Mencintai dalam diam tidaklah semudah kedengarannya. Berkali-kali tersakiti tapi bukanlah siapa-siapa. Sehingga memilih diam bukanlah hal yang salah. Karna dibenci dan dan dijauhi adalah resikonya.
💖💖💖
Alfa melihat penampilannya di cermin. Setelan jas berwarna putih dengan dalaman hitam menutupi leher, rambutnya tertata rapi kesamping. Ekspresinya datar, ia lebih terlihat seperti merenung.
"Alfa?" Alfa menoleh saat sebuah suara memanggil namanya. Tepat didepan pintu, ada Audy, mami dari Mitha yang tersenyum kepadanya.
Saat Alfa berusaha keras menarik kedua sudut bibirnya keatas, Audy berjalan kearah Alfa.
"Kamu ganteng banget malam ini." Pujinya seraya merapikan jas Alfa. Lagi-lagi Alfa membalasnya dengan senyuman paksa.
"Mami sama yang lain belum pergi?" Alfa bertanya saat Audy menjauhkan tangannya.
"Gak mungkin kami pergi terus ninggalin kamu. Kami nunggu kamu pergi aja dulu, baru berangkat." Jawab Audy. "Mami denger, saudara kamu sama tunangannya mau balik kesini lagi, iya?"
Kali ini Alfa tak memaksakan senyumnya, ia hanya membuang muka tanpa mau menatap Audy.
Audy tersenyum maklum, diraihnya pipi Alfa agar ia dapat menatap mata Alfa. "Mami tau, kamu belum bisa nerima Arka sepenuhnya. Tapi mami yakin, kamu bakal nerima dia lagi pelan-pelan. Dia juga saudara kamu Alfa. Dan, mami juga yakin kalau kamu bakal dapetin yang lebih baik ketimbang Stephani."
Alfa menatap mata Audy, tersirat ketulusan dimata coklat itu. Hatinya menghangat, namun tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa tercubit. Sosok yang mampu menyentuh hatinya kini harus ikut sakit, dan secara tidak langsung, Alfa lah orang yang menyakiti hatinya.
Sejurus kemudian, Alfa memeluk Audy. Menyandarkan pipinya dibahu Audy, menumpahkan segala rasa lelah dan gelisahnya. Audy membalas pelukan Alfa, tangannya bergerak mengelus punggung keponakan yang telah ia anggap anak kandung itu dengan sayang.
"Makasih, mi." Alfa berkata lirih, hanya itu yang bisa ia lakukan.
"Iya, sama-sama sayang." Balas Audy.
"Heh! Apa-apaan lo?!" Sentak Mitha yang tiba-tiba datang. Gadis itu melepas pelukan antara Audy dan Alfa. Ia berdiri didepan Audy dan menatap tajam Alfa.
Alfa memutar mata malas, jengah dengan salah satu tabiat sepupunya ini. Mitha adalah satu dari sekian juta orang yang tidak suka sang ibu memanjakan anak lain selain dirinya. Termasuk Alfa. Mitha pernah menangis histeris dulu saat mereka masih kecil saat melihat sebuah foto dimana sang mami menggendong dan mencium Alfa. Salah satu penyebab dirinya menemukan bungkus karet pengaman dirumahnya sendiri.
"Udah, udah. Kita kebawah aja yuk." Ajak Audy. Mitha lantas berbalik dan memeluk manja lengan Audy. Alfa menurut, diikutinya kedua wanita yang selalu ada untuknya itu.
Saat sampai diruang keluarga, Alfa melihat Andre-papi Mitha-tengah duduk didepan tv. Kakinya terangkat keatas dengan tangan memeluk toples kacang. Lantas, Alfa duduk disampingnya.
"Wuih, udah rapi. Kalo gini mah, jangankan anak gadis, nenek-nenek juga bakalan nyangkut ama kamu, Fa. Hahaha." Alfa tak tau apakah Andre berniat memuji atau meledeknya, ia tak peduli.
"Yaudah, mi. Alfa pergi sekarang ya." Pamit Alfa. Ia berdiri dan menghadap Audy.
"Dih, ama mami aja, papi enggak gitu?" Kata Audre tak terima.
"G, kalo lagi ga waras bukan papi gue." Jawab Alfa seraya berjalan keluar rumah.
Meninggalkan Andre menatapnya cengo, Audy geleng-geleng dan Mitha yang udah ngakak gak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...