75

2.7K 104 5
                                    

Terkadang, hati dan fikiran itu tidak sejalan. Fikiran memaksa untuk pergi sementara hati memaksa untuk kembali.

💖💖💖

Samar-samar, telinga Alfa mendengar keributan jalan raya yang memang ramai menjelang sore. Pemuda yang sudah memasuki usia 22 tahun itu membuka matanya, duduk lalu berjalan gontai menuju balkon.

Tangannya kemudian menyangga dipagar besi yang menjadi pembatas. Obsidian tajamnya menatap kebawah, melihat bagaimana orang-orang di negri Paman Sam ini beraktivitas. Kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang dengan teratur, gedung-gedung yang tersusun rapi, bahkan lampu-lampu disamping jalan sengaja dibuat menarik.

Setelah puas memandanginya, Alfa masuk kedalam bersamaan dengan warna langit yang berubah jingga.

Ia masuk kedalam kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Ia mempunyai rencana untuk jalan-jalan sebentar malam ini sebelum sibuk dengan tugas-tugasnya esok hari.

Selang waktu 15 menit, Alfa keluar dengan handuk putih yang melilit tubuhnya. Membiarkan badan atasnya naked. Seiriing bertambahnya usia, tubuh Alfa juga bertambah tegap. Otot trisep dan bisep-nya yang terbentuk sempurna, perut sixpack-nya yang dipuja-puja seluruh wanita membuatnya terlihat seperti laki-laki sempurna.

Namun seperti kata Tuhan, tidak ada manusia yang sempurna didunia ini. Dan itu memang benar adanya. Mungkin jika dilihat dari luar Alfa seperti itu, namun siapa yang tau isi hatinya.

Jika itu bisa dilihat dengan mata telanjang, mungkin orang-orang akan ikut merasakan perih dan mengucapkan 'betapa menyedihkannya hidupnya.'

Namun tidak, Alfa sendiri tidak bisa melihatnya, namun ia bisa merasakannya.

Alfa mengangkat kopernya keatas kasur dan membukanya. Memilih baju yang cocok untuk dipakai malam ini. Dan pilihannya jatuh pada kemeja putih dengan kotak-kotak hitam yang kecil dan dipadukan dengan celana denim berwarna hitam. Setelah menjalankan ibadah sholat maghrib, Alfa memakai sepatu hitamnya dan bersiap keluar dengan tatanan rambut berbentuk koma.

Dan saat dirinya membuka pintu, matanya dikejutkan dengan sosok yang juga baru saja keluar dari apartmennya.

Lidahnya kelu, jantungnya berpacu dengan cepat, darahnya berdesir hebat, dan dadanya seakan siap meledak.

"Hivi??" Lirihnya pelan, namun orang didepan sana tetap menoleh. Bisa ia lihat gadis didepannya ikut menegang.

"Alfa...." Ucapan itu sama lirihnya.

Alfa tak salah, itu memang gadisnya. Gadis yang dirindukannya selama ini, gadis yang dinantinya selama ini, gadis yang masih menjadi isi hatinya bahkan hingga saat ini.

"Hivi!"

Alfa tak dapat menahannya lagi, ia memekik lalu berlari memeluk Hivi dengan erat.

Hivi masih diam dalam keterpakuannya, bahkan saat Alfa memeluknya. Ia berkedip dua kali sebelum melepas pelukan itu dengan paksa.

"Lepaskan...."

"Lupakan...."

"Dia hanya masa lalumu yang membuatmu hancur, bahkan sampai sekarang..."

"Pergi..."

"Pergi menjauh darinya..."

"Tinggalkan dia...."

"Agar dia merasakan sakit yang sama...."

Bisikan-bisikan itu terdengar jelas dan berputar-putar dikepalanya. Logikanya kini mengambil alih, memunculkan memori-memori buruk tentang bagaimana pemuda didepannya memberikan luka yang teramat dalam dihatinya.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang