Selain tak diharapkan, ada dua hal yang paling Elmi benci di dunia ini. Yaitu, pergi dan kehilangan.
Elmi merasa benci sekaligus takut, karena sekarang ia mengalaminya. Poin pertama sudah dia lakukan sekarang dan lambat laun poin yang paling is benci akan menyusulnya. Yaitu rasa kehilangan, karena kini ia sudah memutuskan pergi meninggalkan. Dan sebentar lagi sesuatu yang tak kasat mata namun bermain penuh dalam perasaan akan dia rasa. Yaitu, rasa kehilangan.
Kehilangan sosok yang kerap terlelap disampingnya, kerutan dahinya, lesung pipinya, tertawanya, dan satu-satunya yang mempunyai tatapan dingin jika tak ingin di bantah.
Yaa, Elmi pasti akan kehilangan lalu akan rindu dalam bersamaan.
Agam..
Kini Elmi pergi, namun hati ini seolah memberontak. Ia harus apa? Disaat ternyata perasaan akan kalah dengan keadaan.
Oh Tuhan..
Kemana akan diri ini berkelana, sedangkan di dalam sini tak lagi sama. Disini ada kehidupan lain jadi, tak mungkin Elmi bersikap konyol untuk membenci kehidupannya. Sedangkan yang patut ia benci seharusnya dirinya sendiri.
Katakan apa yang harus ia perbuat??
"Mba udah nyampe, mba!" Teguran itu membuat Elmi membuka matanya yang berair perlahan. Lalu ia sedikit membuka celah jendela mobil yang ia tumpangi. Dan terpampang lah rumah sederhana yang begitu ia rindukan. Rumah yang dimana dulu penuh dengan kebahagiaan semasa ia SD. Elmi menghembuskan nafas panjang seraya tersenyum melihat rumahnya agak sedikit di rombak itu. Lalu setelahnya ia membuka pintu penumpang dan turun dari kendaraan.
"Pak, saya titip koper, saya masuk dulu sebentar," Tak butuh jawaban sang sopir taksi Elmi langsung melangkahkan kaki menuju rumahnya.
Ia merindukan segalanya terlebih pada mamanya. Apa Elmi mampu jujur! Jujur bahwa dia pulang bukan sendirian melainkan ada makhluk lain yang bersarang di perutnya.
"Assalamualaikum," Salamnya seraya membuka pintu, "Mama, Elmi pulang," Sepi, masih tak ada yang menyahut.
"De!" Elmi berjalan menuju ruang televisi, "Dea!" Serunya lagi memanggil sang adik.
Namun setelah sampai di ruang televisi Elmi menghembuskan nafas seraya geleng kepala. Ia melihat Dea, adiknya sedang mantengin ponsel dengan earphone bertengger di telinganya.
Pantes gak kedengeran..
"Pantes yah kakak panggilin gak denger," Ucap Elmi seraya mencabut earphone sang adik. Dea mendongak lalu terkejut setelah tau siapa yang usil mengganggunya.
"KAK EL!!" Pekiknya lalu buru-buru beranjak, "Kapan pulang?" Lanjutnya seraya memeluk sang kakak.
"Dea kangen," Lirihnya serak, Elmi tersenyum seraya mengelus sayang rambut Dea. Pasti dia menangis. Dasar cengeng!
"Dea sendiri terus di rumah,"
"Mama kemana??"
"Kerja,"
"Ayah, belum pulang juga?" Dea menggeleng, lalu mengurai pelukannya.
"Mama sama ayah udah cerai kak!" Elmi tersentak tak percaya, ia bagai tersambar petir di siang bolong saja. Perasaan bertubi-tubi sangat masalahnya. Oh Tuhan!
"Kamu yang be--"
"Mama pulang!" Ucapan Elmi terpotong karena perhatiannya terfokus pada wanita paruh baya yang baru datang.
"Lho El!" Serunya setelah netra tuanya menangkap sosok Elmi bersama Dea, "Pulang, kamu?"
Elmi memejamkan mata sejenak. Kapan sih mamanya mau menerima jika dia pulang? Terlebih ini karena rindu yang ia rasa.
Harusnya tanya Ma, "ada apa kamu pulang?" itu yang Elmi mau.
"Waktunya bayar uang semester El?" Wanita bernama Tyas itu melangkah ke arah dapur, "Uang yang seminggu mama kirim, cukup kan buat jajan kamu?" Elmi menghela nafas dalam lalu kembali membuka mata dan menatap Dea.
"De, kamu masuk kamar dulu yaa," Mendengar perintah sang kakak wanita SMA itu mengangguk patuh lalu menghilang dari balik pintu.
"Kuliah, lancar kan El?" Sang mama kembali bersuara setelah melepas sepatu dan blazer kerjanya, "Kamu gak bikin masalah kan?"
"Ma!"
"Oh yaa," Serunya seraya membalik tubuh karena tadi Bu Tyas sempat akan menyalakan kompor hendak memasak, "Bawa mobil didepan yah, buat kamu kuliah. Jadi sekarang kamu gak mesti nebeng terus sama Riva, mama dapet bonus kemaren terus langsung dipake DP mobil," Lalu wanita paruh baya itu kembali membalik tubuh kemudian menyalakan kompor yang tadi sempat tertunda.
Elmi kembali menghela nafas kemudaan mendekati sang mama yang sedang memasak, "Aku mau berhenti kuliah aja, Ma!" Serunya tegas kontan membuat wanita karir itu menoleh tajam. Meminta penjelasan.
"Aku gak mau mama kerja keras buat aku kuliah. Aku pengen kerja aja Ma, biar bisa bantu Mama," Ucap Elmi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Bu Tyas menghela nafas menatap anak sulungnya, "Hapus air mata kamu Elmi, mama gak pernah ngajarin kamu untuk jadi wanita yang lemah!" Tegasnya seraya membalik tubuh untuk kembali dalam kegiatannya.
Tapi aku lelah Ma, lelah dengan hidupku yang sekarang..
"Kamu gak akan kerja, dan kamu akan tetap kuliah,"
"Tapi Ma, a--"
"Ayah kamu masih hidup, kenapa kamu pusing mikirin kerja Elmi! Sudah! Pokoknya tugas kamu hanya kuliah dan buat mama bangga dan jangan buat malu!"
Deg.
Elmi pias dan refleks langsung memegang bagian perutnya, "Kenapa Mama cerai?" Tanyanya dengan air mata yang terus berjatuhan, Bu Tyas tersentak dan sempat menghentikan kegiatannya sesaat.
"Kasian Dea Ma, dia masih SMA. Elmi gak mau Dea jadi anak broken home, kenapa sih kalian egois!!" Ucap Elmi dengan isakannya. Ia merasa sedih dan marah terhadap wanita yang sudah meng-ada-kan nya itu.
Bu Tyas menghembuskan nafas lalu mematikan kompor dan kini dia beralih menatap Elmi sang anak, "Jangan tanya kenapa ke mama, tanya sama ayah kamu itu, apa pernah dia buat mama bahagia?"
Elmi memejamkan mata menahan isakan yang akan keluar, "Apa kami berdua gak cukup buat alasan mama bahagia, walau mama gak pernah bahagia sama ayah!"
"Untuk itu, hanya kalian berdua sumber kebahagiaan mama sekarang. Jadi, mama menyingkirkan sesuatu yang buat mama menderita,"
Elmi terisak sesak, di sekanya air mata yang telah penuh membanjiri pipinya, "Ayah buat mama menderita? Ucapnya tak percaya, "Apa itu gak kebalik Ma, hah??" Lanjutnya dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Jaga ucapan kamu Elmi!!" Seru bu Tyas dengan nada sedikit keras. Elmi kian terisak di buatnya. Sekarang dia tak peduli dengan norma kesopanan karena dirinya telah membentak sang bunda.
"Kenapa? Bukannya itu bener? Mama gak pernah cinta kan sama ayah!" Kata Elmi.
Bu Tyas lagi-lagi menghela nafasnya lalu membalikkan kembali tubuhnya, tak berani ia menatap sang anak. Setetes air mata jatuh di pipinya.
Bu Tyas yang terkenal tegas sekarang menangis. Ia mengatupkan bibirnya menahan isakan yang bisa saja lolos dari mulutnya.
"JAWAB MA!!" Teriak Elmi menuntut akan jawaban sang bunda.
"Bagaimana mungkin mama bisa cinta sama orang yang sudah mengkhianati mama, bahkan sampai kedua kalinya dan mama gak bisa terima itu lagi El," Dan setelah mengatakan itu, ibu dua anak itu melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga. Ia berlalu meninggalkan Elmi sendirian dengan rasa sesak yang teramat dalam menguasai hatinya.
Mungkin pertengkaran akan termasuk ke dalam daftar yang Elmi benci sekarang.
Yaa, pertengkaran yang membuat dua hati saling tak percaya. Kemudian memilih pergi lalu akan merasakan sebuah kehilangan.
Oh, Tuhan..
Poin-poin yang Elmi benci, kini ia rasakan dalam waktu yang bersamaan.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Love (COMPLETE)
أدب نسائي(DEMI KENYAMANAN MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU YAW) WARNING!! DALAM MASA REVISI! HANYA BENERAPA PART YANG SUDAH DIGANTI DENGAN PENYEBUTAN KATA AKU. THANK YOU:* --- Kamu dikirim Tuhan untuk menopangku atau menjatuhkanku? Hubungan ini.. Rumit...