62 (calm before storm)

745 77 4
                                    

Satu minggu setelah Jonah keluar dari rumah sakit akhirnya mereka semua memutuskan untuk kembali ke LA.

Selain untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi jumpa pers yang rencananya akan di adakan akhir bulan ini, mereka juga akan membantu mempersiapkan hari bahagia Paul, walau bagaimanapun pria pirang tersebut memiliki andil yang besar sehingga mereka dapat menjadi seperti saat ini.

Pukul 2 dini hari bus yang mereka tumpangi tiba di perbatasan LA.

"Senang bisa kembali" Jack merentangkan tangannya dan menghirup udara dengan dalam.

"Yap, senang bisa kembali, sungguh aku merindukan kasurku" Zach merangkul bahu Jack.

"Sebaiknya kita bergegas, aku sudah sangat lelah" ucap Darren dengan mata yang setengah terbuka, entah kapan terakhir kali ia memejamkan matanya. Rasanya dia akan tertidur dengan waktu yang cukup lama malam ini, oh atau dapat di katakan pagi ini?

Waktu satu setengah jam terasa begitu lama bagi mereka untuk sampai di basecamp milik the boys, dengan keadaan tubuh yang benar-benar letih bahkan mereka tidak ingat untuk mengemasi koper milik mereka.

Begitu masuk kedalam ruamah mewah dua lantai tersebut, mereka langsung berbaring di atas lantai tidak ada niatan untuk masuk kedalam kamar masing-masing.

Darren hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalian tidurlah di kamar" ucapnya kepada para gadis sebelum ikut menghempaskan tubuhnya keatas sofa yang berada di sebelah Zach.

Para gadis memasuki kamar dan juga ikut mengistirahatkan badan mereka yang terasa remuk redam, ternyata perjalanan mereka selama 12 jam cukup melelahkan.

Mereka tidak ingin mengambil resiko dengan melakukan perjalanan udara yang berujung mereka akan di kejar-kejar oleh paparazi, jadi mereka memutuskan untuk tetap menggunakan bus dan memakan waktu yang cukup lama.

*****

Matahari semakin meninggi dan jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, tetapi tampaknya tidak ada satupun dari penghuni rumah tersebut yang menampakkan tanda-tanda akan membuka matanya.

Mereka semua masih sibuk bergelung di alam mimpi masing-masing.

"Boys! I'm coming!!" suara batiton tersebut menggelegar mengusik tidur lelap mereka.

Paul yang baru saja tiba hanya dapat berkacak pinggang melihat anak-anak asuhnya yang masih bergelung di ruang santai, bahkan Darren yang terkenal di siplin pun masih memejamkan matanya.

"Bangun,, sudah jam berapa ini hah?" ucap Paul sembsri menarik-narik kaki Jack dan Zach.

Keduanya melenguh dan kemudian merubah posisi tidurnya mencari posisi nyaman tanpa membuka matanya sedikitpun.

"Ck,, anak-anak ini" Paul berkacak pinggang dan mendekati Darren.

"Darren bangun! Astaga kenapa kau jadi ikut-ikutan pemalas mereka?" Paul menarik-narik kerah sweater yang di gunakan oleh pemuda asia tersebut.

"Sekali lagi kau mengganggu tidurku dapatku pastikan jika wajahmu tidak akan utuh saat hari pernikahanmu nanti" ucap Darren tanpa membuka matanya.

Paul berdecak dan akhirnya menyerah untuk membangunkan mereka semua, ia beranjak kearah dapur dan membongkar isi kulkas yang biasanya hanya terisi makanan-makanan ringan kini telah terisi beberapa bahan makanan.

"Ternyata ada baiknya juga gadis-gadis itu di sini" gumam Paul dan mulai mengolah bahan-bahan makanan tersebut.

Sesekali ia bersenandung kecil. Tidak butuh waktu lama bau harum mulai menguar dari masakan Paul tersebut.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang