Agam baru menyadari, ternyata hidup berumah tangga seperti ini. Ia tak menyangka akan sepusing ini memikirkan tabungannya yang mulai menipis. Untuk masalah uang, Agam memang sudah tak mendapatkannya lagi, karena memang dia yang ingin orangtua nya itu tak ikut campur, terkecuali untuk masalah biaya kuliah Agam tak bisa menghentikannya.
"Ck, gue kayaknya harus hemat," Ucap Agam di sela nyetirnya, "Tabungan gue menipis lagi, pengeluaran otomatis nambah karena gue beristri, belum lagi gue harus nabung buat keperluan lahiran si Ayudia," Lalu Agam menghela napas besar seraya memijit pelipisnya, rasanya pikiran Agam begitu penat. Ia pusing sudah dari kemarin memikirkan pengeluarannya akhir-akhir ini.
"Sial! Pusing banget gue!" Dengan kesal Agam memukul kemudinya begitu keras, Mobil pun berhenti disana.
Drrtt.. Drrtt..
Fokusnya kini teralihkan, dengan segera Agam mengambil benda pipih yang bersarang di saku celana jeans nya.
Agas: Udah di terima belom bingkisan dari mama lo? Gue nitip tadi ke si Angga, soalnya gue gak sempet ke apartemen ngasih ke si Jay langsung.
Dengan kerutan yang menghiasi dahinya, Agam berbalik demi mengambil bingkisan yang di maksud saudaranya itu.
"Apaan nih?" Herannya, kemudian jemari nya dengan segera membuka plastik berwarna biru tua itu, setelah terbuka Agam menghela napas panjang, ia kesal! Apa dia kelihatan sudah kesusahan sekali yaa.
"Apaan sih mama! Nitipin susu hamil segala, dikira gue gak mampu beli kali yaa!"
-
Ceklek..
Agam masuk dengan wajah seperti biasanya, dengan menenteng bungkusan biru tua, kakinya terus melangkah menuju ruang tamu dengan televisi yang terus menyala. Baru tadi ia berpikiran untuk hemat, tapi istrinya kini malah menyalakan televisi tapi orangnya malah tertidur pulas di sofa panjang.
Terus mendekati istrinya Agam kini duduk di sebelahnya setelah tadi menaruh bungkusan biru itu di sisi lain sofa, menyadari wajah sang istri sangat pucat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Agam merasa khawatir disana. Apa istrinya ini sakit?
Membawa jarinya untuk menelusuri permukaan wajah sang istri, Agam menyingkirkan anak rambut yang mengganggu pandangannya, "Kok pucet lagi sih," Agam bergumam dengan perasaan khawatir. Jika benar istrinya sakit, ini pasti sepenuhnya salah dia karena memang sering sekali meninggalkannya sendiri dan pulang telat setiap hari.
Kenapa Agam begitu bodoh! Dia sungguh egois mementingkan diri sendiri!
Lama-lama Elmi terganggu disana, dengan sedikit mengerang, kelopak mata itu perlahan terbuka dan mendapati wajah yang sejak tadi ia rindukan, "Hei..," Agam berucap masih dengan jari yang menyentuh wajah istrinya, mulai dari dahi, turun ke hidung, hingga berakhir di bibirnya.
"Kenapa tidur di sofa?" Elmi tersenyum seraya menegakkan posisi badan di bantu Agam.
"Lo udah pulang?" Tak mendapat jawaban yang diinginkan, Agam mendengus samar sampai membuat Elmi terkekeh melihatnya, "Tadi lagi liat film, eh malah ketiduran," Jelasnya kemudian.
"Udah makan?" Agam bertanya seraya terus menatap lekat Elmi, "Muka lo pucet, Ay!"
Menggeleng jujur, Elmi menatap tak enak pada suaminya, "Itu--"
"Kenapa belum sih?" Dengan sedikit geram Agam menatap tajam istrinya yang belum selesai menjawab pertanyaannya, "Udah tau badan lo rentan, sering lemes! Tuh sekarang muka lo pucet lagi, Ay!" Cerocos Agam semata-mata itu karena ia sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Love (COMPLETE)
Chick-Lit(DEMI KENYAMANAN MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU YAW) WARNING!! DALAM MASA REVISI! HANYA BENERAPA PART YANG SUDAH DIGANTI DENGAN PENYEBUTAN KATA AKU. THANK YOU:* --- Kamu dikirim Tuhan untuk menopangku atau menjatuhkanku? Hubungan ini.. Rumit...