26. Keraguan Jessie

986 92 2
                                    

"Haah, akhirnya" Zach menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, ia merenggangkan tubuh sembari memejamkan mata dengan erat. Kelelahan tampak tercetak jelas pada wajahnya mau pun yang lain. Mereka kini ada di dalam bus menuju ke Atlanta, yang merupakan ibukota dari negara bagian Georgia.

Mereka akan menempuh perjalanan darat selama delapan jam lamanya, dengan menggunakan bus milik Why don't we.

"Asisten, ambil kan aku minum. Cepat!" titah Zach sekenanya sembari melambaikan tangan dengan acuh.

Bughh ...

Sebuah botol air mineral melayang dan tepat mengenai perut Zach. "Arghh!" Zach mengerang kesakitan, sementara Caitlyn sudah bersorak kegirangan.

"Kau ini" desis Letta di telinga Caitlyn. "Kasihan Zach" lanjutnya.

Caitlyn mendengus. "Manusia seperti dia tidak pantas dikasihani" ucapnya, dan membalas pelototan mata Zach, kemudian gadis berambut pirang itu mengambil duduk di antara Zach dan Jack.

"Kau tidak bisa memberikannya dengan baik-baik?" gerutu Zach yang membuka tutup botol air mineralnya dengan kasar.

"Yang penting minuman itu sampai kepadamu" ketus Caitlyn seraya melipat kedua tangannya di dada.

Zach melirik Caitlyn melalui sudut matanya dan mendengus sinis, bagaimana mungkin dia bisa menolong gadis tidak tahu terimakasih ini dan mempekerjakannya sebagai asisten?

Seperti ada sesuatu yang mengambil alih dirinya ketika berhubungan dengan gadis bar-bar ini. Semarah apapun dirinya, dan sekurang ajar apa pun Caitlyn, tetap tidak bisa membuat Zach membenci gadis pirang itu.

Apakah mungkin dirinya sudah jatuh pada pesona gadis mungil itu?

Zach menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pemikiran aneh tersebut.

Ia melirik gadis yang duduk di sebelahnya itu dari atas ke bawah. Mengenakan sweeter lusuh, jeans belel yang warnanya sedikit memudar, dan sepatu hitam yang mulai memudar di beberapa bagian.
Gadis itu sungguh jauh dari kriteria gadis impiannya.

"Apa?!" Caitlyn melotot garang kepada Zach yang sedari tadi memperhatikan dirinya, atau lebih tepatnya penampilannya dari atas ke bawah.

Oh, dan Zach tidak boleh melupakan sikap bar-bar Caitlyn. Apa jadinya jika dia bersama gadis urakan dan nol besar dalam keramah tamahan itu? Bisa-bisa dia menjadi bahan bulan-bulanan oleh gadis itu.

"Jangan terlalu galak nona manis, cantikmu akan tertutupi dengan kerutan ini" goda Jack yang berada di sebelah kanan Caitlyn, jari telunjuknya mengikuti garis yang terbentuk di dahi Caitlyn.

"Apa masalahmu?" ketus Caitlyn dan menepis jari Jack dengan kasar. Jessie yang berada di sebelah Jack meringis melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Cait ... " tegurnya mengingatkan.

Caitlyn mendengus. "Seharusnya kau tidak menggodaku disaat kau sedang berbalas pesan dengan seorang gadis, bodoh!" ucap Caitlyn yang membuat Zach tersedak minumnya.

Untungnya tidak ada yang mendengar perkataan Caitlyn selain mereka berempat, karena yang lainnya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Jack mengangkat bahunya acuh. "Setidaknya aku normal, dari pada aku mengganggu seorang pria atau bahkan istri orang" balasnya.

"Dan aku yakin mereka adalah perempuan bodoh karena termakan rayuan orang bodoh seperti dirimu"
Zach segera membekap mulut Caitlyn dan menyeret gadis itu kebagian belakang bus.

Jessie menganga tak percaya. Astaga, Caitlyn dan mulut pedasnya adalah suatu perpaduan yang sempurna.
"Maafkan Cait, dia tidak bermaksud berkata seperti itu" Jessie menundukkan kepalanya kepada Jack.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang