27. Tiba

965 95 6
                                    

Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama delapan jam lamanya, bus yang membawa rombongan itu sudah tiba di depan sebuah hotel, yang akan mereka tinggali selama dua hari kedepan.

"Letta, ayo bangun, kita sudah sampai" sayup-sayup Letta mendengar sebuah suara, dan merasakan sebuah tepukan halus di pipinya. Kedua mata indah itu mengerjab dan menangkap sebuah siluet seseorang di depannya.

Senyum itu!

Mara!

Seketika kedua matanya terbuka lebar ketika nama itu terlintas di pikirannya.

"Ada apa?" Jonah mengerutkan dahinya ketika melihat reaksi Letta yang tampak terkejut dan meneliti ke wajahnya.

Letta kembali mengerjap, kemudian mendapati Jonah yang berdiri di luar bilik kecil yang ia tiduri, bilik yang berisi sebuah kasur tipis, bantal dan selimut di dalamnya. Masing-masing dari kelima pemuda itu memilikinya. Bisa dihilang jika bilik ini merupakan kamar mereka selama berada di bus. Dan Letta sekarang berada di bilik milik Jonah.

"Apakah kau bermimpi buruk?" Jonah mengusap kerutan di dahi Letta.

Letta menggeleng. "Bukan apa-apa" jawabnya dan tersenyum.

Jonah menatap gadis di hadapannya dengan intens, dia tahu ada sesuatu yang tengah disembunyikan oleh gadis itu, tapi dia tidak mau memperpanjang hal itu sekarang.

"Kita sudah sampai" Jonah membantu Letta untuk turun dari biliknya yang terletak di atas milik Corbyn.

"Ini dimana?" dia memperhatikan sekelilingnya yang tampak asing, begitu dia turun dari bus yang ditumpanginya.

"Welcome to atlanta" Jonah merentang kedua tangannya seraya tersenyum sumringah. Sementara Letta hanya mengerutkan dahinya bingung.

Wajar saja, karena dia tidak pernah keluar dari Los angeles seumur hidupnya, jadi dia kurang mengetahui mengenai negara-negara bagian amerika, seperti sekarang ini.

Jonah menghela napasnya dan mengusap puncak kepala Letta.
"Aku akan mengajakmu berkeliling ketika ada waktu nanti" ucapnya yang disambut dengan anggukan penuh semangat oleh Letta.

"Sekarang ayo kita masuk, yang lain pasti sedang menunggu kita"
Jonah menggandeng tangan Letta memasuki sebuah hotel mewah, yang terletak di dekat arena yang akan menjadi tempat diselenggarakannya konser Why Don't We.

Letta menatap sekeliling yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang di dominasi oleh remaja putri, mereka berteriak histeris ketika melihat Jonah tersenyum kepada mereka dan melambailan tangannya sekilas.

Gadis berkacamata itu seketika menjadi panik dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Jonah, membuat pemuda itu menyeringitkan dahinya tak suka.

"Kenapa?" tanya nya dengan wajah datar.

"Aku tidak ingin mereka salah paham" Jonah menaikkan alisnya, seolah bertanya 'siapa?' dengan bahasa isyarat.

"Mereka ... " lirihnya dengan melirik gadis-gadis yang tengah menatap keduanya dengan pandangan bertanya-tanya.

Jonah terkekeh, "kau tenang saja, mereka tidak seperti apa yang kau pikirkan" kemudian pemuda itu menarik Letta ke arah kerumunan yang masih menatap mereka dengan penasaran.

"Jonah ... ! Oh my God!!!" gadis-gadis itu seketika berteriak histeris, ketika melihat pemuda tampan itu mendekat ke arah mereka.

"Halo semuanya" sapanya dengan ramah, yang dibalas dengan semangat oleh mereka semua.

"Jonah siapa gadis yang berdiri di sebelahmu?" tanya salah seorang gadis berambut merah di dekat Jonah dan Letta berdiri.

Letta bergeser seakan sedang bersembunyi di balik punggung lebar Jonah, membuat pemuda itu tersenyum geli, dan kemudian merangkul bahu Letta.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang