Cinta itu datang dari hati. Bukan sekedar emosi apalagi sebatas obsesi. Cinta itu adalah sebuah seni rasa yang tak dapat diprediksi.
💖💖💖
"Yuhuuuuu......"Mata Alfa melebar seketika mendengar ketukan serta suara cempreng yang menyertakannya.
"Aduh mampus! Ma, Vi, ngobrolnya dilanjut kapan kapan aja yah. Vi, ikut gue yuk!" Alfa menarik tangan Hivi tanpa persetujuan setelah menyelesaikan kata katanya menaiki tangga.
Alfa membuka sebuah pintu bercat hitam putih dan memasukkan Hivi kedalamnya.
"Plis lo tunggu sini bentar, bentar.... aja, gue janji! Oke!" Hivi hendak membuka mulutnya, namun Alfa sudah terlanjur menutup pintunya.
"Lah, trus? Kan biasanya kalo ada cewek, itu tandanya kamu mau ajak dia kencan. Atau kalau ada yang datang dadakan biasanya juga mencak mencak ga jelas karna ga terima kamu putusin."
Hivi menghembuskan nafasnya saat kata kata Vania terngiang diotaknya. Ah, Hivi paham sekarang. Mungkin itu adalah pacar Alfa sehingga Alfa menyuruhnya untuk disini agar sang pacar tidak salah paham.
Siapa Hivi? Hanya seorang yang bahkan tak dapat dikatakan teman Alfa yang tak sengaja berada satu kelompok dengannya.
Hivi membalikkan badannya. Kamar khas lelaki dengan warna serba hitam putih menyambutnya. Ada kasur berukuran king size ditengahnya, ada peralatan ps lengkap, lemari, lemari hias dan meja belajar disudut kamar dengan karpet hitam putih dibawahnya.
Kaki Hivi menjelajahi setiap sudut kamar. Hivi dapat melihat tumpukan buku pelajaran tersusun lengkap di meja belajar. Ada juga kaset ps berjejer tapi di rak khusus dibawah televisi.
Hivi memilih berjalan ke arah pintu balkon yang terbuka dengan gorden transparan yang terbang tenang ditiup angin. Hivi sedikit kaget saat melihat balkon disini tanpa pagar dan pembatas membuatnya ngeri sendiri. Perlahan Hivi maju, hendak melihat berapa tingginya jikalau ia jatuh kebawah.
Tanpa Hivi sadari, Alfa yang telah berada dikamar menahan tawa geli melihat tingkah Hivi. Ia berjalan laju mendekati Hivi. Dengan sengaja membuat suara agar Hivi Menyadari keberadaannya. Dan benar saja, mendengar langkah kaki, Hivi sontak memutar tubuhnya dan bingung melihat Alfa berjalan kearahnya dengan tatapan dingin.
Hivi juga refleks mundur kebelakang saat Alfa semakin dekat kearahnya. Hivi menelan saliva susah melihat Alfa sengaja menyudutkannya. Jantungnya bekerja lebih cepat saat tau ia sudah dekat dengan ujung balkon.
Hivi menutup matanya pasrah sekaligus kaget saat punggungnya menyentak sesuatu dan wajah Alfa yang kian mendekati padanya.
K-kok gue gak jatoh? Yang dibelakang apa? Jangan jangan...
Hivi membuka matanya untuk membenarkan batinnya. Jantungnya yang tadinya memompa lampat kembali berdetak cepat Kalau melihat wajah Alfa yang lima senti diatas wajahnya. Hidung mereka bahkan hampir bersentuhan. Dan.. wajah Alfa terlihat menahan tawa?
"Ppfftt... Hahahaha..... lucu banget sihh... astaga...." tanpa sadar tangan Alfa mengusak rambut Hivi disela tawanya. Wajah Hivi juga sudah semerah tomat sekarang. Bahkan ia yakin jika merah itu sama ketelinganya.
Hivi memilih berbalik, meraba pembatas balkon Alfa yang Ternyata adalah kaca transparan. Tanpa sadar Hivi berdesis kesal dan kembali kebelakang melihat Alfa yang masih tertawa.
"Duh, sory, sory banget sumpah. Abisnya lo lucu sih." Alfa kembali berucap disela tawanya.
"G-gue mau ketoilet dulu." Hanya itu yang keluar dari mulut Hivi dan berjalan cepat kepintu kecil yang berada disudut lain kamar Alfa.
![](https://img.wattpad.com/cover/138150548-288-k489316.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...