Hal yang paling menggembirakan adalah saat dimana kita tanpa sengaja bertemu lalu bertingkah seakan kita dekat. Lalu hal yang paling menyakitkam datang ketika kita sadar bahwa kita bukan siapa siapa dan kembali bertingkah seakan tak pernah mengenal.
💖💖💖
Deg.
Hivi..
Tatapan Alfa terkunci dengan gadis itu. Sampai akhirnya Hivi mengalihkan pandangannya.
"Alfa?" Juna mendekati Alfa yang sekarang sudah berdiri tegap.
Alfa berusaha keras untuk tidak menatap Hivi yang sangat uh.. Alfa tidak bisa berkata kata.
Kenapa tidak? Gadis itu menggunakan baju kemeja putih polos dipadukan dengan rok kotak kotak hitam-merah diatas lututnya yang hampir memperlihatkan kaki jenjangnya. Hampir. Kakinya juga dibalut flatshoes putih.
Gadis itu seperti biasa menyanggul rambutnya menyisakan helaian kecil ditelinganya. Disertai anting emas putih pasak berbentuk bunga dengan kelopak tajam yang ditengahnya ada permata putih, gelang yang juga terbuat dari emas putih yang sederhana dan kalung yang juga terbuat dari emas putih dengan bandul berbentuk mutiara sederhana.
Tak lupa sebuah cutch hitam yang disampirkan disamping pinggangnya.Satu kesimpulan yang Alfa dapatkan. Gadis ini sungguh sederhana dan apa adanya.
Ah, Alfa terlalu mendeskripsikan penampilan Hivi.
Ia membuang napas sejenak untuk menghilangkan gugup. Eh, seorang Alfa gugup didepan seorang gadis? Alfa tak pernah gugup kecuali dengan... ah, sudahlah.
"Lo kenapa? Kayak dikejar nenek lampir aja" Juna bertanya membuka obrolan.
"Emang" jawab Alfa membuat Hivi maupun Juna mengangkat sebelah alis mereka.
"Kalian kenal?" Hivi dengan Setengah sadar menanyakan hal itu.
"Dia langgan perpustakaan juga kayak kamu. Kalian juga kenal?" Jawab Juna lalu balik bertanya.
"Ki-kita sekelas" jawab Alfa yang membuat Juna memandangnya heran Karna kegugupannya.
"Ah, udahlah. Gue cuma mau balikin buku ini" Alfa menyangkal dengan memperlihatkan buku yang dibawanya.
Lagi lagi Juna dan Hivi dengan kompak kaget.
"Loh, kok.." Juna menunjuk buku yang ditenteng Hivi dan dengan refleks Hivi mengangkat bukunya.
"Lah, sama. Yang satu baru mau minjem, yang satu lagi malah mau balikin" kikik Juna dengan nada menggoda.
"Apaan sih bang. Udah ah, katanya mau makan, Hivi laper nih" elak Hivi yang berusaha agar darahnya tak menjalar dikedua pipinya.
Dan jangan lupakan jantungnya yang saat ini juga ingin keluar menembus dadanya.
Alfa sendiri sama halnya. Ia sendiri tak mengerti kenapa tiba tiba rasa gugup menguasainya. Jantungnya pun berdetak dua kali lebih cepat dibanding ketika ia berlari tadi.
"Oh iya lupa. Fa, ikut kita yuk, makan bubur ayam. Tenang, gue yang traktir kok. Kasian gue sama lo, udah kek gembel lomba lari" ledek Juna.
"Ganteng gini dibilang gembel. Sirik ae lu bang" cibir Alfa.
"Ya udah, ayuk"
Mereka bertiga berjalan beriringan. Hivi ditengah, Juna disamping kiri dan Alfa disamping kanan. Keduanya masih memegang buku yang sama. Hivi ditangan kanan, Alfa ditangan kiri. Membuat buku mereka ikut berdampingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...