Tik ... Tok ... Tik ... Tok ...
Letta terus saja memperhatikan jarum jam yang tergantung apik di dinding kamar hotel yang ia tempati.
"Haah~" ini sudah kesekian kalinya gadis itu menghela napas. Sejak satu jam yang lalu, kegiatan yang dia lakukan hanyalah menghela napas dan memperhatikan jarum jam.
Dia hanya bisa tertidur selama dua puluh menit setelah Jonah dan yang lainnya berangkat menuju arena, dan baru sepuluh menit yang lalu Darren menghubunginya dan menanyakan bagaimana keadaannya.
"Sungguh membosankaan!" gerutu gadis berkacamata itu.
"Masih ada dua jam lagi sampai mereka semua kembali, astaga apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Gadis itu bangkit dari duduknya dan menuju pintu kamar, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kawasan hotel untuk membunuh rasa bosannya.
Letta menyampirkan cardigan hitam untuk menutupi lengannya yang sedang diperban. Dengan langkah riang gadis itu menyusuri lorong hotel dan sesekali bersenandung kecil. Hingga tiba lah dia di depan lift, dan menunggu kotak besi itu untuk terbuka.
Ting ...
Letta masuk kedalam lift dan menekan tombol menuju lantai dasar.
Gadis itu tidak menyadari jika dirinya tidak sendiri di dalam kotak besi tersebut.Di sudut lift terdapat seorang pria berpakaian serba hitam, yang selalu memperhatikan gerak gerik Letta dari balik kacamata hitamnya.
Letta menoleh dan sedikit teperanjat kaget ketika menyadari jika dirinya tidak sendiri di sana. Gadis itu mengulas senyum dan sedikit membungkuk sopan, yang dibalas oleh sebuah anggukan kepala oleh pria asing itu.
*****
Waktu terasa lama berlalu, sudah hampir tiga jam konser di selenggarakan, dan Jonah merasa ini adalah konser terlama yang pernah dijalaninya.
Fikirannya melalang buana ke seorang gadis yang ditinggal sendirian hotel. Entah mengapa, dia merasakan sebuah firasat yang tidak bagus, dan dia selalu mempercayai firasatnya.
Semoga tidak terjadi apa-apa, batin Jonah.
Sekarang dia dan yang lainnya sedang berada di atas panggung, untuk menyanyikan lagu terakhir sebagai penutup. Lagu never know mengalun sebagai lagu perpisahan untuk para para penggemar di chicago.
Mereka bernyanyi dengan khitmat, begitu juga para penonton yang ikut bernyanyi bersama mereka.
"Thank you chicago, we love you so much!" Corbyn melambaikan tangan ke arah penonton sembari tersenyum lebar, yang lain pun ikut tersenyum, tak kalah lebarnya dari Corbyn.
Namun senyum Jonah luntur seketika, ketika melihat seseorang yang sangat dia kenali berada di tengah kerumunan manusia di hadapannya.
Seseorang itu tersenyum miring, dan kemudian menghilang di antara orang-orang.Seketika Jonah menjadi panik. Apa yang dilakukannya di sini?
Tanpa pikir panjang Jonah berlari turun dari atas panggung, membuat tidak hanya rekannya, tetapi seluruh penonton menjadi kebingungan. Darren yang berada di tepi panggung, ikut berlari mengejar Jonah yang sudah menghilang di lorong arena.
Corbyn yang pertama sadar berhasil mengendalikan keadaan. Dia mengatakan jika Jonah sedang sakit perut, dengan gaya jenaka khas dirinya, dan seketika pecah tawa dari para penonton. Jack dan Zach juga ikut menimpali guyonan Corbyn, membuat suasana kembali menjadi menyenangkan.
Sementara itu Jonah terus berlari keluar arena, dan mendapati seseorang yang sedang dia kejar bersandar di pintu belakang arena.
"Apa kabar tuan muda?" sapa seseorang itu. Dia sedang bersandar pada tembok, dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...