Sahabat adalah orang paling berharga melebihi berlian atau permata sekalipun. Ia yang tempat mu berbagi suka duka. Ia tempat mu berlindung. Ia juga yang menjadi pelindungmu saat kau kesusahan. Bahunya akan selalu ada, tempat ternyaman untuk mengeluarkan kesedihan. Telinganya akan selalu mendengar keluh kesah mu. Bibirnya juga yang paling bisa memberi nasehat.
Sahabat juga salah satu dari cinta.
Jika kau tau.~Hivi~
💖💖💖
"Aw, aw, aw.... sakit......" Hivi merintih kesakitan saat Meila menarik telinganya menuju uks.
"Udah gue bilang jangan upacara, masih aja masuk barisan. Ntar kalo tumbang siapa yang susah? Orang lain juga. Dibilangin tuh denger jangan ngeyel. Udah tau sakit masih aja kepala batu." Omel Meila seraya menjewer telinga Hivi dan menariknya ke uks.
"Siapa suruh ngerjain gue, kan kecapean jadinya. Jangan salain gue dong, gue gak salah sepenuhnya, " tukas Hivi kesal.
Sudah dibilangkan sebelumnya bahwa Hivi mempunyai penyakit anemia? Nah, sepulang dari vila tuh anak langsung tepar. Meila juga sebenarnya udah bilang ke Hivi untuk di uks aja pas upacara, tapi Hivi masih masuk barisan sehingga Meila turun tangan untuk mengurusnya. Udah dibilang juga kan sebelumnya kalo Meila paling bersikap keibuan dari pada yang lain? Sebagai anggota pmr, Meila juga wajib bertanggung jawab kepada siswa yang sakit.
Meila mendudukkan Hivi diranjang uks, "duduk sini aja jangan kemana mana! . Ntar juga yang jaga dateng." Meila berbalik hendak keluar.
"Tapi Mei—"
"Udah diem! Jangan ngeyel!" Meila memut
"Udah diem! Jangan ngeyel" Meila memutar tubuhnya memotong kata kata Hivi sambil terus berjalan.
"Mei, tapi—"
"Vi, udah. Gue mau aww...."
"Ada tembok" gumam Hivi melanjutkan kata katanya.
Meila mengusap ngusap keningnya yang terbentur tembok dengan bibir kerucut.
"Ngapa lo gak bilang sih!" Geram Meila.
"Gue mau bilang, lo nya aja yang ngeyel" ucap Hivi menirukan gaya Meila.
Meila mendengus kesal. Ia terburu buru tadi makanya sampai terhantuk. Ia hendak keluar tapi malah nubruk tembok. Ia melangkahkan kakinya keluar kelas dengan kesal.
Hivi terkekeh sambil geleng geleng kepala. Walaupun Meila sama cerewetnya dengan nenek nenek kehilangan kaca matanya, Hivi tau karna Meila sayang padanya. Hivi tidak bisa memungkiri jika kepalanya berdenyut karna pusing. Ah, sahabatnya memang terkadang peka dan pengertian padanya. Terkadang.
Hivi turun dari ranjang hendak mencari minyak angin untuk meredakan pusingnya di lemari kecil disudut ruangan.
Brakkk.
Ketika sedang mengacak lemari hendak mencari minyak angin, pintu uks terbuka membuat tatapan Hivi teralihkan.
"Lidya..." panggil Hivi girang saat Lidya memasuki ruangan kesehatan itu tanpa peduli tatapan marah yang dipancarkan matanya.
Lidya tak menggubris, ia justru menghadap Hivi yang nafas memburu.
"Lo kemana aja? Kenapa ga dateng pas ultah gue? Kan pas ultah tahun lalu, lo yang meluk gue trus ngucapin habede dan bilang 'lo sahabat terbaik gue' gue mau—"
Plakkk.
"Gue tarik lagi" potong Lidya dingin setelah menampar Hivi.
Hivi sendiri terdiam memegangi pipinya yang panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Novela JuvenilMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...