60

2.3K 86 0
                                    

Tahun baru, harapan baru, doa baru, kebahagiaan baru, ujian baru, cobaan baru dan kesedihan baru.

~semua berjalan pada waktunya~

"Wow, gue tersanjung. Thanks buat para anggota akustik, kalo kalian bikin band pasti laku keras tuh. Hahaha, tapi gue serius gue juga salah satu fans kalian. Yang lain? Ada yang ngefans juga gak ama band akustik kita????"

"Gue gue!"

"Gue admin fanbase-nya!"

"Kak Audreww!!! Aku padamuuu!!!!!"

"Wow, wow, wow, tenang gays. Gue gak tau kalau fansnya se agresif ini. Hahaha, si Bima juga katanya tadi nge-fanboy-in vokalisnya, eh iya, si Bima mana?? Bimm.... Bimaaa.... lu dimana sih???" Dengan tak tau tempat Hena meneriaki nama Bima didepan panggung menggunakan mic.

Tak lama kemudian, Bima datang menaiki panggung dari arah samping lalu ikut bergabung bersama Hena.

"Sorry gue telat, hehehe. Tau lah kan, orang sibuk."

"Serah lo deh, mau sibuk ngegembel lo juga gue gak peduli. Yang penting sekarang tuh, acara kita menjelang pergantian tahun!"

"Nah itu!"

"Jangan ngegas! Gue kaget!"

"Hehe, maap kak. Gue antusias sih sama acaranya. Jadi guys, sekarang kan udah mau pergantian tahun. Nah, kita punya games nih."

"That's right! Klise sih, games nya dansa gitu. Eits, tapi ini beda. Ntar tuh kita bakal pilih peserta, nah si peserta ini gak bakalan tau siapa pasangan dansanya. Matanya bakal di tutup, dan harus ada yang bantu dia nyari pasangan. Tapi si peserta gak boleh tau siapa pasangannya."

"Dan nanti, pas hitung mundur pergantian tahun, kalian baru boleh buka penutup mata. Weisss,,,lo ikut kak? Siapa tau taun besok gak jomblo lagi, hahaha."

"Dih, gue gak jomblo ya! Pacar gue udah tamat duluan, makanya gak punya di Bacik. Dan nanti, kita bakal jatuhin balon, dan yang dapet balon itu yang bakal jadi pesertanya!"

"Balon pink buat cewe, yang item buat cowo. Gimana, kaliam siap?"

"SIAP!!!"

"Jatohin balon pink nya sekarang!"

Tepat setelah Bima berseru, balon-balon berwarna pink berjatuhan dari atas.

Hivi menyaksikannya di sudut yang sama dimana ia berdiri tadi. Matanya berbinar indah ketika balon-balon itu berjatuhan. Namun tak lama kemudiamn, ia merasakan sesuatu bermassa ringan jatuh menimpa kepalanya.

Dengan refleks tangan Hivi menangkapnya. Keningnya terlipat heran saat benda itu adalah balon berwarna pink. Padahal Hivi telah berdiri dan menyaksikan semuanya di sudut yang jauh dari jangkauan balon-balon disana. Namun, mengapa ia bisa tertimpa.

Otak Hivi bekerja cepat, ia mendongak kebelakang dan mendapati Egi yang tengah menatapnya dengan santai dipagar pembatas lantai dua.

Hivi membuang nafas dengan mata yang memicing tajam dan kepala yang digeleng-gelengkan.

"Ini kerjaan lo kan?" Tuding Hivi.

Egi melipat salah satu tangannya diatas pagar dan tangan satu lagi menopang dagunya, "Itu emang kerjaan gue kan?"

Hivi mendengus kesal, "ck, lo tau kan gue gak suka yang beginian. Nih, ambil balek!" Hivi menyodorkan balonnya dengan bibir mengerucut sebal.

"Um... gimana yah? Sayangnya di peraturan lo gak boleh nukar ataupun balekin balonnya, gimana dong?" Kata Egi dengan pura-pura melas.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang