61

2.4K 79 0
                                    

Disaat aku berusaha untuk melupakan, rasa itu datang menghentikan. Entah untuk memberi harapan atau menyiksa tanpa alasan.

💖💖💖

Saat Hivi dan Alfa menikmati momen-momen mereka, Meila dan Vio cekikikan tanpa dosa menjauhi sahabat mereka itu.

Meila mendesah, "moga aja hubungan mereka ada kemajuan ya." Harapnya saat mereka berdiri didekat anak tangga.

"Iya, gue enek liat tu bocah galau gak jelas mulu." Sambung Vio.

"Heran gue, padahal mereka sama-sama suka." Ucap Meila terkesan menerawang.

"Sebuah kisah gak akan pernah berjalan mulus sesuai pikiran lo walaupun mereka punya rasa yang sama." Kata Vio sok bijak.

Meila mendelik, "itu gue juga tau keles. Tapi gue kasian sama Hivi, padahal dia gak salah apa-apa tapi kenapa malah dia yang terlibat. Bahkan jadi pemeran utama."

"Di mata Tuhan, semua umatnya itu pemeran utama. Gak ada yang jadi pemeran sampingan. Kayak cerita fiksi aja. Kalaupun iya, si pemeran sampingan juga pasti punya ceritanya sendiri." Timpal Vio lagi.

"Ish, lo kok jadi sok bijak banget sih?!" Dengan kesal Meila memukul lengan Vio. Sementara sang empu hanya terkekeh.

"Daripada lo ngurusin hubungan orang mendingan lo urusin hubungan kita." Ucap Vio menatap lekat mata Meila.

"Mak–maksud lo?" Tanya Meila gugup. Ditatap selekat itu oleh Vio membuat darahnya naik keatas dan berkumpul di masing-masing pipinya.

"Kok muka lo merah sih?" Tanya Vio jahil.

Meila sontak mengalihkan muka, "g–gak. Panas aja disini."

"Masak? Gue aja kedinginan."

"Ih! Lo kok nyebelin sih?!" Pekik Meila kesal.

"Hahaha, lo lucu banget sih kalo lagi bulshing?" Vio langsung tertawa dan secara refleks mengacak gemas rambut Meila.

Mata Meila membulat lebar. Jantungnya berpacu dengan cepat dan rona dipipinya kian pekat bak kepiting rebus.

"A–apaan sih lo?! Kusut kan rambut gua!" Meila pura-pura ketus. Ia semakin memalingkan wajah agar Vio tak melihat wajahnya yang memerah.

"Ck, ini udah mau 2019. Masak iya kita masih musuhan aja sih? Kita damai deh." Ujar Vio sembari mengulurkan tangannya.

Saat yang lainnya menghitung mundur waktu memasuki tahun baru, Meila malah berfikir untuk menyambut tangan Vio.

Sekali lagi Meila menatap mata Vio. Disana tersirat binar kesungguhan yang nyata.

Sebuah senyum tulus terukir dibibir Meila. Dan tanpa ragu menyambutnya.

"Oke, deal!"

"HAPPY NEW YEAR!!!"

Dan dua insan itu kemudian saling berbagi senyuman hangat.

💖💖💖

Semua orang bersorak senang saat Hivi dan Alfa saling menyelami manik mata masing-masing.

Menyadari bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain.

Tanpa kata, tanpa aba-aba, tanpa diduga, tanpa rencana dan tanpa takut resiko, Alfa menarik tubuh Hivi untuk masuk kepelukannya.

Sedikit, Hivi merasakan dirinya tersentak kaget. Namun, tak menolak juga tak menerima. Ia hanya diam.

Alfa memeluk Hivi dengan erat. Seakan-akan gadis itu akan hilang jika ia melepasnya.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang