5.Daniel Seavey

1.9K 155 4
                                    

Revisi: 1maret 2019

Bisakah kukatakan jika kebahagiaan itu adalah suatu hal yang semu? Dia selalu datang dan pergi disaat orang-orang baru akan merasakannya
~Daniel

*****
Seorang pemuda tampan sedang duduk di sebuah taman, dengan buku kecil yang selalu ia bawa kemana-mana. Jemari panjangnya tengah asik menggoreskan tinta pulpen dengan terampil di atas lembaran kertas putih tersebut.

Ia mengangkat wajahnya dan kemudian tersenyum kecil, kala mendengar suara tawa riang dari sekumpulan anak-anak yang sedang bermain di taman ini.

Daniel kembali memfokuskan pandangannya kepada buku sketsanya, tetapi ekor matanya menatap sesosok yang tidak asing.
Manik biru itu menyipit, berusaha memfokuskan penglihatannya.

Di trotoar yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk, tampak seorang gadis berkacamata yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa, terdapat dua buah kantong plastik besar di kedua tangannya.

"Nona pizza" gumamnya.

Pemuda itu segera menghampiri gadis yang tampak sedang kerepotan dengan dua kantong plastik yang berada di genggamannya.

Daniel mengendap-endap di belakang gadis itu. "Hello, nona pizza!" sapanya dengan riang membuat gadis itu berjengit kaget.

Letta menyeringitkan dahi kala menatap pemuda yang ada di hadapannya.

'Siapa?'

Batin Letta bertanya-tanya, sambil berusaha mengingat wajah tampan dengan binar jahil tersebut.

Ah sudahlah, Letta tidak ada waktu untuk memikirkan hal tersebut, dia harus bergegas mengantar baju-baju di tangannya dan kembali lagi ke laundry karena pekerjaannya masih sangat banyak.

Daniel melongo melihat gadis berkaca mata itu melengos melewatinya tanpa sepatah katapun, apa-apaan ini? Seorang Daniel seavey baru saja di acuhkan oleh seorang gadis yang sama untuk kedua kalinya.

"Tunggu dulu, nona pizza" Daniel menahan lengan Letta, membuat gadis itu menghela napas kesal.

"Ada apa? Apa kau tidak bisa lihat aku sedang sibuk dan tidak ada waktu meladenimu" gerutu Letta, ia menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari genggaman Daniel, dan kembali melanjutkan langkahnya.

Daniel tidak mau menyerah begitu saja, dia segera mengejar dan berdiri tepat dihadapan Letta, guna menghalangi jalan gadis itu.

"Kau tidak bisa pergi begitu saja" cegah Daniel, ia bersedekap dada dan menatap sebal gadis di hadapannya.

Kenapa gadis ini seperti tidak terpengaruh dengan kehadirannya, malahan gadis ini terlihat seperti risih ketika bersama dengannya. Sungguh sebuah penghinaan bagi seorang playboy sekelas Daniel.

"Astaga, kau bisa tidak jangan menghalangi jalanku? Aku sedang terburu-buru dan sekarang waktuku semakin sempit karena meladeni hal tidak penting seperti dirimu!!" jeda sejenak, Letta menarik napas dalam karena berbicara tanpa jeda. "Dan sekarang aku mohon untuk jangan menggangguku lagi" kali ini suara Letta lebih pelan.

Apa gadis ini baru saja mengatakan jika Daniel adalah sesuatu yang tidak penting? sulit dipercaya!

"Apakah kau tidak punya TV di rumah, nona?" Letta mengerutkan dahinya, bingung mendengar pertanyaan Daniel.

"Apakah itu penting? Sudahlah, kau semakin membuang waktuku" ketus Letta dan bergegas meninggalkan Daniel, sebelum pemuda itu kembali menghalangi jalannya.

Sungguh dia sangat malas meladeni pemuda dengan tipikal seorang playboy ini, ia bisa langsung mengetahuinya hanya dengan menatap wajahnya saja.

Daniel menatap punggung kecil yang telah hilang pada perempatan jalan itu dengan melongo.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang