Terkadang mencintai dalam diam dilakukan lebih baik dilakukan daripada bertahan dalam angan namun akhirnya dikecewakan dan mengecewakan.
💖💖💖
"Jadi? Rangking berapa kamu?" Clarissa bertanya pada Hivi yang duduk di jok belakang bersama Anna. Mukanya tampak kusut. Kini mereka berada di perjalanan menuju bandara karna keluarganya, minus Hivi akan pergi berlibur menghabiskan akhir tahun. Awalnya mereka menolak dan memilih menemani Hivi dirumah. Namun, Hivi menolak mengingat adik barunya Anna pasti sangat membutuhkan saat saat seperti ini.
"Satu, bun." Jawab Hivi lesu.
Clarissa dan Fedrick saling pandang, Anna juga mengerutkan keningnya bingung.
"Lho? Kok ditekuk gitu mukanya?" Tanya Fedrick.
"Kakak ga suka ya kita pergi?" Tanya Anna lemah.
"Eh, bukan!" Sanggah Hivi cepat.
"Jadi kamu kenapa? Cerita dong." Bujuk Clarissa.
Hivi menghela nafas sebelum memulai, "semuanya gara-gara Amy. Katanya yang dapet peringkat paling tinggi antara kita berempat itu bakal make high hells tinggi pas promnight tahun baru. Hivi kan ga suka, bun. Hivi udah rencanain make wedges yang kemaren Hivi pesen. Eh, malah gajadi." Hivi bercerita dengan wajah semakin kusut.
Semua yang ada dimobil tertawa gemas melihat Hivi. Hanya gara-gara masalah sepele gadis tiga keturunan itu memberengut kesal tak henti hentinya.
"Gapapa kali, Vi. Belajar pake begituan biar besok kalo udah besar bisa kebiasaan." Sahut Fedrick.
"Tapi kan, yah. Hivi bukan ibu ibu sosialita atau remaja kelewat dewasa. Ga hobi ih make make yang begituan!" Sungut Hivi.
"Iya kak, lagipun cuma satu malem doang. Kakak nanti gak jalan jalan kan kerjaannya?" Anna ikut bersuara.
Hivi menghela nafas sekali lagi, "iya sih dek, tapi, tauk ah! Kesel! Awas aja tuh tiga curut nanti!" Hivi mengepalkan tangannya gemas. Ia meremas remas angin seolah itu adalah muka sahabat sahabatnya.
"Udah, udah. Turun yuk, udah sampe ini." Fedrick bersuara. Ia mematikan mesin mobil dan melepas sealtbelt lalu keluar dan diikuti oleh yang lainnya.
Fedrick dan Clarissa membawa dua koper dan dua tas besar. Anna hanya membawa ransel kecil dipunggungnya tempat barang barang pentingnya berada. Hivi menggandeng tangan Anna manja seolah ia adik disini walau dirinya sedikit lebih tinggi dari Anna. Wajahnya masih kusut dan tak peduli akan sekitarnya ataupun dirinya yang hanya memakai hoodie sedikit lebar dengan celana jeans pendek sepaha. Oh, jangan lupakan sendal jepit hitam rumahan yang mengalas kakinya.
Mereka menunggu di kursi yang telah disediakan, Hivi dengan cuek duduk diantara Anna dan Clarissa sambil mengunyah Roti'O yang tadi sempat dibelinya.
"Ntar kamu baik baik dirumah, kalo ada apa apa telpon ayah atau bunda. Kalo mau keluar liat dulu, kompor udah dimatiin apa belum. Kalo malam, kunci pintu sama jendela. Hape kamu aktifin terus sama GPS nya. Kalo main keluar jangan pulang malem malem. Sama nanti rumahnya diberesin karna bi Jum sama Pak Jon lagi pulkam juga. Jangan kecapean, minum vitamin yang rutin, jangan keluyuran gak jelas, jangan sering makan makanan yang bikin penyakit kamu kambuh, jangan terima tamu gak dikenal jangan—"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...