Di malam bersalju yang cukup dingin itu tampak sebuah mobil range rover melaju menembus jalanan kota LA yang cukup lengang.
Tampaknya cuaca dingin membuat orang-orang malas beraktivitas dan mempercepat waktu mereka untuk meringkuk di balik selimut mereka kembali.
Tetapi hal itu tampaknya tidak berlaku bagi ke enam pemuda yang berada di dalam mobil tersebut.
Kedua mata mereka fokus menatap ke jalanan yang permukaannya hampir tertutupi oleh salju tersebut. Ketegangan meliputi mereka.
Terutama Jonah yang berada di balik kemudi, buku-buku jarinya memutih mencengkram roda kemudi dengan erat, rahangnya mengetat ketika membayangkan hal-hal yang buruk yang tengah menimpa Letta saat ini.
Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai gadis itu terluka walau hanya seujung kuku.
Kakinya semakin dalam menginjak pedal gas, hingga kendaraan beroda empat tersebut berhenti di sebuah bangunan tua yang tampak temaram tersebut.
Tampak dua buah mobil berjejer di depan bangunan tua tersebut, salah seorang dari orang yang berada di mobil itu berjalan menghampiri Darren.
"Kami pengawal tuan Paul, tuan" ucapnya sembari sedikit membungkuk kepada Darren.
Darren tersenyum tipis dan menepuk pundak pria yang di yakini lebih tua dari dirinya tersebut. "Mohon bantuan kalian semua" ucapnya.
"Yo Jack! Kau ingin memulai keseruan tanpa kami?" sebuah suara menyahut di belakang mereka.
Jack menoleh dan kemudian bertos ria dengan tiga pria berpenampilan menyeramkan dan tubuh yang di tutupi oleh tatto tersebut.
"Mana mungkin aku melakukannya buddy, malam ini kita akan bersenang-senang" ucap Jack.
Jonah menatap bangunan di hadapannya dengan tatapan yang sulit di artikan, kedua safirnya menggelap dan kedua tangannya mengepal dengan erat.
"It's show time" desisnya membuat seluruh orang yang berada di sana memfokuskan diri kepadanya.
Darren menghampiri Jonah dan menyodorkan sebuah pistol yang sangat di kenali oleh Jonah.
"Kau mungkin membutuhkan ini" Jonah menatap senjata itu dengan nanar.
Di raihnya senjata yang telah merenggut nyawa kedua orang tercintanya dengan tangan yang bergetar.
"Dengan senjata ini juga aku akan menyelamatkan nyawa orang yang aku cintai" gumamnya dan kemudian menggenggam erat gagang pistol tersebut. setelah sekian lama dia tidak berani menyentuhnya.
Mereka semua memasuki bangunan tua tersebut setelah berhasil mendobrak pintu yang terkunci rapat tersebut.
Tiba-tiba segerombolan orang yang bertubuh besar dan berpakaian serba hitam menghadang mereka. Bahkan dari segi jumlah saja sudah terlihat siapa yang akan menang.
"Are you kidding me?" Zach meringis melihat orang-orang di hadapannya, jika di bandingkan dengan dirinya yang mungkin hanya memiliki bobot 1/3 dari mereka.
"Kalian tidak boleh masuk seenaknya seperti itu" ucap salah seorang pria berpakaian hitam tersebut.
"Cih kau pikir kakek moyangmu yang membangun bangunan ini hah?" ucap Zach.
"Jaga ucapanmu jika tidak ingin menyesal kid" sahut si pria berwajah sangar.
"Justru kalian yang akan menyesal dan akan memohon ampun di kaki kami" balas Zach tak mau kalah.
Corbyn menepuk dahinya. Shit, Zach dan mulut besarnya! Terkutuklah pangeran sialan itu.
Perkelahian tidak dapat di elakkan. Meskipun kalah jumlah, tetapi dengan kemampuan dan kepiawaian mereka memainkan senjata api membuat keadaan imbang sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...