Revisi: (7 april 2019)
*****
Seminggu sudah berlalu dan keadaan Jonah sudah kembali pulih sepenuhnya. Selama itu pula Letta selalu datang basecamp the boys, walau hanya sekedar memastikan jika pemuda itu sudah meminum obatnya, karena gadis berkacamata itu harus bekerja di empat tempat yang berbeda, membuat dia tidak dapat berlama-lama disana.
Jonah sedang duduk di ruang santai dengan buku pemberian Letta yang berada di pangkuannya, yap, sepertinya buku ini sudah menjadi buku favoritnya.
"Yo, bro" Zach menghempaskan bokongnya di samping Jonah, dan kemudian menghela napas panjang.
"Yeah ... Jack is home baby" kali ini suara berisik dari Jack yang memenuhi ruangan tersebut.
Di belakangnya terdapat Daniel dan Corbyn yang sedang bersenda gurau."Kalian sudah pulang?" tanya Jonah.
Jack memutar bola matanya malas. "Belum, kami cuma bayangan" jawab Jack sekenanya dan menyambar minuman milik Jonah yang terletak di atas meja.
"Pffff ... "
"What the hell!!" pekik Zach setelah terkena semburan dari Jack. Pemuda bermata teduh itu mengusap wajahnya yang basah karena semburan dari Jack.
"Apa ini? Kenapa pedas sekali?!" Jack mengerutkan hidungnya, menahan rasa pedas yang menyerang indra perasanya.
"Jahe?" Jawab Jonah seperti tidak yakin, karena minuman itu diberikan oleh Letta tadi pagi, dia berkata itu bagus untuk mengatasi flu apalagi di cuaca dingin seperti ini, karena akan memasuki musim gugur, cuaca di LA semakin dingin dari hari ke harinya.
"Kenapa harus selalu aku yang kena?!" rutuk Zach dan beranjak dari duduknya, dia berjalan seraya menghentak-hentakkan kakinya dengan kasar ke atas lantai, hingga akhirnya terdengar bunyi pintu yang di tutup dengan kasar.
"Darimana kau mendapatkan minuman ini?" tanya Corbyn sembari memperhatikan minuman yang terdapat di dalam gelas tersebut.
"Letta memberikannya tadi" jawab Jonah dengan pandangan yang kembali fokus kepada bukunya.
Seketika mereka berjengit kaget ketika Daniel menggebrak meja. "Nona pizza tadi kesini?" tanya nya.
Jonah hanya menganggukkan kepalanya acuh. Daniel berdecak, "ini semua karenamu" ucap Daniel sambil menunjuk Corbyn.
"Kenapa aku?" Corbyn menatap heran kepada Daniel.
"Jika saja kau tidak mengajakku keluar tadi, pasti aku bisa bertemu dengan nona pizza" sungutnya sambil bersedekap dada.
Corbyn hanya dapat menyengir dengan lebar, dia memang sengaja mengajak yang lainnya untuk keluar selama seminggu ini, ia melakukan itu semua agar Jonah dan Letta dapat semakin dekat, tapi sepertinya perjuangannya masih sangat panjang.
Selain Jonah yang terlalu bodoh dengan perasaannya dan Letta yang terlalu polos serta ketidak pekaan, kini Daniel tampaknya semakin serius tertarik kepada Letta.
'Astaga, mereka sangat merepotkan' batin Corbyn.
"Padahal aku merindukannya" lanjut Daniel, yang sudah memajukan bibirnya beberapa centi seperti anak kecil yang sedang merajuk.
"Apa kau menyukainya?" tanya Jack. Daniel terdiam sebentar seperti sedang berpikir, sedangkan Jonah dapat merasakan tubuhnya mendadak menjadi kaku.
Corbyn mendesah kecil, satu lagi temannya yang kebodohannya terkadang tidak bisa diajak bekerja sama.
Walaupun terlihat tidak perduli, Jonah sebenarnya sedang memasang telinganya untuk mendengar jawaban dari Daniel.
