52

2.6K 85 1
                                    

Semua yang berawal tidak sengaja biarlah berakhir dengan semestinya.

💖💖💖

Muka Hivi merona. Jantungnya berdebar tak karuan saat Alfa menyanyikan lagu itu untuknya.

Lagi lagi mata mereka bertemu. Terkunci dalam satu garis lurus. Mencari ketulusan, kedamaian dan candu yang melanda. Keduanya memikirkan satu hal yang sama. Meminta kepada sang waktu agar berhenti sementara. Menikmati rasa hangat yang menyeruak masuk kedalam hati masing masing.

Bola mata itu juga seolah olah menyampaikan sebuah rasa yang entah sejak kapan ada. Melemparkan sebuah kata yang pernah terkubur akibat takdir yang memaksa.

Didalam hati kecil mereka, Sebuah pemberontakan muncul. Ingin rasanya mereka mengikis jarak antara mereka, menyampaikan rasa yang ada, melawan takdir yang telah berbicara, melemparkan kata kata penyemangat, dan memberi kekuatan masing masing.

Namun takdir tuhan amatlah nyata. Tak bisa dikekang apalagi diubah. Menguji mereka dan akan berhasil jika mereka berkata takdir tuhan adalah yang terbaik. Mulai berhenti jika mereka menerima.

Tapi apa daya, keduanya hanya remaja yang memiliki emosi labil tak terkendali. Bimbang untuk memilih mengikuti hati atau logika.

Keduanya seolah berada ditengah jembatan seutas tali dengan jurang tanpa dasar.

Disana, Hivi memilih diam daripada berjalan atau jatuh. Sementara Alfa membuat sebuah celah agar bisa dengan mudah keluar dari jembatan sana walaupun sebenarnya tidak ada.

Takdir kadang selucu itu.

Dan ketika kedua manik itu bertemu kembali, mereka berusaha melepas kontak yang ada.

Canggung melingkupi beberapa saat. Saling membelakangi satu sama lain. Menenangkan sesak dan air mata yang ada.

Sampai akhirnya keduanya menatap bintang. Bintang yang indah. Jika bisa memilih, Keduanya memilih terlahir untuk menjadi bintang. Bintang itu indah, dicintai banyak orang walaupun mereka tau bintang tak akan membalas cinta mereka. Berbanding terbalik dengan hidup mereka yang hanya merasakan cinta bertepuk sebelah tangan.

"Suara lo bagus." Alfa berkata.

"Makasih. Lo juga," balas Hivi mencoba tersenyum.

Hening lagi.

"Lo gak pulang?" Tanya Hivi.

Alfa tersenyum miris lalu menggeleng.

"Kenapa?" Akhirnya Hivi menatap Alfa.

Alfa balik menatap, "mau kerumah Vio."

Hivi mengangguk mengerti. "Kalo gitu, gue duluan ya." Hivi pamit. Ia berdiri lalu memasang kembali sendal bulu bulunya dan mengambil gitar yang tergeletak ditengah tengah mereka.

"Kalo gitu gue anterin deh." Alfa ikut berdiri.

"Eh, gak usah. Rumah gue deket kok." Tolak Hivi halus.

"Gapapa. Sekalian gue mau keluar juga,"

"Gak usah deh." Tolak Hivi lagi.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang