40. Kencan Jonah dan Letta

799 85 6
                                    

Letta mencebikkan bibirnya ketika melihat sendok yang berada di hadapannya.

"Buka mulutmu Letta" titah Jonah tidak mau di bantah.

"Kenapa kau selalu memperlakukanku layaknya anak kecil?" sungut Letta.

"Karena kau memang anak kecil" Jonah mencubit pipi Letta dengan gemas, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Kau ini! Lama-lama pipiku akan melar" perotes Letta.

Jonah tersenyum geli. "Walaupun pipimu melar tetapi tetap cantik kok" seketika Letta merona di tempatnya.

Kenpaa akhir-akhir ini perasaannya menjadi tidak karuan, dan jantungnya selalu berdegup dengan cepat.

Letta memegang dada sebelah kirinya. "Ada apa?" tanya Jonah dengan cemas.

"Apakah ada sesuatu yang sakit?" tanya pemuda itu kembali.

Letta menggeleng. "Tidak ada yang sakit, hanya saja kenapa jantungku selalu berdegup kencang setiap kali bersama denganmu?" tanya Letta dengan polos.
Membuat Jonah tersedak air liurnya sendiri akibat kepolosan seorang Letta.

Apakah gadis ini memiliki perasaan yang sama?

Jonah tersenyum sumringah. "Apakah kau menyukaiku?"

Letta menjadi gelagapan mendengar pertanyaan Jonah tersebut.

" a-apa?" Jonah tersenyum simpul, melihat rona merah pada kedua pipi chubby Letta.

"Ti-tidak, maksudku aku tidak tahu" Letta menundukkan kepalanya.

Jonah menghela napas. "Hei, tidak apa-apa. Kenapa kau memasang wajah jelek seperti itu?" Jonah kembali mencubit pipi Letta. Membuat sang empu pipi memberengut kesal.

"Habiskan makananmu dan kita akan pergi jalan-jalan" seketika kedua hazel Letta berbinar mendengarnya.

"Aye aye bos!" Letta memberikan hormat, dan kemudian meraih piring yang berisi sarapannya.

Jonah menatap gadis itu sembari tersenyum kecil. Tidak apa jika gadis itu masih ragu akan perasaannya, perlahan ia akan membuatnya yakin dan memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.

"Sudah" Letta menyodorkan piring yang sudah kosong tersebut ke depan wajah Jonah.

Jonah tersenyum. "Sekarang bersiaplah, kita akan pergi" ucapnya yang disambut sorakkan girang oleh gadis berkacamata tersebut.

Kini tibalah mereka berdua di sebuah taman bermain yang tidak terlalu ramai, mengingat hari ini adalah hari senin, dimana sebagian besar orang akan sibuk dengan kegiatan dan rutinitas masing-masing.

Jonah membeli tiket masuk tanpa harus mengantri cukup lama. Setelah masuk kedalam taman bermain, Letta tampak melompat-lompat kegirangan.

"Jangan melompat-lompat, kau bisa membahayakan dirimu sendiri" tegur Jonah, kemudian meraih tangan Letta dan digenggamnya dengan erat.

"Agar kau tidak hilang" ucap Jonah, begitu melihat tatapan perotes dari Letta.

Letta mencebikkan bibir dan memberengut kesal, namun tidak lama setelahnya, dia kembali bersorak kegirangan dan menarik Jonah menuju sebuah stan kecil yang berada tidak jauh dari pintu masuk.

Disana terdapat beberapa kaleng yang sudah ditumpuk, dan terdapat sebuah papan target di belakang tumpukkan kaleng tersebut.

"Silahkan pilih permainan apa yang ingin kalian mainkan" ucap si penjaga stan kepada mereka berdua.

Letta meraih beberapa bola tennis berwarna merah dan mulai melemparkannya kepada kaleng-kaleng tersebut. Dari lima kali percobaan tidak ada satupun yang mengenai sasaran.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang