71

2.4K 99 2
                                    

Kecewa akan sesuatu sudah biasa, namun jangan sampai itu membutakan hati. Karna yang tertuai nanti hanyalah buah penyesalan.

💖💖💖

Egi merenung disepanjang jalan. Kedua tangannya menjinjing dua plastik besar, ia habis berbelanja bulanan di supermarket depan komplek rumahnya. Ia merenungkan betapa bejatnya dirinya. Telah mengorbankan masa depan seseorang hanya demi kepentingannya.

Awalnya ia akan meminta maaf jika semua masalah ini mereda dan situasi aman terkendali, namun semua sudah terlambat. Kepada siapa ia akan meminta maaf jika orang yang akan ia pintai maafnya sudah tiada?

Ya, semua ini adalah salahnya. Ia yang menciptakan rumor sampah itu. Namun ada alasan tersendiri baginya untuk melakukan itu. Dan itu demi adiknya.

Lidya, perempuan licik itu tau kelemahannya ada pada adiknya. Jadi ia memanfaatkan kesempatan itu dan mengancam Egi.

Egi adalah lelaki yatim piatu yang tinggal dengan kedua adiknya. Orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan dua tahun lalu, yang memaksanya mengambil tanggung jawab besar untuk adik-adik dan harta warisan peninggalan orang tuanya berupa sebuah restoran dan hotel.

Adik pertamanya bernama Adel, berumur 8 tahun dan duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Sementara adik keduanya bernama Raka yang baru memasuki lima tahun. Adel adalah adiknya yang dijadikan bahan ancaman oleh Lidya. Jika itu Lidya, Egi mungkin masih bisa melawan, namun gadis itu mempunyai rekan yang tidak bisa di rendahkan.

Morgan, adalah lelaki yang amat berbahaya. Koneksinya di dunia gelap telah menyebar luas hampir di sebagian dunia, membuatnya tak berkutik dan dijadikan boneka suruhan.

Egi terpaksa terus-menerus mengajak Hivi bertemu di waktu yang sama, sehingga banyak yang percaya jika dia benar-benar seorang penggoda yang sudah mengatur jadwalnya. Ia juga yang membekap Hivi malam itu, membawanya kesebuah rumah dan memanipulasi sebuah kejadian, seolah-olah Hivi tengah melakukan hal bejat.

Egi kira kedua manusia licik itu akan membuat prahara itu, namun perkiraannya salah. Mereka berbuat lebih dan benar-benar merampas masa depan Hivi.

Rasa bersalah dan penyesalan yang amat besar bersarang di hati Egi. Ia terus-terusan mengutuk dirinya sendiri, betapa bejat dirinya kepada Hivi. Gadis yang selama Ini selalu baik padanya, membantunya tak peduli bagaimana keadaannya.

Masih bisakah ia meminta maaf?

Atau pertanyaan yang benar,

Apakah ia pantas dimaafkan?

Satu helaan keluar dari bibir Egi. Ia mendongak dan berjalan masuk saat sampai didepan rumahnya. Ia meletakkan dua buah plastik itu keatas meja makan.

"Adekkk!!! Kakakkk!!! Kalian dimana?" Teriak Egi mencari kedua adiknya. Namun yang ditemukannya hanyalah Raka yang bermain diruang tengah.

"Adek, kakak mana?" Tanya Egi pada Raka.

"Tadi kakak kelual, gatau kemana." Jawab Raka dengan bahasa yang masih belum lancar.

Alis Egi naik, perasannya mulai panik. Ia takut jika Adel kembali dijadikan sandera.

"Adell!!! Adel kamu dimana???" Teriak Egi mengelilingi rumah, namun tak ada sahutan. Egi makin panik, ia berlari keluar rumah sambil masih berteriak memanggil Adel.

"ADEL!!! ADEL KAMU DIMANA??? ADELLL!!!" Teriak Egi hampir frustasi. Saat tak sengaja matanya menangkap sosok Adel dengan seorang wanita paruh baya, Egi bergegas menghampirinya.

"Adel, kamu kemana aja? Abang nyariin kamu. Kamu tau gimana takutnya abang? Gimana nanti kalo kejadian kemaren terulang lagi? Abang gak sanggup dek. Jangan kemana-mana lagi." Egi berjongkok memeluk Adel erat, jantungnya serasa mencelos kebawah.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang