68

2.7K 93 1
                                    

Terkadang takdir itu kejam. Ia memberi banyak waktu untuk kita menderita, namun saat kita bahagia, ia mengambilnya dengan cepat. Secepat goresan luka yang sembuh dalam waktu yang lama.

💖💖💖

Dua bulan adalah enam puluh hari yang singkat bagi Hivi. Harinya menjadi lebih bermakna dan penuh warna sejak Alfa menjadikannya seorang kekasih.

Walau kadang sesekali kesusahan mengekspresikan perasaanya karna ini yang pertama untuknya. Seperti rasa cemburu, ia hanya bisa diam memendam tanpa mau mengungkapnya. Membuat Alfa gemas sendiri. Seperti saat ini, Alfa dibuat bingung dengan Hivi yang tiba-tiba mendiaminya sejak bel istirahat berbunyi.

Keduanya tengah meinikmati makan siang bersama, namun Hivi yang biasanya akan mengajak Alfa mengobrol apa saja kini hanya diam sambil menikmati makanannya tanpa melirik Alfa.

"Kamu kenapa?" Alfa mulai bertanya.

Tanpa menoleh Hivi menjawab, "gapapa." Makanannya bahkan masih menggembung dikedua pipinya.

"Katanya, dikamus cewek kata 'gapapa' itu berarti 'ada apa-apa'." Sahut Alfa. Kali ini sukses membuat Hivi menoleh kearahnya.

"Memang ya, kepekaan adalah salah satu senjata utama seseorang buat jadi playboy." Kata Hivi mencibir.

Alis Alfa terangkat sebelah. "Maksud kamu?"

Hivi mendengus. Kadar kekesalannya bertambah, untung saja hari ini adalah hari terakhirnya datang bulan. Coba kalau hari pertama, gak ada kata ampun buat Alfa. Memang kadang pms  bisa membuat siapa saja berubah. Contohnya saja Hivi, gadis yang awalnya sangat amat perhatian dan penyabar itu berubah menjadi macan betina yang kelaparan.

"Jangan sok polos! Ngapain kamu lama diperpus tadi?"

Alfa diam, setelah lama berjalan, akhirnya otaknya mendapat sinyal. "Oh, ya antar buku dong. Kan disuruh tadi."

"Antar buku ndas mu! Orang tadi kamu asik ngobrol ama adek kelas yang imut itu!" Sentak Hivi. Ia menyedot es jeruknya dengan kesal.

"Oh, itu pacar Fiko, sayang. Dia minta rekomendasiin ke aku hadiah apa yang bagus buat kado ulang tahun Fiko." Jelas Alfa.

Hivi terdiam. Wajahnya yang tadi kesal seketika berubah, alisnya yang tadi bertaut kini terpisah jauh. "Serius?"

"Iya, aduh.... jadi kamu cemburu ya... ututututu..... pacar aku gemesin banget si kalo lagi jeolus." Alfa mengacak-ngacak gemas rambut Hivi yang masih diam ditempatnya dengan wajah memerah seperti tomat.

"Besok-besok aku buat kamu jeolus lagi ah. Lucu sih."

Hivi melotot dan mencubit keras lengan Alfa. "He! Awas aja kamu ya! Kamu pikir aku gabisa juga? Malem minggu besok aku mau jalan sama Bima!"

"Eh, jangan dong!" Pekik Alfa. "Gaboleh-gaboleh. Iya-iya, aku gabakal buat kamu cemburu lagi." Alfa mengalah.

Hivi tersenyum penuh kemenangan. "Nah gitu dong." Tangannya terulur mengacak-ngacak rambut Alfa. Tak memperhatikan seseorang disudut sana yang menyeringai kearahnya.

"It's show time!"

💖💖💖

Kening Hivi berkerut. Ia kembali mendapatkan pesan dari Egi untuk mengajaknya bertemu. Bukan hanya kali ini, ia sudah mengirim pesan yang sama dimalam yang sama—yaitu malam kamis—sejak dua bulan belakangan ini. Tapi hasilnya tetap sama, saat Hivi menunggunya ditempat yang telah ditentukan, Egi tidak pernah datang. Dengan dalih ada hal yang membuatnya tak bisa datang.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang