41

2.5K 89 0
                                    

Memilih satu diantara dua pilihan itu gak gampang. Butuh pengorbanan besar didalamnya, tak peduli sekecil apa sesuatu yang akan dipilih. Karna pada hakikatnya, gak ada yang gak dibutuhkan didunia ini. Termasuk sampah sekalipun.

💖💖💖

Alfa menatap lurus kedepan. Fikirannya melayang entah kemana. Tangannya menyangga dagunya dengan pandangan kosong.

"Woi! Lo dengarin gue gak sih?!" Kata Vio yang duduk disamping Alfa. Tapi, cowok itu tak menggubrisnya.

"Woi curut!" Vio memekik tepat ditelinga Alfa membuat Alfa terlonjak sadar.

"Paan sih nyet? Ganggu aja" kata Alfa kesal.

"Lo sih, ngelamun. Mikirin apa?" Tanya Vio jengah.

"Gak da" tukas Alfa yang kini menulis sesuatu di bukunya.

"Lo mau ngapain?" Tanya Vio melihat apa yang dilakukan Alfa.

"Nyuci. Ya nyatet lah nyet" jawab Alfa kesal.

"Bel istirahat udah bunyi gembel. Ngapain nyatat" seru Vio membuat Alfa menyapu kelas.

"Sejak kapan?" Tanyanya bergumam.

"Sejak tadi. Yawlah.... lo ga denger apa??"

"Ya sori, gue ngelamun" Alfa membereskan buku bukunya.

"Lo ngelamunin apa sih?" Tanya Vio lagi.

"Gak da" Vio memutar bola mata malas. Ia tau betul sobat karibnya itu sedang memikirkan sesuatu. Tapi, bukan Alfa namanya kalo susah dipaksa.

"Yaudah, ngantin kuy. Gue laper" Vio berdiri diikuti Alfa.

Sebelum benar benar pergi keluar, Alfa kembali menoleh pada sebuah bangku kosong di depan yang meninggalkan tasnya. Entah kemana pemiliknya.

Alfa menghela nafas. Kenapa dia menjadi kepikiran? Alfa kembali mengayunkan kakinya kekantin.

Ketika bel masuk berbunyi pun, pemilik bangku depan itu tidak kelihatan. Bahkan kini tasnya sudah tidak ada. Bukan hanya Hivi. Meila, Maxi dan Lidya pun kini tidak tampak.

Hal ini justru membuat Alfa tambah bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi.

Selama pelajaran, Alfa hanya termenung. Matanya menatap kedepan tapi fikirannya hilang melayang. Dirinya sendiri tak tau apa yang difikirkannya.

"Alfa?"

Alfa masih diam ketika bu Ratna, guru kimianya memanggil.

"Alfa?!"

"Eh, iya buk?" Lamunan Alfa buyar seketika.

"Kamu bisa ambilin obat paracetamol di uks?" Tanya bu Ratna.

"Baik bu" Alfa mengangguk biar cepat.
Detik berikutnya pria itu berdiri dan keluar dari kelas.

Alfa menatap jam tangannya. Sepuluh menit lagi bel pulang berbunyi. Alfa segera melajukan langkahnya menuju uks.

Sesampainya di uks, Alfa langsung saja membuka pintu dan berniat untuk masuk. Langkahnya terhenti saat sebuah suara terdengar.

"Drew, kan belom bel. Kenap-" tubuh Alfa menegang mendengar suara itu. Saat Hivi membuang arah pandangnya, Alfa kembali menormalkan raut wajahnya.

Keheningan tercipta diantara keduanya. Hanya langkah kaki dan pergesekan antara pintu lemari kesehatan.

Alfa sempat mencuri pandang kearah Hivi dengan ekor matanya. Tapi, gadis itu tak berkutik sedikitpun. Arah pandangnya masih tertuju keluar jendela.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang