4.bertemu

1.9K 166 4
                                    

Revisi: 1 maret 2019

Kita bertemu untuk yang kedua kalinya, dan mulai menerka apakah aku mulai menyimpan rasa dipertemuan kedua ini?
~Jonah

*****
Jonah menatap ragu restoran di hadapannya, apakah dia harus masuk?

Shit! Kenapa dia jadi gugup seperti ini? Sungguh bukan dirinya sekali.

Jonah masih disana selama beberapa saat sambil mengacak-acak rambutnya gusar, sungguh dia sangat bingung saat ini, apa yang harus dia lakukan setelah bertemu dengan gadis itu? Jonah sama sekali tidak memiliki pengalaman untuk berhadapan dengan seorang gadis.

Tetapi sesuatu di dalam dirinya mendorongnya untuk menemui gadis itu.

"Maaf tuan, apakah anda mencari seseorang?" Jonah terlonjak kaget begitu mendengar suara lembut tersebut, ia menoleh ke samping dan mendapati seorang gadis berambut pirang berdiri di sampingnya.

"Aku .. aku .. mencari Letta, apakah benar dia bekerja di sini?" Tanyanya dengan ragu.

"Ya tuan, dia memang bekerja disini. Anda memiliki keperluan apa dengan sahabat saya?" Gadis itu menatap waspada kepada Jonah, untuk apa seorang pemuda mencari Letta?
Letta bukan tipikal gadis yang mau berurusan dengan pria.

Jonah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "A-aku hanya ingin berterimakasih kepadanya. Ya, hanya itu" jawab Jonah dengan sedikit gugup.

Gadis itu mengangguk. "Maaf tuan, tetapi jam kerja Letta sudah selesai," ucap gadis itu penuh sesal.

Jonah menghela napas kecewa seraya mengangguk. "Oh, begitu. Mungkin lain kali saja"

"Apakah anda ingin menitipkan pesan kepada Letta?"

"Tidak, aku akan menyampaikannya sendiri. Terimakasih nona ..?"

"Caitlyn, anda bisa memanggil saya Cait" gadis itu mengulurkan tangannya, yang di sambut canggung oleh Jonah.

"Ya, Caitlyn"

Jonah berbalik hendak melangkah pergi ketika suara gadis itu terdengar kembali menanyakan siapa namanya.

"Jonah"

*****

Letta menghela napas lelah, waktu kerjanya di restoran pizza sudah berlalu sepuluh menit yang lalu, berbeda dengan Caitlyn yang memang bekerja di sana dari pagi hingga malam, ia hanya bertugas mengantar pizza selama setengah hari. Setelah ini Letta masih harus mengantar pakaian sebuah laundry, dan terakhir dia harus bekerja di cafe kecil milik nenek yang menolongnya.

Pandangannya mengarah kepada sebuah taman yang cukup ramai sore ini, ia memutuskan untuk beristirahat di sana sejenak, pandangannya tidak lepas dari sebuah keluarga yang tampak sangat bahagia, anak perempuan yang tertawa bermain ayunan bersama ayahnya dan anak laki-laki yang sedang bermain lempar tangkap bola bersama ibunya.

'Sungguh keluarga yang bahagia'

batin Letta sedih. Seandainya dia juga memiliki keluarga. Letta segera menyeka setetes air mata yang mengalir dari sudut matanya.

Dia masih asik memperhatikan keluarga tersebut sampai terdengar suara tangisan yang cukup kencang, gadis berkaca mata itu mengerutkan dahinya bingung dan mencari asal suara tangisan tersebut.

Kakinya melangkah mencari asal suara tangisan tersebut, semakin mendekat, dia dapat mendengar suara seseorang dengan sayup-sayup membujuk agar anak lelaki itu tidak menangis lagi.

"Hai ... kenapa menangis tampan?" Ucap Letta sembari berjongkok di hadapan bocah laki-laki yang sedang menangis tersedu-sedu.

Bocah itu menggelengkan kepalanya dan semakin menangis, jemari mungil itu menunjuk seorang pemuda yang sedang berdiri kikuk sembari mengusap tengkuknya.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang