Wedding Day #2

2.4K 124 4
                                        

"Saya terima nikahnya Elmi Ayudia binti Wirya Sanjaya dengan mas kawin tersebut di bayar tunai..,"

"Bagaimana para saksi? Sah!"

"SAH!!"

"Alhamdulillah..,"

Gue menghela nafas lega saat Agam melafalkan dengan lancar ijab qobul nya. Tak henti meremas jemari, sejenak gue menutup mata, gue bersyukur kepada sang maha kuasa, jika ada gambaran lebih mengenai rasa haru kebahagiaan, mungkin itu yang gue rasakan sekarang.

Oh Tuhan, Agam telah resmi menjadi pemain baru dalam kehidupan. Ini sungguh keberkahan kan?

"Selamat, El..," Gue merasakan dekapan hangat dari sisi kanan, menoleh demi menatapnya. Gue tersenyum melihat Riva meneteskan air matanya disana.

"Lebay, pake nangis segala," Ucap gue seraya menoyor ringan kepala Riva, menggeser sedikit posisi untuk membalas pelukannya. Dan gue merasa tak waras, karena sekarang gue malah menangis disana.

"Semoga lo bahagia El, gue sayang sama lo dan dia," Riva tersedu dengan tangan menyentuh bagian perut gue.

Tak kuasa menahan isakan gue mengangguk haru dalam pelukannya, "Terimakasih, Riv," Riva mengangguk seraya mengurai dekapan. Kami saling melempar senyum saat bertatapan dan setelahnya kalian pasti tau, kami tertawa macam orang gila guys.

"Lo pake acara nangis, lebay!" Gue mencibir seraya mengusap bekas air mata, "Alay yah kita, hahahaha..," Gue dan Riva tertawa bersama.

Ceklek..

Menoleh dengan serempak, gue menelan saliva susah payah, jantung gue berdetak lebih cepat dan tangan gue gemetar hebat.

Mama?

Dia datang?

"Tante Tyas?"

"Mama?" Ucap gue dan Riva tak percaya.

"El..," Panggilnya lembut. Berkedip karena merasa mata gue tiba-tiba memanas, gue segera beranjak di susul Riva disana.

"Mama dateng?" Ucap gue seraya terus mendekat ke arah mama yang berdiri sambil mengusap air matanya.

Dia menangis?

"Mama ma--"

"Maafin mama, sayang..," Ucapnya cepat seraya mendekap gue kedalam pelukan hangatnya, gue memejamkan mata bersamaan dengan air mata yang turun bagaikan hujan deras.

Ini nyata kan, Tuhan?

"Anak mama sudah menjadi wanita seutuhnya," Ucap mama seraya menangis dalam pelukan, "Maafin mama, sayang! Mama selalu ngekang kamu yaa? Mama selama ini egois, mama bukan ibu yang baik..," Ikut terisak, gue menggeleng keras dalam pelukan. Bagi gue, mama tetap ibu yang hebat selama ini, "Mama gak pernah ngerti kamu, bahkan anak merasa lelah saja mama tak menyadari hal itu, mama benar-benar ibu yang gagal," Lanjutnya. Gue semakin terisak saja.

"Kamu sudah dewasa, sayang. Sudah menikah," Mama mengurai pelukan lalu menatap sayang gue dengan mata tua teduh nya, "Kamu sudah mempunyai kehidupan sendiri sekarang, mama sayang kamu, nak," Kembali wanita yang amat gue cinta itu memeluk gue.

Oh Tuhan. Rasanya gue bahagia bisa melihat mama yang sesungguhnya. Disini tidak ada bu Tyas yang keras, melainkan yang ada hanyalah bu Tyas yang selaku orang tua.

Gue bersyukur atas semuanya. Dan biarkan kebahagiaan ini nyata selamanya.

***

Berjalan dengan kaku gue menoleh ke samping demi menatap mama yang sedang tersenyum ke arah gue, "Jangan tegang," Ucapnya menenangkan seraya mengusap punggung tangan gue.

Touch Love (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang