72

2.6K 123 7
                                    

Takdir punya alasan untuk mempertemukan kita, dan alasan itu adalah sebuah perpisahan.

💖💖💖

Langkah pasti Egi ambil di jalan koridor. Ini adalah waktunya, waktunya ia mengungkap semuanya. Dan ia tak takut akan apapun resiko yang akan datang padanya.

"Tentu tante tau, kamu fikir, om Fedrick bakal tinggal diam saat putrinya di cap kabar buruk?"

Kata-kata Clarissa kemarin kembali terngiang dikepalanya.

"Fedrick langsung menyelidikinya, dengan bantuan om Gerald, tangan kanannya, dia tau kalau Morgan dalang semua ini. Dan sekarang orang suruhan om Fedrick lagi mencari keberadaannya. Gak mudah memang, karna dia termasuk anggota dunia gelap dan dilindungi. Kamu mau nebus kesalahan kamu kan? Tante mohon, ungkap semuanya dan bersihkan namanya. Kamu gak perlu takut, adik-adik kamu bakalan aman. Gak ada yang perlu kamu takutin."

Harusnya Egi melakukan ini sejak lama. Dulu ia terlalu pengecut untuk sekedar membela Hivi, ia menutup mata dan telinga atas ucapan orang-orang disekolah. Walau ia tau, ini bahkan lebih dari sekedar terlambat, setidaknya ia masih bisa menebus dosanya.

Dan ini adalah waktu yang pas. Guru-guru tengah melakukan rapat di ruang rapat yang kedap suara. Ia melangkah ke ruang pemberitahuan pengumuman.

Hembusan nafas panjang dikeluarkan Egi sebelum membuka pintu ruangan itu. Dan dengan tekad yang sudah bulat, Egi masuk. Ditekannya tuas kecil kearah tulisan on, hingga lampu warna hijau kecil menyala. Sekali lagi Egi mengambil nafas.

"Untuk sebelumnya, gue minta maaf."

Mendengar pengumuman yang tak biasa keluar dari speaker di seluruh sudut sekolah, para siswa refleks menghentikan aktifitas mereka.

"Gue disini mau mengklarifikasi sesuatu, sesuatu yang akhir-akhir ini kalian perbincangkan."

Dimulailah bisik-bisik dari para murid, mengira-ngira apa yang orang itu katakan selanjutnya.

"Gue mau bilang, kalau gosip yang beredar tentang Hivi..... semuanya salah. Nggak benar."

Bisik-bisik itu kian besar, sama besarnya dengan keterkejutan mereka. Yang tadinya tidak peduli, sekarang menghentikan kegiatan mereka dan memasang telinga baik-baik. Tak ingin ketinggalan satu katapun.

"Dia gadis baik, bahkan lebih baik dari yang kalian bayangkan. Dia hanya satu dari ribuan orang yang dijebak dan di tuduh yang tidak-tidak. Dia seribu persen masih bersih dari yang kalian lihat di berita bodoh itu. Dia bukan perempuan nista kayak yang kalian pikirkan."

Amy yang kala itu tengah berada di perpustakaan lantai tiga, tertegun mendengarnya. Begitu pula dengan Justin yang ada disebelahnya.

"Semuanya cuma akal-akalan orang yang benci ama dia. Dan gue yang jadi suruhannya. Gue ngaku salah, nyebar berita yang gak pernah benar itu dan buat masa depannya hancur. Tapi itu gak sepenuhnya kemauan gue, gue ngelakuinnya karna gue punya alasan. Dan disini, gue mau ngebersihin nama Hivi. Jangan kenang dia dengan semua sifat buruknya, kenang dia dengan semua sifat baiknya. Karna sekarang, kita hanya bisa mengirim doa."

Brakk!!!!

Beberapa orang yang berada didalam kelas terperanjat kaget, mereka menoleh, melihat Alfa bangkit dari kursinya dan melangkah keluar kelas dengan tergesa.

Lidya yang baru saja keluar dari toilet melotot kaget. Ia tak menyangka Egi akan secepat ini membongkar semuanya. Segera saja ia berlari kearah dimana ruang pemberitahuan berada.

(Don't) goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang