak rambutnya disana, Elmi bergerak gusar menyadari minggu ini Agam belum membelikan kembali susu hamilnya, "I--itu nanti gue minumnya kalo mau tidur,"
"Oh gitu," Ucap Riva seraya mengangguk-anggukan kepalanya. Lalu gadis itu mengalihkan pandangan dari Elmi ke layar televisi di depannya.
Elmi menghela napas lega, ia bingung saat pagi hendak minum susu ternyata persediaan susu hamilnya sudah tidak ada. Ingin ia menanyakannya, tapi Elmi takut membebani Agam dengan segala kebutuhannya.
Haha. Apakah itu pemikiran dalam kehidupan rumah tangga?
***
"Lo gak balik cepet lagi, Gam?" Angga yang baru datang bersuara seraya melirik Agam yang tengah berlatih, kebetulan waktu sudah menujukan senja dan mereka masih berada di tempat spaering volly saat ini.
"Ck, payah lo!" Berdecak, Agam tak menghiraukan ucapan Angga, ia malah berbicara pada orang di seberang sana.
"SIAL! UDAHAN LAH GUE CAPEK!"
Agam mendengus melihat Inggil malah berlari ke tempat khusus Putri, "Dasar playboy gila!" Mengumpat dengan sedikit terkekeh, Agam di buat geleng kepala lantaran melihat temannya itu sekarang sedang menggoda perempuan.
"WOY GILA! GUE BILANGIN RIVA YAA!" Ancamnya, sukses membuat Inggil di seberang sana meringis menatap Agam.
"GAK ASIK LO, GAM!"
Mengoper bola dengan kuat Agam berbalik lalu menoleh pada Angga yang tengah bersedekap menatapnya, Angga masih mengenakan kemeja disana, sepertinya ia baru selesai kuliah.
"Baru balik?" Agam bertanya seraya melangkah menuju tempat istirahat, "Si Fahri gak ikut?" Agam bertanya karena tak menemukan Fahri disana.
Angga tak menjawabnya, ia hanya memperhatikan Agam yang tengah meneguk air mineral nya. "Tak ada yang berubah." Batinnya.
"Apaan?" Ucap Agam yang merasa risih karena Angga hanya diam menatapnya,
"Kapan lo berubah?" Ucapan Angga sontak membuat kebingungan di diri Agam, "Lo bukan lagi lajang, ada seseorang yang setiap hari nunggu lo pulang!"
Menutup tutup botol dengan kesal, dengan sembarangan Agam langsung melemparnya, "Jangan terlalu ikut campur urusan orang!" Katanya datar sambil memasukan sesuatu ke dalam ransel nya. Selalu seperti ini sikap Agam jika sudah di singgung masalah statusnya.
"Gue sahabat lo, bukan sembarang orang yang tadi sempat lo bilang!" Tak ingin kalah disana Angga tersenyum samar melihat wajah Agam berubah kusut karena ulah nya.
Menghela napas sejenak, mata Agam kembali beradu retina dengan Angga, "Si Ayudia aja gak pernah protes sejauh ini sama gue, tapi lo?" Mengetatkan rahang, Agam berusaha menahan emosinya, "Udahlah, lo bikin gue gak mood!" Dengan cepat Agam berbalik meninggalkan Angga yang malah tersenyum tipis di balik punggungnya.
"ADA TITIPAN DARI AGAS! GUE UDAH TARO DI KURSI BELAKANG MOBIL LO! KATANYA DARI TANTE RISSA!" Hanya membalas lambaian tangan dengan malas, Agam tak sedikitpun ada niatan untuk menoleh kebelakang.
"Kok pulang?" Inggil yang bingung melihat temannya tiba-tiba pulang menyerukan pendapatnya disana, "Pasti gara-gara lo!" Todong Inggil pada Angga lalu dengan santai ia meneguk air mineral yang tadi sempat Agam lempar.
Pletak!
"Aww--" Meringis sakit, Inggil dengan segera menyudahi sesi minumnya, "Ingin ku berkata kasar!" Ucap pria playboy itu seraya menggosok tengkuknya.
"Apaan sih lo, Ga! Sembarangan geplak kepala orang aja!"
"Kalo si Agam ngajakin sering nongkrong, lo harus bisa bijak sebagai temen Inggil!" Mengerutkan dahi persis orang idiot, Inggil kembali mendapat siksaan. Kali ini toyoran yang ia terima.
"Siksa terus aja gue, gue ikhlas!" Setengah jengkel Inggil mendengus melihat Angga malah tertawa setan.
"Mangkannya jadi orang jangan bloon-bloon amat sih, maksud gue itu. Lo harus bisa ngerti dan mengingatkan bahwa si Agam sudah sepenuhnya punya tanggung jawab, dia gak seharusnya bisa main-main seenaknya kayak tadi sedangkan sebentar lagi dia akan menyandang status sebagai ayah!"
Mengangguk mengerti, Inggil memilih duduk sambil memainkan botol air tersebut, "Dia lagi pusing, Ga!"
Menyusul untuk duduk Angga memilih diam untuk mendengarkan Inggil berucap, "Kayaknya dia lagi kesusahan, soalnya tadi Agam sempat nanyain soal kerjaan," Berucap serius Inggil menoleh demi melihat raut wajah Angga.
"Lo serius?" Inggil mengangguk mantap lalu beranjak setelah tadi mengambil ransel nya.
"Dia udah terlanjur bilang mau mandiri, Ga! Lo tau si Agam kan orangnya kalo udah ngambil keputusan pantang melepaskan," Lalu mereka berjalan berdampingan untuk segera keluar dari area latihan.
"Keras kepala!" Inggil terkekeh mendengar suara Angga yang berubah ketus barusan. Tapi, percayalah dia pasti ikutan pusing memikirkan masalah temannya.
"Btw Gil, congrats!" Inggil menoleh cepat disana dan terlihatlah wajah Angga dengan senyuman tulus khas dirinya, "Jagain dia, jangan buat dia kecewa kayak gue dulu lho yaa," Lanjutnya seraya tertawa meninggalkan Inggil yang mematung mencerna maksudnya.
"Damn!" Umpat Inggil setelah sadar, lalu ia berjalan cepat untuk menjajarkan kembali langkahnya, "Jangan salah faham dulu, gue belum menjalin hubungan sama Riva,"
"Gue dukung kok, santai aja!" Ucap Angga seluas senyum ia kembali berikan, "Bantu dia Gil, sudah cukup dia stay sedangkan orang yang di tunggu mustahil untuk berjalan kebelang. Karena yang namanya berjalan itu kedepan sedangkan kebelakang itu lain lagi, mundur namanya kan?" Senyum perlahan terbit di wajah Inggil, ia harusnya tak menundanya lagi.
Yaa, ia harus segera menyerukan maksud hati.
"Thank yaa, Ga!"
***
Hei! Incess come to you all😘 ada yang kangen gak neh? Kalo ada sini peyukkkk daku hahahha
See you😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Love (COMPLETE)
ChickLit(DEMI KENYAMANAN MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU YAW) WARNING!! DALAM MASA REVISI! HANYA BENERAPA PART YANG SUDAH DIGANTI DENGAN PENYEBUTAN KATA AKU. THANK YOU:* --- Kamu dikirim Tuhan untuk menopangku atau menjatuhkanku? Hubungan ini.. Rumit...