Disaat masa lalu kelam itu datang menghantuiku, aku berharap pelukan dan kata kata manismu datang menenangkanmu. Dengan jari jari mu yang membelai lembut puncuk kepalaku.
Lalu aku terbangun dan sadar bahwa itu semua hanya angan dan mimpiku.💖💖💖
Hivi menyapu tempat disekelilingnya. Gelap. Hanya itu yang Hivi simpulkan.
Jantungnya memompa tak karuan. Nafasnya memburu. Selurih tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin mulai bercucuran di samping muka pucat pasinya.
Dor.
Deg.
Jantung Hivi berdetak lebih kencang. Tubuhnya mati rasa. Seakan ada yang mengendalikan fikirannya untuk menolehkan kepalanya kebelakang.
Pandangannya jatuh pada tangga yang entah sejak kapan ada disana. Tempat gelap tadi sekarang berubah menjadi bangunan setengah jadi dengan hutan disemua sisinya.
Fikirannya kembali dikendalikan membuat kaki Hivi melangkah menaiki tangga.
Ketakutan Hivi tak berkurang. Kakinya terus menaiki tangga itu. Tubuh Hivi lemas. Kedua kakinya bergetar hebat melihat pemandangan didepannya.
"SAYA BILANG TANDA TANGAN!!!!" bentakan itu datang dari seorang lelaki dengan tampang sangar yang memaksa lelaki didepannya menandatangani surat dihadapannya.
Lelaki didepannya bergeming. Tak ada niatan melakukan apa yang adik bejatnya itu lakukan.
"Apa anda tak mau menandatanganinya?" Laki laki itu tampak mengambil nafasnya sebelum mengeluarkan perintah "bawa dia keluar"
Brakk
"AYAHHH!!!!!"
Laki laki yang tadi diam itu kini tampak terkejut dan bangun dari duduknya.
"Tanda tangan atau keponakan tersayangku ini mati?" Ancamnya melihat seorang gadis kecil tergeletak dilantai dengan tubuh penuh darah dan lebam.
Orang orang disekelilingnya yang menggunakan baju hitam mengadahkan pistol kearah gadis kecil itu membuat Hivi menutup mulut tak percaya. Air matanya kini sudah jatuh. Hal yang ingin dilupakannya kini terjadi dihadapannya.
"Ayah, Hivi takut" ucap sang anak disela isakannya.
"Hivi.." Fedrick hendak beranjak dari tempatnya sampai orang orang berbaju hitam disekitarnya menahannya.
"Hahaha. Kamu sudah kalah, kakak" Dicky, adik Fedrick tersenyum remeh.
"Lepaskan dia!!! Dia gak salah!!" Fedrick berontak.
"Tanda tangan" Dicky keukeuh.
Fedrick menatap surat pengalihan kekuasan itu. Disentakkannya tangan kanannya untuk meraih bolpoin dan menandatangani surat itu.
"AYAH JANGAN!!!!!"
Teriakan itu berasal dari seorang perempuan yang baru saja muncul dari tangga.
"Mau jadi apa kalau orang seperti dia yang memimpin dunia? Pejabat bejat yang merupakan seorang penghianat bangsad. Seorang adik yang merebut milik sang kakak. Mau jadi apa dunia? Bahkan anjing aja menyayangi keluarganya. Tapi, ini? Manusia yang tingkahnya tak pantas disandingkan dengan binatang sekalipun" kata kata itu mampu membuat emosi Dicky naik seketika.
"Mau jadi pahlawan bocah?" Dicky beralih menatap Helena yang angkuhnya berjalan kearahnya.
Helena tersenyum remeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...