Jika seseorang sudah terlanjur pergi, barulah kita menyadari apa itu sebuah "Arti".
***
Azam POV
Semenjak aku menjauhinya. Hari-hari ku terasa hampa, hidupku gundah dan tak ada yang menjadi alasan ku tertawa. Jujur, aku sungguh merindukannya tak sanggup aku tak menemui senyumannya. Senyuman yang menjadi alasan ku ceria di setiap harinya. Kini, aku seolah kelam, hidupku terasa pekat. Bagaimana mungkin aku yang lebih dulu mendiamkannya malah aku sendiri yang sekarang merasa kehilangan.
Ay apa perasaan ku ini salah? Aku memang menyayangimu. Tapi, kenapa sekarang kita seolah-olah jauh. Bahkan akhir-akhir ini kita tak pernah lagi bertemu. Tuhan, sungguh aku rindu. Merindukan dia yang sekarang mungkin akan menjadi candu. Candu yang membuatku bahagia sekaligus membuatku sendu.
"Hei!" Aku menoleh mendengar suara merdu menyapa indera pendengaranku. Aku memaksakan tersenyum melihatnya. Melihat Anaya, gadis berhijab yang begitu baik terhadapku. Nay, sapaan ku terhadapnya selalu menerima ku apa adanya, tapi aku selalu menyakitinya. Dan bodohnya dia selalu bertahan.
"Ngelamun mulu," Ia menepuk ringan bahu ku dan langsung duduk di sampingku. Aku kembali tersenyum sambil sedikit menggeser posisi duduk.
"Kamu kenapa?" Tanyanya seraya menatap ku dari samping, seolah mencari tahu apa yang tengah aku pikirkan.
"Aku galau, Nay" Suara batinku mengudara.
Aku menghela nafas dan menatap lurus pandangan di depan, lagi-lagi aku tak membalasnya. Dulu perasaannya, dan sekarang bahkan hanya tatapan saja aku tak bisa membalas. "Gak papa Nay," Ucap ku seraya tersenyum kecil menanggapinya. "Pusing aja, tadi ada kuis dadakan," Dusta ku kemudian.
Ia melempar senyum lalu mengikutiku menatap lurus kedepan, "Kamu berubah, Zam" Aku menoleh padanya, mentapnya dari samping dengan dahi yang ku kerutan, "Akhir-akhir ini kamu mendung melulu, aku kangen nuansa pelangi di hidupmu,"
"Selesaikan masalah kamu dong, dan kembali ceria seperti dulu, aku rindu.." Ucapnya seraya tertawa disana.
Aku meringis melihatnya yang selalu tau tentang ku, sedangkan aku, tak pernah mau belajar mengerti tentang dia sedikitpun. Aku egois memaksakan sekehendak ku padahal di depan mata ada seseorang yang begitu setia menungguku. Rasanya aku seperti pria brengsek tak tahu malu, "Maafin aku, Nay" Ucap ku seraya mengusap kasar wajah, "Lama yah, aku mengabaikan mu?" Lanjut ku penuh rasa penyesalan.
"Aku gak butuh maaf kamu, aku butuhnya kamu ceria kayak dulu aja," Kata Anaya.
Aku memejamkan mata seraya menghela nafas lalu menunduk lesu setelahnya, rasanya perasaanku campur aduk sekarang, "Apa perasaan aku salah, Nay?" Anaya hanya tersenyum disana, "Aku yang mendiamkan, malah aku sendiri yang lebih dulu kehilangan" Lalu aku mengangkat kepala tersenyum kecut padanya.
"Perasaan gak pernah ada yang salah Zam, hanya saja kamu tak tahu caranya menempati rasa itu, apa kamu faham perasaan seperti apa yang kamu rasakan saat bersama Kak El dan saat bersamaku?"
"Aku hanya takut di tinggalkan, Nay," Ucap ku yang mulai berkaca-kaca, rasanya aku tak malu menampakkan kelemahan ku pada Anaya, Anaya berbeda dan perasaanku tentu saja istimewa padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Love (COMPLETE)
ChickLit(DEMI KENYAMANAN MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU YAW) WARNING!! DALAM MASA REVISI! HANYA BENERAPA PART YANG SUDAH DIGANTI DENGAN PENYEBUTAN KATA AKU. THANK YOU:* --- Kamu dikirim Tuhan untuk menopangku atau menjatuhkanku? Hubungan ini.. Rumit...