16. Day with you (2)

1K 123 3
                                    

Revisi: (7 april 2019)

*****

Jonah menatap tidak percaya kepada gadis di hadapannya, apakah itu artinya Letta memiliki perasaan yang sama dengan dirinya?

Senyumannya merekah, sama dengan Letta yang sudah tersenyum lebar, mereka saling tatap satu sama lain, menghiraukan angin yang berhembus, seakan alam ikut berbahagia untuk kedua pasang anak Adam dan Hawa tersebut.

"Aku percaya kepadamu, seperti aku percaya dengan teman-temanku yang lain, aku yakin kau adalah pemuda yang baik" dan seketika senyum Jonah luntur, seiring kata-kata yang terlontar dari bibir mungil Letta.

Menghancurkan niatnya yang akan mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, Jonah hanya dapat menelan ludahnya dan tertawa sumbang.

"Tentu saja kau bisa mempercayaiku" Jonah mengusahakan sebuah senyuman dan mengacak-acak pucuk kepala gadis itu, menyebabkan beberapa helai rambut Letta lolos dari kuncirannya.

"Jonah! Rambutku jadi berantakkan" sungut Letta dengan bibir yang dimajukan beberapa centi. Sementara Jonah sudah tertawa melihatnya, sungguh gadis ini sangat menggemaskan.

"Kita berteman?" Letta mengulurkan kelingkingnya kearah Jonah yang disambut tawa kecil Jonah.

'Seperti anak kecil saja'
batin Jonah.

Tapi tak urung pemuda itu menerima uluran jari kelingking Letta, mereka saling mengaitkan jari kelingking dan tersenyum.

"Ya, kita berteman" tapi tidak akan lama, lanjutnya dalam hati.

Baiklah, Jonah akan memperjuangkan perasaannya ini dengan perlahan, dia akan membuat gadis ini melihatnya sebagai seorang yang dicintainya, bukan seorang teman.

Mereka berdua tidak menyadari jika ada seseorang yang mengamati itu semua sedari tadi, ia mengeluarkan kameranya, dan mengambil beberapa foto ketika mereka berdua tertawa bersama.

Ia meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang, pada deringan ketiga panggilan itu diangkat.

"Aku sudah menemukannya"

"..."

"Ya, dan dia bersama seseorang, sepertinya itu orang yang spesial. Sudah lama aku tidak melihatnya tersenyum selebar itu" ujarnya masih dengan tatapan yang tidak lepas dari kedua sejoli tersebut.

"Jadi bagaimana selanjutnya, tuan?" tanya nya kepada seseorang di seberang sana.

"Baiklah, akan saya laksanakan" ucapnya sebelum menutup panggilan tersebut.

Ia kembali menatap keduanya yang sudah melanjutkan langkah kakinya dengan tersenyum misterius.

"Hingga waktunya tiba" gumamnya.

*****
Jonah sedari tadi duduk di depan laundry tempat Letta bekerja, sudah berapa lama dia duduk disini? Dua jam? Atau lebih? Entahlah, dia juga tidak terlalu memperdulikan hal tersebut.

Dia masih setia menunggu Letta selesai bekerja, jemarinya sibuk mengutak-atik ponsel untuk mengusir rasa jenuh.

"Kau masih menunggu?" suara Letta berhasil mengalihkan fokus Jonah dari ponselnya, gadis itu berdiri di sebelahnya dengan wajah yang tampak kelelahan.

"Apakah kau menunggu lama?" tanya Letta lagi. Tadi dia sudah menyuruh Jonah untuk pulang, tetapi pemuda itu tetap bersikeras untuk menungguinya, dan dia tidak bisa berbuat apapun untuk menghadapi Jonah dan sifat keraskepalanya.

"Tidak juga, jadi kau sudah selesai?"

Letta memutar matanya. "Menurutmu?" tanya Letta kembali.

Jonah menggaruk tengkuknya dan tersenyum kikuk. "Sudah" jawabnya dengan cengiran.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang