Agam POV
Gue menoleh saat wanita paruh baya datang dengan menenteng jas hitam, sambil bercermin lagi gue menghela nafas seraya mengancingkan satu lagi kancing kemeja putih gue.
"Udah beres belum? Jas nya udah siap ini," Gue memejamkan mata sejenak lalu memandangi suasana kamar gue yang penuh bunga.
Berdebar? Tentu kalian tau apa yang gue rasakan. Ini hari pernikahan gue dengan si Ayudia. Apa semua pria mengalaminya? Semalaman gue tak bisa tidur, gue ngeri membayangkan saat menjabat tangan pak Wirya Sanjaya dengan bibir mengucap janji akan menyejahterakan hidup anaknya kelak. Gue takut tidak mampu, sungguh!
"A, cepetan atuh..," Gue memandang mama yang berjalan di belakang gue dari cermin, ia tersenyum seraya mengusap bahu gue lembut, "Ganteng nya anak mama," Lalu wanita yang sudah melahirkan gue dengan selamat itu memasangkan dasi di leher gue.
"Ck, Agam gak mau pake dasi!" Gue menyentuh tangan mama seraya berdecak malas. Gue paling tidak suka pake dasi, itu membuat gue terasa tercekik.
"Jangan buat mama malu, kamu harus rapi kasep," Gue mendengus melihat mama tetap memasang dasi itu seraya melotot ke arah gue.
"Gerah ma! Agam ngerasa kecekik!"
"Gapapa!" Telak, gue malas berdebat dengan ibu negara.
"Pake!" Gue menoleh ke samping melihat Uwa Dewi yang memberi isyarat agar gue cepat memakai jas hitam pernikahan gue, "Uluh, kasepna!" Ujarnya seraya memandangi gue kagum, tapi gue hanya memandangi Uwa Dewi datar.
"Banyakin senyum!" Ucapnya lagi seraya menepuk pipi gue, lalu setelahnya Uwa Dewi pergi dari ruang ganti.
"Mama cek pak penghulu dulu, A!" Di susul mama dan sekarang di ruangan ini hanya ada gue seorang. Sumpah! Gue deg-degan bray.
"Ganteng nya calon manten!" Gue menajamkan pendengaran. Suara itu,
Dengan segera gue membalikkan badan dan terlihatlah wajah sepupu jauh gue yang sedang tersenyum simpul.
Dara.
Aldara Titania Permana.
"Kapan pulang?" Tanya gue terkejut melihatnya datang, "Kata Om, lo gak bisa dateng soalnya sibuk kuliah. Sok banget ih gila gue," Lanjut gue mengomel. Dan Dara tertawa terpingkal-terpingkal disana.
"Dara bela-belain balik karena tau disini ada yang spesial," Ucapnya di sisa tawa, "Si El cantik, A. Dara gak nyangka calonnya Aa dia," Ini aneh! Padahal tadi si Dara memuji si Ayudia, kenapa gue yang merasa menghangat yaa, "Di gantung teh Ivi lho, berani ngelangkahi dia yang mau meried," Dara masih cekikikan seraya mendekat, dan gue hanya tersenyum melihatnya yang terus mendekat.
"Lagian si Ivi kelamaan," Ucap gue santai menanggapinya. "Masih di gantung gebetan aja bangga, sok banget mau nikah segala," Dan Dara kembali tertawa seraya meninju geli bahu gue disana.
"Kedengaran dia, Dara yakin lo bener-bener di gantung, A" Gue hanya terkekeh seraya membalik tubuh untuk kembali merapikan kostum.
"Kok lo sama temen Dara, A. Perasaan yang kemaren bukan dia deh," Ia tersenyum penuh arti, dan gue tahu apa maksud arti tersebut, "Gimana ceritanya, sih?"Lanjutnya kepo seraya menaikkan alis cantiknya.
Gue mengedikan bahu acuh, "Lo juga, kok bisa sama temen gue?" Gue balik bertanya, Ia mengerutkan dahinya, "Lo mau sama si Dede gede," Lalu ia mendengus setelahnya saat mendengar kata Dede dan gue tertawa saja disana.
"Temen lo itu gila, A," Umpatnya kesal disana. Gue tau sepupu gue itu tak menyukai Fahri, tapi temen gue itu malah tak tau malu, Fahri malah mengumbar kedekatan nya yang sama sekali tak ada kebenarannya. Dia memang benar gila gue rasa.
"Masa tag gue sih, kenal kagak! Dasar alay,"
Gue terkekeh mendengar Dara yang tak merasa sedang curhat, "Alay juga cocok sama lo!" Ia kembali mendengus sebal, "Calon dokter itu, Dar! Cocok sama lo yang sama-sama berperan di kesehatan, jurusan lo keperawatan kan?"
"Terus?? Apa urusannya sama jurusan, Dara," Ucapnya sebal seraya bercermin disana, "Dia dateng gak?" Lanjutnya heboh seraya membalik tubuh agar bisa melihat rupa gue.
"WOY!" Gue dan Dara menoleh bersama saat Agas mengembulkan kepalanya disana. Sebenarnya gue jijik mempunyai ikatan darah dengannya, si Agas itu konyol nya sudah berkarat gue rasa,
"Ganti baju sono, manuk Dara," Agas berbicara pada Dara seraya cengengesan membuat Dara memutar bola mata jengah.
"Dan lo," Ia menujuk gue seraya masuk ke ruangan, "Siap-siap pak penghulu udah datang coy! Hahaha..," Lalu Agas tertawa dan gue hanya menyipitkan mata saat melihat penampilan nya.
Gue tidak terima!
"Kenapa lo pake seragam itu?" Tanya gue langsung.
Ia meringis seraya menggaruk tengkuk, "Agam! Gue itu keluarga lo, masa lo tega nyuruh gue pake baju penjaga catering. Ogah gue nempo wajah si Demit terus!" Kata Agas melas seraya melirik Dara yang akan keluar, "Dar, jangan mau sama si Demit yah..," Dara acuh melewati Agas,
"Gue serius manuk Dara," Agas terus mengoceh dan Dara hanya membalas lambaian tangan malas saja. Lalu benar-benar keluar disana.
"Bodo amat! Lo pokoknya pake seragam catering!" Ucap gue menarik perhatian Agas dari Dara, "Ganti-ganti!!" Agas mendengus jengkel dan gue santai beranjak. Sebenarnya gue menahan tawa melihat muka jeleknya yang kesal.
"A'A!!" Jeritan dari adik kurang ajar gue membuat gue berdecak kesal, "Si Elan jaga catering, A?" Ucapnya girang setelah tadi setengah berlari untuk masuk ke ruangan, "A'a! Jawab Dian dong," Lanjutnya sok imut. Rasanya gue bergidik ngeri mendengar Dian menyebut dirinya dengan nama.
"A'a Di--"
"Wuh! Lo gak boleh demen si Elan lagi, dia itu adik kakak ipar lo, jadi lo selamanya gak akan bisa bersatu, HA HA HA ..," Sela Agas cepat sambil tertawa jahat yang di buat-buat, lalu setelahnya dengan jahil ia mengusap wajah cemberut Dian disana,
Rasanya gue kesal melihat mereka yang tidak mau diam.
"Ck, ihhh Agas!!" Dian berdecak seraya menepis tangan Agas yang gue jamin bau daki disana. "Kata mama juga gak papa, si Elan kan gak ada hubungan darah sama kak El, jadi sah aja nanti kalo gue nikah sama dia!" Jelasnya seraya tersenyum bangga. Agas pun tertawa mendengar ucapan Dian lalu pergi setelah tadi kembali menjahilinya.
Gue pening! Bagaimana mungkin si Dian ternyata suka sama si mulut cabe, Elan Mahendra ternyata teman sekolahnya guys, dan parahnya Dian ternyata yang malah mengejar-ngejarnya.
Yaa, lord, dunia sungguh sempit yaa.
"Apa?" Ucap gue ketus karena kini Dian malah mesem-mesem tak jelas ke arah gue.
"Pokoknya gue mau jadi jaga catering juga, A," Ia tersenyum lebar setelah tadi mengecup pipi gue sekilas, "A'a gue ganteng pake jas nikahan, biasanya kan lo pake jas ujan. Hahaha..," Dan si Dian kembali keluar dengan tawa setannya.
Gue jengkel.
Dasar bedebah!
"A, ayo!" Rasanya gue menahan nafas saat mama tiba-tiba datang seraya menggedeng tangan gue untuk segera keluar.
Gelar suami? I'm comming baby!
***
Coment say biar Ncess kembali menemukan ilham untuk melanjutkan haha😁😁
See you gaes!
NB : Kasep *ganteng, Manuk *burung, Nempo *Lihat, Gede *besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Love (COMPLETE)
ChickLit(DEMI KENYAMANAN MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU YAW) WARNING!! DALAM MASA REVISI! HANYA BENERAPA PART YANG SUDAH DIGANTI DENGAN PENYEBUTAN KATA AKU. THANK YOU:* --- Kamu dikirim Tuhan untuk menopangku atau menjatuhkanku? Hubungan ini.. Rumit...