Elmi tiba-tiba saja merasa resah dengan penuturan Rafa yang ingin berubah untuknya. Dia merasa bersalah. Tentu! Tapi apa yang kini harus dia perbuat, hidupnya sudah terlalu hancur jika dia harus mengatakan hidupnya baik-baik saja. Sudah menyerahkan sepenuhnya diri kita ke orang lain, tentu saja itu bukan hal sepele.
Untuk terus bersama Rafa Elmi begitu merasa hina sehingga merasa tak pantas. Untuk meninggalkan Rafa pun Elmi merasa tak tega, karena Rafa ingin berubah untuknya. Jadi, katakan apa yang harus Elmi lakukan?
Kini waktu sudah menunjukan pukul 21:00 malam dan Elmi baru pulang ke apartemen Agam. Sehabis makan bersama Rafa itu, Elmi langsung meminta Rafa mengantarkan dia pulang ke rumah mama nya, dengan alasan dia merasa tak enak badan. Entah kenapa Elmi tiba-tiba saja tidak berselera pergi bersama Rafa, apalagi tadi dia sempat membahas Agam. Elmi hanya merasa bersalah pada Rafa.
Kini Elmi sudah berada di depan pintu Apartemen Agam sambil membawa kamera yang Agam titipkan padanya sore itu, dan menenteng satu koper yang terdapat baju-bajunya yang ia ambil di rumah. Iya! Elmi memutuskan untuk tinggal bersama Agam karena sebuah janji sialan itu dan telah berdosa membohongi mamanya dengan alasan ingin mandiri dan mencoba nge-kost.
Elmi memencet tombol kode pintu Agam dan tak membuang waktu lama ia langsung nyelonong masuk setelah pintu terbuka. Dia begitu lelah membawa koper itu terdengar lebay memang, tapi benar itu yang dirasakannya. Elmi terus saja berjalan masuk menyusuri apartemen Agam sampai ia menemukan sosok itu setelah ia hendak melewati Ruang Tv.
Sosok itu sedang bersantai ria menikmati siaran televisi, apa Agam tidak menyadari adanya Elmi yang kini sedang berada di sampingnya? Agam tidak sama sekali melirik Elmi, sebenarnya ada apa dengan Agam? Dia terlihat aneh!
"Kamera lo!" Ucap Elmi membuka suara, ia meletakkan kamera itu di meja depan Agam. Agam tak bergeming, ia hanya melirik sekilas ke arah kamera yang Elmi letakan. Elmi yang merasa Agam berbeda hanya mengerutkan dahi bingung. Apa Agam marah karena dia pulang malam.
"Sorry, gue baru pulang. Gue abis ngambil baju dari rumah mama dan lo tau sendiri jarak rumah gue ke apartemen lo ini jauh," Elmi duduk di samping Agam ia menjelaskan tanpa Agam memintanya. Agam tetap tak bergeming malah sibuk mengganti chanel di televisi nya membuat Elmi pusing melihatnya.
"Agam lo cari chanel apaan sih? Pusing gue liatnya," Ucap Elmi jengkel dan mengalihkan pandangannya pada makanan di depannya lalu mengambil tanpa dosa dan memasukan ke dalam mulutnya.
"Lo kalo pacaran jangan bawa barang orang lain seenaknya!" Ucap Agam dingin dan masih betah memainkan remot televisi nya.
"Heh??" Jawab Elmi bingung seraya menoleh ke samping demi melihat wajah Agam yang masih ditekuk. Agam meletakkan asal remotnya dan beralih mengambil kamera yang tadi Elmi letakan di depannya.
"Gara-gara lo ini kamera nggak jadi kejual!" Sewot Agam.
"Kok gara-gara gue?!" Sewot Elmi tak mau kalah.
"Kan gue titip kamera ini sama lo. Kan gue suruh lo taro di sini, terus kenapa gue dateng ini kamera nggak ada,tapi malah lo bawa pacaran lagi!"
"Suruh siapa lo nitip ke gue, gue kan udah bilang kalo gue nggak langsung ke apartemen lo. Lagian siapa yang pacaran? Gue tuh ngambil baju noh buktinya!" Elmi menunjuk kopernya. Apa-apaan si Agam ini menuduh gitu saja.
"Alesan! Tapi lo tetep jalan kan sama cowok lo!"
"Terserah!" Ucap Elmi frustasi seraya melipat tangannya di atas dada.
"Lo harus dihukum!"
"Apa-apaan!! atas dasar apa lo hukum gue?"
"Pertama lo udah bawa sembarang kamera gue, terus lo ngelalaikan amanah dari gue dan lebih mentingin pacaran, kedua lo udah seenak jidatnya pulang malem ke apartemen gue! Lo kira apartemen gue rumah lo apa? Semaunya lo pulang!" Elmi melotot dia geram tak terima dengan penuturan Agam tadi.
"Yaudah kalo gitu gue pulang aja, repot amat!!" Elmi berdiri dan hendak melewati depan Agam. Belum sempat Elmi sepenuhnya lewat, Agam sudah lebih dulu menarik Elmi dan berniat menduduki nya kembali. Namun sial, Elmi malah jatuh menindih Agam yang sedang duduk dengan posisi tangan yg menopang berat badannya agar tak sepenuhnya menindih Agam, wajah mereka begitu dekat bahkan hidung mancung Agam menyentuh hidung Elmi. Lama mereka saling pandang dalam diam, Elmi mencoba beranjak dari posisinya namun di tahan Agam. Agam melingkarkan tangannya di pinggang Elmi seraya tersenyum jahil.
"Gue belum selesai ngomong Ay. Lo mau kemana sih?" Ucap Agam selembut mungkin dan membuat Elmi berdebar. Desiran apa ini sebenarnya.
"Oh, Tuhan!" Batin Elmi menjerit.
"Ya~yaudah ngomongnya kaya tadi aja, " Ucap Elmi dengan gugup dan mencoba beranjak dari atas tubuh Agam. Namun, Agam malah mempererat rangkulan nya.
"Gini aja! Suruh siapa lo nggak mau diem," Bahkan hembusan nafas Agam menerpa wajah Elmi saking dekatnya wajah mereka, dan sesekali bibir Agam pun menyentuh bibir Elmi ketika bicara membuat Elmi menelan saliva nya susah payah. Fiks, Elmi tidak berkutik!
"Tangan gue pegel Gam!" Elmi memelas. Agam tersenyum dan satu tangannya ia lepas dari pinggang Elmi, ia pake untuk menyelipkan rambut Elmi yang tergerai menutupi wajah Elmi dan rambut itu juga sedikit mengganggu wajah Agam yg membuat gatal.
"Gue mau bikin peraturan!"
"HAH!! Peraturan apa!!" Mata Elmi membulat, dia kesal pasalnya tinggal disini banyak sekali syarat-syarat nya. Padahal yang minta ia tinggal di sini siapa coba?
"Banyak aturan amat sih? Lo ribet, cuma gara-gara kamera lo nggak jadi kejual masalah ini di panjang-panjangin ck," Elmi mencabikan bibir kesal Agam menyeringai terus memperhatikan wajah Elmi dari dekat. Wajah ini terlihat lucu jika dalam mode judes. Elmi yang merasa risih sedari tadi di tatap Agam berusaha keluar dari kukungan Agam dan berhasil, kini dia duduk kembali di samping Agam menatap lekat Agam penuh emosi.
"Peraturan pertama, nggak boleh ada yang tau kalo lo tinggal disini, kedua lo jangan bawa temen lo kesini pengen tau alasannya liat aja di point pertama, selambat lambatnya pulang jam 8 malam tidak menerima alasan apapun, dan yang terakhir hari weekend yaitu tiap hari minggu kita nggak boleh kemana-mana, kita full di apartemen untuk Bersih-bersih. Dan gue kasih keringanan tiap hari sabtu, lo bebas ngelakuin apapun karena pada hari itu, pulang jam 8 malam tidak di berlaku kan," Jelas Agam seraya tersenyum menang.
Elmi menggertakan giginya menahan emosi, lalu ia jatuhkan punggungnya di sandaran sofa, kemudian Elmi memejamkan mata, dia pasrah. Dan kali ini akan diam mengalah karena percuma juga Elmi mendebat pasti Agam tetap mempertahankan peraturan konyolnya itu.
"Kalo nggak suka yaa ngomong aja, nggak usah nahan kesel gitu! Hahahaha!!" Agam tertawa bak iblis jahat. "Tapi percuma juga sih nggak bakal gue denger, karena gue nggak suka penolakan," Lanjutnya setelah berhenti tertawa jahat. Elmi tak langsung merespon omongan Agam dengan langsung menendang Agam yang sudah membuat dia kesal, Elmi hanya bergeming masih dengan mata tertutup, berfikir entah untuk apa?? Sampai pada akhirnya Elmi menegakkan kembali tubuhnya menghadap Agam dan menatap lekat wajah Agam yang begitu manis itu.
"Apa sebenernya yang lo rencanain buat gue??" Ujarnya tenang. Dan seketika wajah Agam berubah pias.
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Love (COMPLETE)
Chick-Lit(DEMI KENYAMANAN MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU YAW) WARNING!! DALAM MASA REVISI! HANYA BENERAPA PART YANG SUDAH DIGANTI DENGAN PENYEBUTAN KATA AKU. THANK YOU:* --- Kamu dikirim Tuhan untuk menopangku atau menjatuhkanku? Hubungan ini.. Rumit...