Kasih sayang itu bagaikan lingkaran, luas dan tak berujung. Tapi kadang kala lingkaran juga bisa mengecil membuat diri sendiri terjebak dan terjepit dalam lara. Menjadikannya boomerang dan membuat kepercayaan itu hilang tanpa pandang
💖💖💖
"Papa! Mama!"
Lano dan Vania yang tengah melangkah sembari menyeret koper mereka didepan pintu berhenti dan serempak menoleh. Mendapati Alfa berdiri didekat tangga. Disana Alfa berdiri dengan wajah sendu penuh luka.
"Mau keparis lagi?" Tanya Alfa lalu tekekeh sinis.
"Alfa, kami cuma-"
"Cuma ngambil alat alat yang tinggal. Trus lama kelamaan barang disini habis dan kalian akan tinggal disana dan menjadi keluarga bahagia? Wah.... akhir cerita yang indah." Ujar Alfa dengan senyuman lebar.
"Alfa bukan gitu." Vania berjalan maju mendekati Alfa namun, Alfa malah mundu membuat langkah Vania terhenti dengan denyutan sakit didada.
"Alfa bisakah kamu belajar dewasa dan mandiri?" Ucap Lano dingin.
"Owh, Alfa kurang mandiri ya?" Alfa mengangguk ngangguk seakan mengerti. "Mitha! Siapa yang kemaren bela belain boong sama guru biar gak ganggu tuan dan nyonya yang ada diparis ini pulang ke Indonesia cuma buat ambil rapor? Siapa yang kemaren dibilang anak yatim piatu sama tetanga baru disebelah? Siapa yang kemaren mau hubungin orang tuanya tapi mereka udah ganti nomor bahkan udah lebih dari sebulan?!" Alfa mengeluarkan semuanya. Mitha yang tadinya ada didapur kini menghadap tiga orang itu. Vania menunduk sambil menangis, bahunya bergetar. Hatinya sakit mendengar keluhan sang anak.
"Alfa, apa kurang cukup mama kamu pulang sekali seminggu?" Lano masih berusaha sabar.
"Buat apa pulang kalau cuma sehari? Buat apa pulang kalau cuma mau ngambil barang yang tinggal?"
"Harusnya kamu bersyukur Alfa! Kamu gak kasihan melihat mama kamu yang terus bolak balik hanya demi kamu?!" Lano menaikkan nada bicaranya.
"Alfa bersyukur pa! Tapi apa gunanya mama sampai disini pas Alfa pergi sekolah dan pulang lagi pas Alfa pulang sekolah! Lagipun orang tua Alfa masih lengkap! Alfa gak butuh mama Aja!"
"Alfa udah..." Mitha menarik lengan Alfa dan ditepis kuat oleh pemuda itu.
"Papa egois! Papa cuma banggain anak emas Papa dan ngelupai anak Papa yang lain! Alfa udah ngalah,tapi gak ada yang ngehargain Alfa! Kalian semua egois!" Teriak Alfa lalu mengambil kunci motornya dan pergi tanpa memperdulikan panggilan papanya dan Mitha.
Alfa membawa motornya ugal ugalan. Tak peduli pengendara disana mengklakson bahkan mengumpatinya. Sekali lagi Alfa tak peduli. Fikirannya kalut, benar benar kalut. Selama ini ia tak pernah protes jika kedua orang tuanya lebih memlilih saudaranya disana.
Namun semua sudah diluar batas menurut Alfa. Ia akan kembali. Pulang kerumah dan kembali hidup bersama dengannya. Alfa tidak mau! Katakanlah bahwa ia labil. Tapi demi tuhan! Luka itu masih ada dan membekas dengan jelas tanpa berkurang barang sedikitpun.
Kekecewaan yang didapatnya membuat hatinya susah untuk kembali menerimanya. Ia terlalu takut jika luka itu bertambah dalam tanpa ada penawarnya.
Jika berfikir jika Alfa memacari semua wanita hanya untuk pelampiasan maka itu salah besar. Disini Alfa hanya menguji apakah cinta itu benar adanya. Tapi nyatanya, semua yang didapatnya hanya sekedar obsesi belaka. Tergila gila pada ketampanan, kepintaran dan kekayaannya saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/138150548-288-k489316.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...