Cinta adalah dia yang merelakan hatinya hancur demi melihat yang ia cintai bahagia, bukan mengorbankan semua demi obsesi semata.
💖💖💖
Hivi mengaduk ngaduk jus buah naganya menggunakan pipet lalu menyeruputnya sedikit lalu mengaduknya kembali saat ketiga sahabatnya berbicara mengenai liburan.
Ia menopang dagunya dengan tampang bosan. Tanpa sadar, tingkanya mengundang perhatian penghuni kantin yang lagi rame ramenya di class meeting ini. Ada yang menatapnya aneh, sinis bahkan tertarik.
"Gak ah, bosen di Dufan. Rencana sih bokap gue sama Justin ngadain liburan bareng." Amy berkata antusias.
"Alah, gue mah cuma ngunjungin kakek-nenek didesa aja udah seneng." Meila menimpali.
"Seneng sih, suasana desa tuh sejuk, damai. Gue juga rencana mau ngunjungin bonyoknya bonyok gue." Cassandra ikutan nimbrung.
"Ribet amat idup lu, Cas." Hivi berucap datar dengan pipet dimulutnya. Dihembusnya pipet itu menyebabkan air di gelasnya bergelembung dan menyiprat keluar.
"Vi, jorok anjir." Seru Meila namun tak dapat respon dari yang kena omel.
"Liburan kemana lu, Vi?" Tanya Cassandra.
"Perpus, sekolah, cafe teh umi." Jawab Hivi acuh.
"Ebuset, kasian amat idup lo." Amy prihatin tapi nadanya mengejek hingga mendapat tatapan super datar dari Hivi.
"Niat amat kayaknya lu ikut partisipasi tuh acara." Sahut Meila.
"Percaya setelah badai ada pelangi gak?" Tanya Hivi yang kini menegakkan punggungnya.
Ketiganya mengangguk.
"Nah, feeling gue bilang bakal ada yang bagus pas bu Des ngasih hadiah." Sambungnya diakhiri senyuman bangga.
"Maksud lo?" Amy mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.
"Ada sesuatu yang ganjil disana." Jawab Hivi seadanya.
"Maksud lo setan?" Cassandra menebak.
"Ebuset, makan apa kalian sampai otak korslet gini?" Hivi yang kini tampaknya mulai heran sendiri.
"Atau maksud lo, ada kebahagiaan tersendiri pas bu Des ngasih hadiah yang kini masih dirahasiakan itu." Meila menebak dengan suara dibuat buat.
"Nah, itu." Hivi menjentikkan jarinya.
"Udah udah, mikir keras kayak orang bego gue." Cassandra mengakhiri.
"Pikirin siapa yang bakal ngambil posisi kita besok." Ucap Amy tersenyum miring.
"Gue mah slow aja. Masih diantara kalian sukur." Kata Hivi acuh dan kembali menghembuskan angin ke jus nya lewat pipet.
"Gue pastiin posisi kalian bergeser." Kali ini Meila yang tersenyum kearah Amy dan Cassandra.
"Oke, kita taruhan. Siapa yang posisinya paling atas, dia bakal pake high heels tinggi di acara promnight besok." Cassandra ikutan tersenyum miring.
"Kok paling tinggi sih?! Paling rendah dong!" Protes Hivi.
"Cassandra bener, yang paling bawah tuh udah menstrim banget." Bantah Meila.
"Iya, sekali kali yang antimeanstrim gak papa lah." Amy menambahkan. Ia mengulurkan punggung tangannya ditengah meja bundar itu diikuti yang lainnya hingga tangan tangan itu menumpuk.
"Ya, tapi—"
"DEAL!!"
Terlambat. Meila segera meraih tangan Hivi dan meletakkannya paling atas lalu berteriak bersamaan terangkatnya keempat tangan mereka keudara. Pertanda taruhan tidak resmi itu dijalankan mau tak mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) go
Teen FictionMereka mengira, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk menjalin cinta kemudian berakhir bahagia. Namun takdir tidak berkata demikian. Dengan yang telah digariskan, mereka tidak dipertemukan bukan untuk berkisah sebagaimana yang mereka fikirkan. 99...