***
Agam POV
Gue memasuki apartemen dengan langkah gontai. Setelah tadi memencet password agar pintu terbuka, gue langsung berjalan menuju dapur. Kebiasaan gue jika pulang dari mana saja gue pasti akan selalu menyempatkan minum terlebih dahulu sebelum akan mandi ataupun beristirahat.
Tapi tak lama..
Dalam kegiatan minum gue tersebut. Gue merasakan ada seseorang yang baru pulang juga. Iris mata gue meliriknya yang tengah membuka sepatu sket nya.
"Baru pulang Ay?" Tanya gue pada sosok yang baru singgah itu seraya menaruh kembali gelas di atas meja pantry.
Kadang gue merasa geli dengan gue yang sekarang. Bagaimana mungkin gue yang terkesan cuek akhir-akhir ini bisa cerewet. Gue selalu menanyakan hal-hal konyol yang menurut gue tak penting pada wanita di hadapan gue ini yang tengah sibuk membuka sepatunya itu. Contohnya tadi saja, penting gitu yaa gue bertanya dia baru pulang atau apalah.
Mata hitam kecokelatan milik nya itu sempat melirik gue sekejap yang tengah bersedekap memperhatikannya. Ia tak berbicara apapun dalam tatapannya. Sampai akhirnya dengan muka datar ia melengos begitu saja dari pandangan.
Ada apakah gerangan?
Dengan dahi yang berkerut. Gue bertanya-tanya memandang punggungnya hilang di balik pintu kamar. Pasti ini ada yang salah dengan dirinya. Hampir satu bulan kami tinggal bersama gue sedikit faham tentang pribadi si Ayudia. Dia orangnya emosional ternyata. Dia akan cepat menangis dan marah jika ada yang mengganggunya. Dan yang membuat gue heran gue akan tiba-tiba merasa resah jika dia bersikap demikian. Dan bertanya pada diri sendiri apa gue yang membuat ulahnya?
God!
Kenapa dengan gue sebenernya. Apa gue menyukainya? Apa ini tanda-tanda gue telah mendua?
Ahh, tidak-tidak..
Gue menggeleng kuat mengusir pemikiran aneh itu. Dengan setengah berlari gue segera menyusulnya ke dalam kamar.
"Ayudia!!" Panggil gue setelah tepat berada di dalam kamar. Netra gue menyusuri kamar dan menemukannya yang tengah melihat dunia luar melalui jendela. Dia kenapa sih? Mengapa gue merasa punggungnya semakin rapuh yaa.
Ayudia apa sebenarnya yang lo pikirkan? Mengapa tingkah lo ini membuat gue Resah.
"Kenapa?" Ucap gue lembut setelah berada tepat di sampingnya dan menatap yang sama apa yang di pandangnya. Dia tak bergeming disana sorot matanya terasa kosong, gue merasakan seolah banyak beban yang tengah ia pikirkan.
Apa dia baik-baik saja?
Gue menghela nafas kemudian menyenderkan punggung gue di balik kaca jendela. Gue tatap lamat-lamat Ayudia dalam diam. Sampai gue menemukan keganjilan dalam wajahnya itu, matanya merah dan sembab seperti bekas tangisan, bibirnya terkatup rapat seolah sedang menahan amarah yang memuncak. Dan deru nafasnya begitu berat terdengar dalam indera pendengaran.
"Hey! Are you okey?"
"Ay--"
"STOP!! JANGAN PANGGIL GUE DENGAN SEBUTAN ITU!!"
Astaga..
Gue tersentak kaget mendengar terikannya yang tiba-tiba itu, dan dengan refleks gue langsung menegakkan posisi tubuh gue yang menempel di jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Love (COMPLETE)
ChickLit(DEMI KENYAMANAN MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU YAW) WARNING!! DALAM MASA REVISI! HANYA BENERAPA PART YANG SUDAH DIGANTI DENGAN PENYEBUTAN KATA AKU. THANK YOU:* --- Kamu dikirim Tuhan untuk menopangku atau menjatuhkanku? Hubungan ini.. Rumit...