"Entahlah, aku hanya tertarik kepadanya, dia terlihat berbeda" Daniel mengangkat bahunya acuh.
Seketika suasana hening menyelimuti mereka yang sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing.
"Kenapa kalian semua diam?" suara Zach mengintrupsi lamunan mereka.
"Kami tidak seperti seseorang yang tidak bisa diam" cibir Jack.
"Kau menyindirku?"
"Kalau kau merasa demikian"
"Sialan kau keriting, kemari dan akan kuluruskan rambutmu itu!" cerca Zach tidak terima, dan segera menerjang tubuh Jack, dan pada akhirnya mereka berakhir dilantai dengan saling bergulat dan mengunci pergerakan lawannya.
Jonah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat itu semua, itu bukanlah pemandangan yang asing baginya.
Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di benaknya, ia bangkit dari duduknya dan meraih jaket serta helm miliknya, lalu terakhir kunci motornya yang tergantung di dekat TV.
"Kau mau kemana?" tanya Corbyn.
"Menghirup udara segar sebentar" jawab Jonah sebelum menghilang di balik pintu garase. Tidak lama kemudian terdengar suara motor yang semakin menjauh.
"Dia semakin aneh belakangan ini" ucap Daniel yang menatap kepergian Jonah dengan kebingungan.
"Begitulah seseorang yang sedang jatuh cinta" gumam Corbyn yang hanya dapat di dengar oleh dirinya sendiri.
*********
Letta mengayuh sepedanya dengan semangat, seperti hari-hari sebelumnya, dia akan mengantar koran di pagi hari dan kemudian akan langsung menuju restoran pizza tempatnya bekerja.Dia sudah selesai mengantar koran-koran pagi ini, memang sedikit melenceng dari waktu biasanya, karena pagi ini dia kerumah Jonah terlebih dahulu untuk memastikan kondisi pemuda itu, entah mengapa dia merasa harus bertanggung jawab atas sakitnya Jonah.
Sudah seminggu dia rutin mendatangi rumah pemuda tersebut, dan semakin hari dia semakin merasa tidak karuan dengan perasaannya, dia merasa nyaman dan aman saat berada di dekat pemuda itu, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan semenjak dia meninggalkan panti.
Ditambah dengan jantungnya yang selalu berdegup dengan kencang ketika berada di dekat pemuda tampan tersebut, eh, apa dia baru saja mengatakan tampan? Oh astaga, pasti ada yang salah dengan kepalanya.
Letta menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengeyahkan pikiran-pikiran aneh yang berseliweran di kepalanya.
"Pemikiran bodoh apa itu, Letta?" rutuknya kepada diri sendiri, dia masih mengayuh sepedanya dengan sesekali memukuli kepalanya, tanpa dia sadari sedari tadi ada yang memperhatikan segala tingkah lakunya tersebut dengan senyum kecil dari kejauhan.
Hingga akhirnya Letta memarkirkan sepeda bututnya di tempat khusus sepeda. Seseorang yang terus memperhatikannya itu beranjak menghampirinya. "Hai ... " sapa seseorang tersebut.
Letta terperanjat kaget dan segera menolehkan kepalanya kesamping, ia mendapati sepasang mata biru yang teduh sedang mengunci pandangannya.
"Kau sedang apa?" lagi suara itu menyapa gendang telinganya.
"Aku, eeh ... memarkirkan sepeda?" jawabnya yang seperti tidak yakin. Kepalanya mendadak menjadi kosong karena kehadiran pemuda tampan di hadapannya.
Jonah terkekeh mendengar jawaban Letta tersebut. Ya, sedari tadi dia menunggu gadis itu di depan restoran tempat Letta bekerja. Dan Jonah melihat semua aksi ajaib Letta yang memukul-mukul kepalanya dengan mulut yang bergumam tidak jelas, dan hal itu terlihat semakin menggemaskan di matanya.
Jadi bagaimana mungkin dia melepaskan gadis ini begitu saja?
Sudah diputuskan jika Arletta Edward adalah milik Jonah Marais seorang.
******
Don't copy my story!!
~Weni
KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...