02

5.7K 186 12
                                    

Takdir itu tidak tertebak, oleh sebab itu Pertemuan kita bukan tanpa alasan

💖💖💖

Tiga bulan berlalu, persahabatan Hivi dan yang lainnya kian erat tanpa ada hambatan.
Sekarang mereka sedang berkumpul di kantin dan memakan pesanan masing masing.

"Gaes, gimana nanti pas pulang sekolah kita ngumpul di rooftop?" Usul Cassandra sambil memasukkan syomay ke dalam mulut nya.

"Boleh boleh, nanti kak Nanda latihan pasus, kan sekalian biar bisa nontonin doi." sahut Meila dengan bakso di mulutnya.

"Yeee, lu mah doi mulu, makanya jangan jomblo." cibir Amy.

"Kek lu ga jomblo nyet!" balas Meila tak terima.

"Kalo gue sih terserah ya, kalo lo Vi?" tanya Lidya pada Hivi yang duduk sambil memakan mie ayam pesanannya dengan tenang.

Bukannya menjawab, Hivi malah melanjutkan makan nya seolah tak terjadi apa apa.

"Yeee ni anak di ajakkin kompromi malah makan sambil dengerin lagu. Vii.....lo dengerin kita ga sihhh??!" Lidya mencabut earphone yang menyumbat telingan Hivi membuat nya terperanjat.

"Eh? Kalian ngomong ama gue?" tanya Hivi dengan tampang polos membuat yang lainnya ingin menabok mukanya.

"Masi gue liatin, diajakin ngomong malah pake earphone, ingin rasanya gue giles mukak lo pake eskalator" ucap Amy geram.

"Eskapator Amyyyy......." pekik Lidya dan Meila bersamaan.

"Itu maksud gue" ujar Amy.

Cassandra hanya geleng geleng kepala melihat tingkah sahabat sahabatnya.

"Jadi gimana, jadi gak?" tanya Cassandra lagi.

"Iya iya." pasrah Hivi yang kembali mamasang earphonenya dan makan dengan tenang.

Mengabaikan sahabat-sahabatnya yang menatapnya seakan benar-benar hendak menggilasnya dengan eskapator yang tadi disebutkan.

                         💖💖💖

Kring....kring.....

Bel surga itu berbunyi dengan nyatingnya membuat seluruh siswa berlomba lomba keluar kelas seakan akan siapa yang keluar lebih dulu akan mendapatkan tiket gratis ke korea.

Tapi tidak dengan lima remaja ini, mereka masih berdebat akan hal sepele.

''Pokoknya, gue ga mau keluar beli cemilan, capek." ujar Lidya.

"Ya terus? Kan harus ada di antara kita yang harus ke minimarket depan buat beli cemilan. Ya kali kalo ga ada." Amy tak mau kalah.

"Ih, apa susahnya sih kalo kita pergi sama sama aja kesana?" usul Hivi yang mulai jengah dengan perdebatan yang berlangsung.

"No.. no.." Meila memainkan telunjuknya kekiri dan kekanan dihadapan Hivi. "Capek....kita harus keluar dulu, trus naik ke lantai empat, bisa minggat tulang kaki gue!" Tukas Meila seraya menunjuk-nunjuk kakinya dramatis.

"Alay lo!" cibir Cassandra, "ya udah gini aja, gimana kalo kita hompipa aja." usul Cassandra.

"Boleh tuh." setuju Lidya.

"Oke, siapa jadi, dia yang beli." tambah Amy.

"ok, kita mulai!"

"Hompimpa halaiyum gam...breng"

Satu telapak tangan  lawan empat punggung tangan.

"Huaaaaa kok gue sihhhh??!!!" histeris Hivi ketika hanya tangannya sendiri yang menunjukkan telapak, dan itu artinya ia yang akan turun dari lantai tiga lalu naik lagi  kelantai empat.

"Nasib kita mah beda." ucap Amy, Lidya, Cassandra dan Meila bersamaan sambil ngacir menuju tempat yang telah di tentukan.

Hivi pasrah, mau tak mau ia harus melakukan nya.

Setelah membeli cemilan serta minuman yang membuat Hivi menenteng satu kantung plastik besar, Hivi kembali menaiki anak tangga menuju rooftop tempat teman temannya sudah berkumpul.

Di perjalanan Hivi, tak berhenti hentinya menyumpah serapah perbuatan teman teman nya.

"Gue ini temen apa kacung mereka sih? apa salahnya pergi sama sama, kan capek sama sama. Kalo ini mah yang ada gue yang susah, mana ini berat lagi. Ini lagi, sekolah kok kere amat sih, kenapa gak buat lift aja sih, percuma gue bayar tiap bulan."
Cerocos Hivi tanpa henti.

Saking asyiknya menyerocos, Hivi sampai tak melihat ada orang yang turun dan menabraknya.

"Aaakkhh!!!!" pekik Hivi. Hampir saja ia jatuh, tapi untungnya orang yang menabrak Hivi dengan cekatan menarik tangan kanan Hivi dan menahan pinggang Hivi.

Jantung Hivi berdetak lebih kencang dari normalnya. Orang yang sedang menyelamatkan nya ini sungguh makhluk tuhan yang sempurna.

Wajah mereka sangat dekat, Hivi dapat merasakan napas hangat sang pria yang menabraknya.

Detik kemudian, keduanya sadar akan posisi mereka.

Hivi kembali berdiri seimbang dengan sedikit (maybe) rasa salting.

"So-sorry" ucap Hivi gugup.

"Lain kali jangan buru buru, kalo lo jatoh gimana?" ucap pria itu dingin tapi terselip perhatian.

"Iya, eumm, thanks ya" jawab Hivi.

"Gue duluan" pamit pria itu lalu pergi.

Setelah punggung laki laki itu menghilang, Hivi menepuk jidatnya.

"Oh iya, tuh anak anak curut pasti marah" Hivi berlari menaiki anak tangga, pastinya dengan lebih hati hati.

"Nih, hah hah, pesenan kalian, hah hah" ucap Hivi tersengal sengal setelah sampai di rooftop.

"Lo kenapa pake ngos ngosan segala sih? Abis di kejar setan?" tanya Lidya.

"Elu Setannya" jawab Hivi.

"Udah, nih minum" Meila mengambil sebotol minuman teh dan memberikannya kepada Hivi.

"Lagi apa kalian?" tanya Hivi setelah meneguk setengah minumannya. Ia bergabung dengan teman temannya yang bersandar di pembatas.

"Noh, si Meila, nontonin gebetan nya latihan" jawab Amy.

"Meila, Meila, kek ga ada yang lain aja" Cassandra geleng geleng kepala.

"Yeee sirik lu pada" cibir Meila kesal.

"Idih, sorry ya, gue udah punta gebetan kale" sahut Lidya yang memakan keripik kentangnya membuat semua temannya menatapnya penuh tanda tanya.

"Ngapain lu pada liatin gue? Belom saatnya kalian tau" ucap Lidya seakan mengerti apa yang di maksud teman temannya.

Semua kembali menatap ke bawah, sibuk dengan cemilan masing masing.

Entah setan apa yang membisikkan Amy, ia tersenyum jahil dan berteriak,

"Ka...temen aku yang ini naksirr...." Amy menunjuk Meila yang berdiri di sampingnya.

Mata Meila membulat, pipinya memerah ketika kak Indra menoleh ke arahnya.

"Amy, semvakk....anjing, sini lu setan...." Meila mengejar Amy keliling keliling rooftop membuat komedi gratis untuk yang lainnya yang sedang tertawa terbahak bahak.

💖💖💖


Tbc.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang