Cinta dan sahabat adalah tempat kedua untuk seseorang pulang setelah keluarga.
💖💖💖
Justin mendesah lelah, namun tangannya masih setia mengurut tengkuk wanita yang delapan bulan lalu resmi menjadi istrinya.
Pagi ini adalah pagi kacau ketujuh yang dilewatinya. Awalnya morning sick Amy bukanlah masalah besar, namun mimpi yang akhir-akhir ini Amy dapatkan membuat semuanya semakin rumit.
Amy akan berteriak dan menangis disaat bangun pagi, dan saat Justin bertanya apa yang terjadi, Amy menjawab ia memimpikan Hivi. Dimimpi itu, ia melihat bagaimana mobil yang dikendarai Hivi jatuh dan berguling-guling dijurang tepat didepan matanya. Dan Amy hanya bisa melihat serta menagis histeris tanpa bisa membantunya.
Yang membuat Justin semakin pusing, setelah tiga hari berturut-turut mendapatkan mimpi tersebut, Amy menjadi tidak mau tidur. Ia hanya akan termenung dengan kantung mata diwajahnya. Nafsu makannya juga menjadi berkurang sehingga Justin sangat khawatir dengan istrinya itu serta janin yang dikandungnya.
Amy berdiri dari bungkuknya setelah mencuci mulutnya dikeran wastafle.
"Sayang.... kita makan ya. Kamu dari tadi malam kamu belum ada makan. Kamu gak kasian sama baby kita yang ada diperut kamu?" Bujuk Justin mengelus lembut rambut Amy.
Amy menggeleng lesu, tubuhnya benar-benar lemas.
Untuk kesekian kalinya ia mendesah. Lalu dengan sabar menuntun Amy untuk keluar dari kamar mandi dan mendudukkannya disamping ranjang mereka dengan ia duduk dibawah menghadap Amy. Untuk sebelumnya, Justin masih bisa berterima kasih kepada sahabatnya yang lain karna telah membantunya untuk membujuk Amy, namun mereka juga punya kesibukan masing-masing membuat Justin enggan untuk merepotkan mereka.
"Sayang please, setidaknya kalau kamu gak mau makan untuk kamu, lakuin itu buat anak kita." Justin kembali membujuk.
Amy menatap suaminya itu dengan pandangan sendu. Ia tau Justin pasti lelah mengurusinya, ditambah tugas kantor yang tidak ada habisnya. Tapi dia tak mampu berbuat apa-apa, ia terlalu takut mengistirahatkan dirinya karna begitu ia tertidur, ia akan kembali mengalami mimpi yang sama. Namun Justin ada benarnya, ia tak boleh egois. Bukan hanya dirinya yang kini ia tanggung, tapi buah cintanya yang berkembang didalam tubuhnya.
Dengan segala keterpaksaan, Amy mengangguk, mengundang sebuah senyuman lebar dibibir Justin. Ia kembali menuntun Amy untuk keluar kamar dan menuju meja makan. Ia memang membeli sebuah rumah berlantai dua, namun ia memilih kamar dilantai satu mengingat ibu hamil sangat tidak boleh menaiki maupun menurui tangga. Untuk itu, Justin tidak mau ambil risiko.
Saat sampai dimeja makan, Justin mendudukkan Amy disalah satu kursi. Sementara dirinya memanaskan makanan yang tadi malam ia beli tetapi tidak dimakan oleh Amy, juga tak lupa membuatkan susu khusus ibu hamil.
Saat semuanya sudah siap, Justin menghidangkannya diatas meja makan. Ia duduk disamping Amy dan mengmbil aba-aba untuk menyuapkan wanita tercintanya itu.
Amy membuka mulutnya disuapan pertama walau sejujurnya ia merasa sangat mual dengan bau makanan itu. Dan saat suapan ketiga, Amy tak bisa lagi menahannya. Ia berdiri dan berjalan cepat kearah wastafle dan memuntahkan makanannya. Justin yang kaget segera menyusulnya dan kembali mengurut tengkuknya.
"Hiks... hiks... Maaf, hiks..." Amy terisak, merasa bersalah kepada Justin.
"Gak pa-pa sayang... gak apa-apa." Balas Justin seraya menarik Amy kerengkuhannya dan membawanya kembali kemeja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...